Setelah Yunus berdoa dari dalam perut ikan, maka atas penentuan TUHAN, ikan tersebut memindahkannya ke darat.
Tuhan kembali mengutusnya agar menyampaikan firman kepada penduduk kota tersebut supaya bertobat. Yunus masuk kedalam kota serta menyerukan bahwa kota Niniwe akan di tunggang balikan Allah dalam waktu empat puluh hari.
Berita yang singkat dan jelas tersebut ternyata direspon oleh raja dan seluruh rakyat. Raja menyerukan puasa dan hari berkabung atas berita yang telah mereka dengar dari Yunus. Bagi TUHAN sangat mudah untuk memutar hati dan perasaan manusia.
Ketika Allah melihat bagaimana mereka berkabung, berpuasa dan bertobat baik raja, bangsawan maupun seluruh rakyat, maka Allah menyesal dan tidak jadi menghukum kota Niniwe itu.
Tetapi, Nabi Yunus begitu marah dan kecewa. Yunus merasa seluruh pengorbanannya sia-sia. Dalam hatinya ia berharap Allah menghancurkan kota itu. Allah membalaskan dendam rakyat Israel yang telah menjadi korban kekejaman mereka.
Allah mengajarkan Yunus melalui suatu peristiwa aneh. Setelah peristiwa itu, Sang Nabi yang kecewa dengan keputusan TUHAN menyingkir ke sebelah timur dan kemudian mendirikan sebuah pondok untuk berteduh dari teriknya panas.
Kemudian atas penentuan TUHAN, tumbuhlah sebatang pohon jarak yang tingginya melampaui kepala Yunus untuk menaunginya dari matahari. Yunus begitu senang dengan kehadiran pohon itu karena ia merasa lebih sejuk dibawah naungannya.
Tetapi alangkah terkejut dan marahnya ia ketika ia melihat keesokan harinya pohon itu sudah mati  karena seekor ulat menggerek pohon tersebut sampai layu.
TUHAN kemudian berfirman dan memberi pesan, bagaimana Yunus sayang terhadap sebatang pohon yang ia sendiri tidak menanam, tidak menyiram dan tidak mengusahakan nya. Lalu bagaimana mungkin TUHAN tidak sayang kepada ribuan manusia yang hidup di kota yang begitu berdosa. Jangankan seribu, Allah mengasihi bahkan satu persatu dari mereka karena Ia yang menciptakan mereka semua. Mereka anak-anak-Nya.
TUHAN memberi pelajaran berharga kepada Yunus, bagaimana Allah yang maha kasih sebelum mengutus dan memberi tanggung jawab kepada nabi-nabinya pertama-tama harus dibentuk Allah untuk memiliki kasih Allah.
Yang menjadi bahan renungan, sudahkah kita mengasihi sesama kita seperti Allah mengasihi mereka? Atau justru kita begitu membenci saudara kita begitu menginginkan kehancurannya, menganggapnya musuh karena berbeda agama atau pandangan dengan kita?