Mohon tunggu...
Ayub Simanjuntak
Ayub Simanjuntak Mohon Tunggu... Lainnya - The Truth Will Set You Free

Capturing Moments With Words

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kesengsaraan Manusia: Drama Ayub dan Peran Iblis

21 Agustus 2021   10:26 Diperbarui: 21 Agustus 2021   10:32 1347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan Job Rebuked by His Friends karya Fleece Blanket. (Via Pixels.com)

Ilustrasi Lucifer dilempar ke Bumi. Foto : Pixabay.com
Ilustrasi Lucifer dilempar ke Bumi. Foto : Pixabay.com

TUHAN masih memberi kesempatan kepada manusia yang ada dibumi untuk bertobat dari perbuatan-perbuatan kejahatan. Sebab kalau Iblis yang digambarkan sebagai naga besar ini sudah terusir dari sorga dan ada di bumi maka ia akan membuat suatu kekacauan dan bencana yang dahsyat di bumi karena ia sadar waktu kedatangan Kristus Sang Raja akan datang, dan Mesias itu akan melemparkan ia dan malaikat-malaikatnya kedalam lautan api tempat ia disiksa siang dan malam. 

Iblis memiliki sifat mendakwa dan mencobai orang-orang yang hidup dengan benar di bumi. Kisah Yesus Kristus yang dicobai Iblis ketika sedang berpuasa di padang gurun atau ketika Petrus menyuruhnya tidak ke Yerusalem untuk mati di sana. Dalam kisah Ayub, Tuhan mengizinkan Ayub dicobai dengan mengambil seluruh harta miliknya serta mengambil nyawa kesepuluh putra-putrinya.

Singkat cerita Ayub tidak hanya kehilangan seluruh harta bendanya karena di rampok orang-orang Syeba dan orang Kasdim melainkan juga tujuh anak laki-laki serta tiga anak perempuannya ikut mati dalam rumah saudara mereka yang sulung karena angin merobohkan rumah tempat mereka sedeng berkumpul.

Ayub mendengar berita tersebut satu persatu dari para utusan yang datang melapor. Anehnya Ayub merespon dengan satu perkataan yang mengagetkan. 

Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut. (Ayub 1 : 20-21)

 Apa sebetulnya yang dicari Iblis dari seluruh kehancuran hidupnya? Iblis hendak mendengar Ayub mengutuk TUHAN. Iblis percaya kalau manusia hanya beriman kepada TUHAN kalau sedang diberkati saja. Ketika seseorang marah dan mengutuk Tuhan maka seseungguhnya orang tersebut sudah serupa dengan Sang Pendakwa yaitu Iblis itu sendiri. Lalu apakah Iblis berhenti dengan kegagalannya? Tidak! 

Dalam Pasal kedua kita kembali disuguhi suatu adegan dimana Tuhan bertanya kepada Iblis tentang betapa saleh dan benarnya hidup Ayub. Setan merespon dengan satu pernyataan "kulit ganti kulit"! Setan ingin menaruh satu penyakit kulit yang mematikan pada sekujur tubuhnya sebab ia percaya bahwa dengan penyakit yang busuk itu Ayub pasti menyangkal TUHAN yang selama ini ia sembah. 

Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya. Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu.Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya. (Ayub 2 : 7-10 TB)  

Dengan penyakit kulit yang mengerikan ia duduk di tengah-tengah abu sambil menggosok badannya dengan sekeping beling. Isterinya menyuruh untuk segera mengutuk Allahnya dan segera mati. Tetapi kali inipun ia tetap setia. 

Setelah kisah ini kita tidak melihat lagi karakter dan dialog Iblis pada pasal-pasal berikutnya. Apakah Iblis benar-benar telah hilang dalam kisah ini? Tidak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun