Kata Sabat berasal dari bahasa Ibrani yang secara harfiah berarti duduk atau beristirahat. Dalam 10 Hukum Taurat, perintah ini terdapat dalam urutan ke empat . "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat :enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya"
Tentu TUHAN pencipta langit dan bumi tidak merasa letih atau bosan dan seolah-olah Ia membutuhkan istirahat. TUHAN berhenti pada satu dari tujuh hari pekerjaannya karena Ia mengetahui makhluk hidup ciptaan-Nya terutama manusia dan hewan membutuhkan istirahat untuk memulihkan kesegaran, kesehatan dan relasi baik dengan Tuhan maupun dengan sesama.
Manusia tidak didesain untuk bekerja tanpa henti bak robot, melainkan bekerja merupakan sebuah penugasan untuk menaklukkan bumi serta segala isinya dengan bertanggung jawab. Tetapi ketika kejatuhan manusia kedalam dosa, pekerjaan menjadi beban,pekerjaan menjadi rantai yang mengikat manusia sehingga manusia cenderung diperbudak oleh pekerjaannya sendiri.
Dalam kitab Kejadian kita melihat sebelum Adam dan Hawa jatuh kedalam dosa, ada hubungan yang amat dekat antara manusia dengan pencipta, manusia dengan keluarga,manusia dengan lingkungannya.Tetapi hal indah tersebut berubah menjadi kutuk ketika TUHAN mengutuk bumi dengan kesukaran dan keringat dalam pekerjaan manusia di bumi.
Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan istrimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu." (Kejadian 3:17-19 TB)
Ketika Musa menyampaikan hukum itu kepada orang Israel pada dasarnya ia sedang berbicara kepada tidak kurang dari enam ratus ribu orang mantan budak yang bekerja membuat batu bata dari campuran lumpur dan jerami. Budak tidak mengenal hari bersantai atau libur mereka bekerja setiap hari. Jadi konsep istirahat penuh merupakan sesuatu yang asing bagi mereka atau paling tidak revolusioner.
Yesus Kristus, sekitar enam belas abad setelah zaman Musa, beberapa kali mengkritik bagaimana praktik Sabat yang seharusnya membebaskan justru mengikat banyak orang Yahudi pada masa itu dengan tambahan peraturan-peraturan buatan manusia seperti larangan bepergian jauh,larangan mengobati,larangan menyalakan api dan lain-lain sehingga manusia justru menjadi tertekan karena peraturan tersebut. Ironis peraturan yang enam belas abad lalu dibuat untuk membebaskan mental budak mereka justru di kembalikan lagi oleh ahli-ahli agama.
Yesus Kristus berkata: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat". Artinya kepentingan manusia menjadi dasar penciptaan satu hari yang dikuduskan tersebut. Tuhan begitu concern dengan kesehatan dan kebutuhan sosial dan psikologis ciptaannya.
Beberapa hal penting soal hari Sabat:
- Sabat mengangkat dignity manusia
Manusia yang adalah ciptaan paling mulia mencerminkan pribadi Sang Pencipta yaitu kreatif dalam mencipta dan bekerja. Kendati demikian kreativitas manusia dapat maksimal ketika manusia memiliki satu hari perhentian dimana ia dapat berelasi dengan Tuhannya dan sesama. Beban dari pekerjaan di muka bumi hendaknya tidak mengikat manusia menjadi budak dari pekerjaan itu sendiri. Sabat mengingatkan manusia bahwa ia m
- Family Ties and Friendship