Mohon tunggu...
Ayub Simanjuntak
Ayub Simanjuntak Mohon Tunggu... Lainnya - The Truth Will Set You Free

Capturing Moments With Words

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Roh Izebel

25 Mei 2024   09:24 Diperbarui: 25 Mei 2024   09:55 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa Fenisia, yang juga dikenal sebagai Funisia, merupakan sebuah peradaban kuno yang mendominasi pesisir Laut Tengah. Mereka memiliki empat kota utama yang sangat berpengaruh, dengan tiga di antaranya terletak di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Lebanon. Salah satunya adalah Kartago, sebuah pusat perdagangan yang menjadi kiblat kegiatan ekonomi Fenisia. Sementara itu, Tirus, Sydon, dan Byblos juga merupakan kota-kota penting dalam sejarah mereka. Byblos, terletak di wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Tunisia, memiliki sebuah pelabuhan yang besar yang menjadi pusat aktivitas maritim bagi bangsa Fenisia. Meskipun telah mengalami banyak perubahan, pengaruh peradaban Fenisia masih dapat dirasakan di wilayah tersebut, terutama di Lebanon.

Sementara Tirus dan Sidon dianggap sebagai Kanaan selama milenium kedua sebelum Masehi, para ahli menyebut pantai Lebanon setelah masa penaklukan Kanaan oleh bangsa Israel sebagai Fenisia. 'Phoenicia' adalah nama yang diberikan kepada wilayah tersebut oleh orang Yunani, dari kata mereka untuk warna ungu. Industri pewarna ungu dunia kuno berkembang dari mengekstraksi cairan dari moluska Mediterania, murex. Orang-orang di pesisir Fenisia tidak hanya mengembangkan industri ini, mereka juga mengkhususkan diri dalam pengiriman komoditas yang sangat berharga ini ke seluruh dunia Mediterania (https://biblearchaeology.org/research/divided-kingdom/4180-the-biblical-cities-of-tyre-and-sidon)

Sidon pernah memiliki seoarng raja Bernama Etbaal.  Eth'baal (bahasa Ibrani Ethba'al, , dengan Baal, yaitu, menikmati kemurahan dan pertolongannya; Sept. ), seorang raja Sidon. Etbaal memiliki seorang puteri Bernama Izebel.  Menurut Yosefus (Ant. 8:13, 1 dan 2; Apion, 1:18), Etbaal disebut Ithobalus ( atau , ie, = Baal bersamanya) oleh Menander, yang juga mengatakan bahwa ia adalah seorang imam Astarte, dan, setelah menghukum mati raja Pheles, ia mengambil alih kekuasaan atas Tirus dan Sidon, hidup selama 68 tahun, dan memerintah selama 32 tahun (comp. Theophil. Autol. 3, hal. 132). Karena lima puluh tahun berlalu antara kematian Hiram dan Pheles, maka tanggal pemerintahan Ethbaal dapat diberikan sekitar tahun 940-908 SM. (https://www.biblicalcyclopedia.com/E/ethbaal.html).

Raja Israel ke tujuh mengambil isteri dari anak Etbaal, Izebel, dan ia dengan rayuan istrinya meninggalkan Allah Israel dan pergi beribadah kepada Baal seperti Allah nenek moyang isterinya itu. Raja Ahab menunjukan kesetiaanya kepada Baal dengan membangun mezbah di Kuil Baal di Samaria. Ahab mengikuti jejak Kakek Moyangnya Raja Salomo yang juga memperistri banyak perempuan asing. Kepemimpinan Ahab memang dibayang-bayangi oleh dominasi Izebel yang memiliki maksud politik antaa Sidon dan Israel.

Demikianlah pernikahan yang awalnya bertujuan memperkuat hubungan politik dan militer antar kedua negara berhasil dimanfaatkan oleh Izebel untuk "memurtadkan" Isarel dari penyembahan mereka kepada Elohim. Izebel dengan sistematis berusaha mempercepat masuknya ajaran Baal dengan "mengimpor" langsung 450 Imam Baal dan 400 nabi Asyera dari Sidon untuk mengajar rakyat Israel ibadah dan penyembahan kepada Baal. Izebel memberi mereka akomodasi dan makan langsung dari istana.

 Dalam sebuah kontes di gunung Karmel, Allah Israel menunjukan kuasanya dengan menurunkan api dari langit dan menjawab doa nabi Elia.  Nabi Elia kemudian berhasil menghasut rakyat untuk menangkap seluruh nabi itu dan ia kemudian menyembelih mereka di sungai Kison. Demikianlah Elia menghabisi nabi-nabi impor tersebut.

Apakah Izebel terintimidasi dengan kekalahan nabi-nabinya? Tidak! Izebel menyuruh seorang utusan dengan pesan akan membunuh Elia seperti ia membunuh nabi-nabi tersebut. Izebel menutup mata terhadap berita bagaimana Allah Israel menurunkan api menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah bahkan air dalam parit.

Dalam konteks kisah Alkitab di atas,  perilaku Izebel yang mengajak orang rakyat Israel untuk terlibat dalam perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Musa. Dalam kasus ini, Izebel mempengaruhi orang lain untuk menyembah dewa Baal, menggeser mereka dari kepatuhan kepada Tuhan mereka. Izebel merujuk kepada tindakan mengikuti tradisi atau praktik keagamaan yang bertentangan dengan keyakinan atau ajaran yang benar. Dengan kata lain, itu menunjukkan kompromi dalam prinsip-prinsip spiritual dan moral umat Allah, seperti yang dilakukan oleh Izebel.

Izebel sampai akhir hidupnya terus mempengaruhi Raja Ahab dalam berbagai keputusan-keputusan kerajaan. Akibat yang harus ditanggung karena kemerosotan iman dan moral dalam kerajaan Israel terus berlanjut sampai generasi-generasi selanjutnya. Izebel sampai akhir hidupnya tidak pernah menunjukan pertobatan dan akhirnya ia mati mengenaskan. Nama Izebel sampai dirujuk dalam Alkitab untuk menunjukkan orang yang membawa umat menyembah berhala (Why. 2:20).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun