Dalam sebuah penelitian  tentang perkembangan saraf remaja dan penggunaan teknologi, peneliti di University of North Carolina di Chapel Hill menyimpulkan bahwa kebiasaan remaja dalam melihat media sosial dapat mempengaruhi cara otak mereka merespons lingkungan sekitar.
Hasil penelitian yang dipublikasikan di JAMA Pediatrics  tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media sosial oleh remaja dapat meningkatkan sensitivitas otak terhadap antisipasi penghargaan dan hukuman sosial.Â
Eva Telzer, seorang profesor di departemen psikologi dan ilmu saraf UNC-Chapel Hill, menyatakan bahwa temuan ini mengindikasikan bahwa anak-anak yang sering menggunakan media sosial cenderung lebih responsif terhadap umpan balik dari teman sebaya.
Selama tiga tahun, peneliti mengikuti 169 siswa dari sekolah menengah umum di daerah pedesaan North Carolina. Pada awal penelitian, para peserta melaporkan seberapa sering mereka memeriksa tiga platform media sosial populer: Facebook, Instagram, dan Snapchat, dengan frekuensi cek berkisar dari kurang dari sekali hingga lebih dari 20 kali sehari.Â
Selama periode penelitian, para peserta menjalani pencitraan otak tahunan dan melakukan tugas penundaan insentif sosial untuk mengukur aktivitas otak mereka saat mengantisipasi umpan balik sosial dari teman sebaya.
Responsif terhadap feed back dari orang lain.
Sebagai contoh nyata, tahun 2019 silam Artis K-Pop Sulli ditemukan meninggal dunia dengan cara bunuh diri di rumahnya sendiri yang terletak di kawasan Seongnam, Korea Selatan.
Depresi dan komentar jahat Knetz (Korean netizens) serta haters di media social disebut sebagai alasan peristiwa tragis tersebut. Meskipun Sulli sempat meminta warganet tidak terus-terusan berkomentar buruk, yang terjadi malah sebaliknya. Sehingga ia semakin depresi dengan keadaan tersebut.
Peristiwa semacam ini menjadi hal yang wara-wiri di pemberitaan media sehari-hari. Dampak media sosial yang dahsyat terhadap generasi yang lebih mudah katakanlah generasi Z sungguh mengkhawatirkan.
Media social menjadi semacam platform utama eskpresi diri. Seluruh aspek kehidupan pada akhirnya bermuara di satu dunia ekspresi yang membutuhkan validasi viewer. Ketika tidak mendapat validasi positif maka yang terjadi adalah sebuah depresi dari suatu penolakan.