Mohon tunggu...
Ayub Simanjuntak
Ayub Simanjuntak Mohon Tunggu... Lainnya - The Truth Will Set You Free

Capturing Moments With Words

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Ti Estin Aletheia?"

7 Januari 2022   03:06 Diperbarui: 7 Januari 2022   20:43 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh pixabay.com/id

Manusia dapat melihat bukan saja karena ia memiliki mata saja, tetapi karena pantulan cahaya yang mengenai suatu benda; Artinya tanpa cahaya manusia buta.

"Ti estin aletheia?"Adalah sebuah pertanyaan yang diajukan oleh Pilatus, Gubernur wilayah Yudea yang memimpin persidangan Yesus. Pilatus dalam interograsi itu mengajukan pertanyaan terakhir yang tak sudi ia dengar jawabannya.

Ketika ia berhadapan muka dengan muka dengan Yesus, ia bertanya apakah kebenaran itu? Ia berlalu dan bersiap mengajukan tawaran pembebasan bagi-Nya dihadapan orang-orang Yahudi itu.

Kebanyakan filsuf mendefinisikan kebenaran sebagai suatu statement, logika atau nilai (value). Tetapi Yesus mendefiniskan kebenaran sebagai dirinya sendiri.

I am the truth. Aku lah kebenaran. Sebuah statement revolusioner pada masa itu. Belum  ada seorangpun yang berani mengklaim dirinya adalah kebenaran. 

Kebenaran menurut Yesus adalah seorang pribadi. Bukan hanya sebuah konsep apalagi definisi berpanjang-panjang. Ia dengan gamblang berkata diri-Nya adalah kebenaran yang orang cari selama ini, dan ironisnya adalah Ia adalah pesakitan yang divonis oleh kaum-Nya sendiri dalam pengadilan Pilatus tersebut. Sungguh menggenapi Injil Yohanes pasal pertama, Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. 

Should we defend God?

Kebenaran adalah segala sesuatu yang menggambarkan atau berbanding lurus dengan  karakter, pikiran, sifat, nilai, keagungan dan mempermuliakan Tuhan.

Perbuatan korupsi misalnya jelas bukan berasal dari kebenaran! Mengapa? Karena perbuatan tersebut berbanding terbalik dengan sifat Allah yang jujur. Jadi, meskipun seseorang mengaku beragama dan beribadah jika ia masih terjebak dalam tindakan seperti itu, jelas ia bukan berasal dari kebenaran. Karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran. Segala sesuatu yang dilakukan dalam terang firman Allah pasti berbuahkan yang baik dan bukan dosa!

Allah adalah pribadi yang maha kuasa serta maha segala-galanya, jelas Ia dapat bertindak apapun untuk membela dirinya ketika Ia dihina, dicacimaki, difitnah tetapi kalau Ia tidak membalas nya sekarang bukan berarti ia lemah atau tak mampu membela dirinya, justru karena karakter maha baiknya ia menunggu manusia-manusia itu bertobat dan berbalik dari jalannya yang jahat. "Janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan." (Roma 12:19) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun