Mohon tunggu...
Ayub Simanjuntak
Ayub Simanjuntak Mohon Tunggu... Lainnya - The Truth Will Set You Free

Capturing Moments With Words

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Semerbak Narwastu untuk Sang Raja

7 November 2021   22:14 Diperbarui: 7 November 2021   22:42 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Mary Magdalene washing the feet of Jesus. Moulins. France. (Photo by: Godong/Universal Ima

Maria menuang setengah kati minyak narwastu murni yang  mahal, meminyaki serta menyeka kaki-Nya dengan rambut hitamnya yang terurai. Puluhan pasang mata tertuju kepada tindakannya yang tidak lazim. Pesta meriah itu sengaja diadakan untuk menyambut kedatangan Yesus dan murid-murid-Nya dari jauh. Semerbak harum narwastu menguap keseluruh ruangan masuk kedalam paru-paru seluruh tamu dalam ruangan itu.

Bukan tanpa alasan keriuhan terjadi dalam rumah itu. Biasanya para tamu cukup membuka kasut mereka lalu para pelayan akan mengambil basi tempat air, lalu menyeka kaki-kaki berdebu itu dengan kain lenan yang dibasahi dengan air. Tindakan pembasuhan kaki merupakan suatu tradisi yang umum pada budaya timur tengah. Tetapi membasuh kaki seorang tamu dengan memakai minyak narwastu yang mahal  jelas belum pernah tercatat. Murid-murid Yesus terlihat saling berpandangan, beberapa dari mereka  berbisik dan memandang kebingungan karena sang Guru terlihat tidak menghalangi Maria sama sekali. Yudas Sang Bendahara berkata keras, "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual saja dan uangnya diberikan kepada orang miskin"?

Narwastu tumbuhan sejenis rumput langka yang banyak terdapat di pegunungan Himalaya negara India juga ada di Nepal. Sejak zaman dahulu kala, narwastu sudah terkenal sebagai komoditas langka dan mahal karena kegunaannya yang sangat penting terutama untuk obat-obatan tradisional, wewangian dan persiapan pengawetan jenazah. Barang langka pada masanya.

Minyak narwastu ditaksir oleh Yudas Iskariot Sang Bendahara paling murah sekitar 300 dinar. 1 dinar itu cukup untuk membayar upah harian seorang buruh pada masa itu. Kalau sekarang upah harian pekerja sebutlah 50 ribu maka kira-kira taksirannya sekitar lima belas juta rupiah. Wow fantastis!

Kembali kepada adegan dimeja makan, wanita itu tidak menghiraukan perkataan dan tatapan mata penuh prasangka terhadap dirinya. Seraya meminyaki dan mengusap kaki Sang Guru bak kebiasaan pelayan pada zaman itu untuk menyambut tuan yang kembali dari pekerjaannya diluar rumah. Lebih seorang pelayan, Maria bahkan menyeka minyak narwastu yang meleleh itu dengan  rambutnya, pikirannya terpaku kepada peristiwa beberapa waktu yang lalu ketika Lazarus, saudaranya yang sedang sakit keras akhirnya meninggal. Maria dan Martha saudarinya pasti merasa kecewa karena sahabat yang telah mereka panggil sebelumnya tidak mengirim kabar apalagi datang. Mereka kecewa dengan ketidakhadiran yesus untuk menyembuhkan Lazarus, saudara mereka.

Mengapa Yesus tidak datang? Apakah Ia terlalu sibuk? Apakah Lazarus tidak sepenting orang-orang lain yang telah Ia jamah dan sembuhkan? Pertanyaan-pertanyaan  itu bergelayut dipikiran  mereka. Sampai akhirnya pada hari yang keempat sesuatu yang spektakuler terjadi. Yesus dan murid-murid datang dan Ia ingin melihat kubur Lazarus.

Ketika Ia masih dijalan, Marta pergi menemuinya dan berkata: "Sekiranya engkau ada disini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya". Yesus hanya menjawab: 'saudaramu akan bangkit"

Dihadapan kubur batu itulah Tuhan Yesus memandang Maria dan Marta kemudian menangis melihat kesedihan mereka. Ia berseru keras dan menyuruh Lazarus keluar dari kuburnya. Lazarus keluar dengan tangan dan kaki masih terikat kain lenan. Yesus menyuruh membuka ikatan kain kapan pada kaki dan tangannya. Lazarus hidup.

Maria begitu mengekspresikan kasihnya kepad Yesus. Yang terbaik yang ia punya dan ingin ia persembahkan adalah minyak narwastu. Kata-kata kehilangan makna yang bisa mewakili betapa sangat ia berterima kasih akan kemurahan Tuhan.

Narwastu melambangkan ungkapan penyembahan terdalam manusia terhadap kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Yesus melihat hati yang menyembah-Nya dalam iman. Beberapa hari setelah peristiwa ini, Yesus Kristus melakukan hal yang sama. Ia membasuh kaki murid-murid-Nya dan memerintahkan mereka untuk saling mengaku dosa dan mengampuni satu dengan yang lain.

Penyembahan adalah berkorban. Yesus berkorban bagi kita dengan memberi seluruh hidup-Nya .Ia memberi teladan dari dirinya sendiri. Untuk menjadi yang terbesar seseorang harus menjadi yang terkecil dan menjadi pelayan bagi semuanya. Lalu dengan apakah kita akan memberi kepada Tuhan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun