Mohon tunggu...
Ayub Simanjuntak
Ayub Simanjuntak Mohon Tunggu... Lainnya - The Truth Will Set You Free

Capturing Moments With Words

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

DPR Belanda Menghukum Sekolah Kontra LGBTQ

17 Februari 2024   08:36 Diperbarui: 17 Februari 2024   08:41 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang ibu menggendong anaknya dalam sebuah parade Amsterdam Pride ( istockphoto.com)

Apa di Balik Kebijakan ini:

Sekolah-sekolah Belanda dengan back up pemerintah menginginkan peningkatan kesadaran akan penerimaan semua orang terhadap LGBT.

Bisakah mereka menolak?

Beberapa tahun lalu, Menteri Pendidikan Arie Slob menuai kemarahan dari anggota parlemen dan aktivis LGBT+ karena membela sekolah-sekolah Kristen yang memaksa orang tua dan wali murid untuk menandatangani pernyataan anti homoseksual, seperti pernyataan yang menolak keberadaan homoseksualitas, sebelum menerima anak mereka.

Arie Slob mantan Menteri Pendidikan Belanda coba membela komunitas Kristen mengenai isu LGBTQ (via LinkedIn)
Arie Slob mantan Menteri Pendidikan Belanda coba membela komunitas Kristen mengenai isu LGBTQ (via LinkedIn)

Dalam upaya untuk mendapatkan dukungan dari blok Kristen dalam pemerintahan koalisi negara tersebut, Slob, seorang anggota partai Persatuan Kristen, menjadikan Pasal 23 sebagai tulang punggung utama argumennya.

Pasal dalam konstitusi tahun 1917 tersebut menyatakan bahwa sekolah negeri dan swasta memiliki kedudukan yang sama dan para pendidik bebas untuk mengatur pengajaran berdasarkan keyakinan tertentu, seperti agama.

Sekolah-sekolah "konservatif" yang berdiri atas dasar kitab suci memang menjadi sasaran empuk dengan dalih"intoleran" terhadap komunitas LGBT. Hal ini membawa nasib mereka kepada Tarik ulur kepentingan politik antara pemerintah, DPR dan komunitas LGBTQ yang mendapat angin segar secara politik. Semoga hal ini mejadi pelajaran buat Indonesia sendiri agar lebih bijak meneliti isu seperti LGBTQ.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun