Apakah Kidung Jemaat dan pelengkap Kidung Jemaat masih relevan?
Sebagai seorang jemaat, saya melihat ada perbedaan yang nyata antara lagu-lagu hymn atau himne dengan lagu-lagu kontemporer yang telah juga dipakai oleh berbagai denominasi di indonesia. salah satunya adalah kedalaman lirik lagu himne dengan akar teologis Alkitab. Himne yang ada pada Kidung Jemaat ketika dibedah merupakan hasil langsung penggalian ayat-ayat Alkitab yang merupakan firman Tuhan. Sedangkan pada banyak lagu kontemporer kita akan menemukan adanya glorifikasi atau fokus terhadap sisi manusia terlalu besar.
Sebagai contoh, berikut adalah sebuah lagu dari KJ No.242 berjudul "Muliakan Allah Bapa".
Syair: Glory Be to God the Father, Horatius Bonar (1808-1889),
terj. H.A. Pandopo/J.M. Malessy 1978/1983
Lagu: Henry Smart (1813-1879)
do = bes 4 ketuk
1. Muliakanlah Allah Bapa, muliakan Putr'aNya, muliakan
Roh Penghibur, Ketiganya Yang Esa! Haleluya, puji Dia
Kini dan selamanya!
Why 5:13; 1 Yoh 5:7
2. Muliakan Raja Kasih yang menjadi Penebus,
yang membuat kita waris KerajaanNya terus.
Haleluya, puji Dia, Anakdomba yang kudus!
Mat 5:3, 10; Kol 1:12; Yak 2:5; Why 5:9, 11
3. Muliakan Raja sorga, Raja G'reja yang esa,
Raja bangsa-bangsa dunia; langit-bumi nyanyilah!
Haleluya, puji Dia, Raja Mahamulia!
Ef 1:20-23; Why 17:14
4. Kemuliaan selamanya dalam sorga bergema.
Hormat dan syukur dan kuasa diberi ciptaanNya.
Haleluya, puji Dia, Raja agung semesta!