Pak Jokowi, presiden kita yang diarak rakyat ke istananya. Luar biasa, tapi saya jiwa raga belum mampu hadir bersama mereka yang mengarak itu. Entahlah, mungkin karena saya tidak pernah tersentuh langsung oleh kebijakan pak Jokowi hingga perasaan siap dipimpin, menanggung beban dan mendukung penuh yang tersimbolkan dalam kegiatan “mengarak” itu tidak bisa benar-benar saya rasakan. Semoga kebijakan beliau lima tahun ke depan bisa memberikan persaan itu kepada saya dan mereka yang belum merasakan persaan itu saat ini.
Tugas pak Jokowi adalah membuat seluruh rakyatnya yang terlanjur terpolarisasi tidak karuan ini jatuh cinta kepadanya. Mereka yang merasa cinta pada Jokowi jangan sampai menggagalkan hal itu, jika memang beliau adalah sosok negarawan sederhana yang bersih usahlah hiraukan para penghujat, biarkan hujatan mereka ditelan bisu. Beda dengan kritik yang membangun, ia harus didengarkan sebab kita semua sepakat bahwa Jokowi hanya dilantik jadi presiden, bukan malaikat.
Pak Jokowi, presiden yang diarak rakyatnya ke istana. Bersama tubuhnya yang kecil dan wajahnya yang seperti selalu menegaskan kesederhanaan (kualitas yang konon membuat orang jatuh cinta padanya), bersama tubuh itu, diarak pula berjuta harapan. Jokowi diantarkan ke istana bersama harap-harap cemas seluruh rakyat Indonesia. Saya sangat penasaran, kebaikan apa yang akan kita dapatkan dari pak Jokowi. Seperti seorang anak yang dadanya hampir meledak menahan penasran-bahagia menunggu mainan apa gerangan yang ada di dalam kado ulang tahunnya. Begitulah perasaan saya dan mungkin jutaan lagi rakyat bumi Nusantara ini.
Namun pak Jokowi tentu sangat cerdas hingga ia tahu bahwa bersama itu ada pula dada-dada yang dipenuhi khawatir. Dan jujur saja, saya pun menyediakan raung di hati untuk perasaan semacam itu. Jangan langsung salahkan kami, tidak bisa dipungkiri bahwa udara kita dipenuhi seliweran informasi, berbagai analisa, bermacam perkiraan, sangkaan dan dugaan tentang keburukan yang akan datang bersama tahta Jokowi. Semua itu bukan untuk dicaci apalagi dimusuhi. “Perang dingin” pada masa kampanye itu menyisakan banyak sekali limbah purba sangka, bukan salah rakyat-rakyat polos jika mereka terimbas pula. Saya yakin, pun jika yang menang adalah Prabowo, pasti selain hati yang senang dan penuh harap tentu ada pula hati yang khawatir.
Maka pak Jokowi, belailah hati-hati yang takut itu. Buktikan bahwa semua kekhawatiran mereka tidak akan terjadi. Buktikan kepada mereka bahwa anda adalah pemimpin seluruh rakyat Indonesia, bahwa anda pantas untuk bertahta di hati setiap rakyat Indonesia. Blusukanlah dan dengarkan langsung apa yang membuat mereka khawatir lalu tunjukan bahwa semua akan baik-baik saja. Blusukanlah seperti selama ini anda dikenal. Saya tahu bahwa anda telah memilih penasihat dan “pembisik” dari kalangan bijak bestari negri ini, tapi anda tidak harus selalu mendengarkan mereka, apalagi tentang hati-hati yang khawatir itu. Bluskanlah dan dengarkan langsung, tunjukan bahwa yang anda punya hanya cinta serta pengertian tulus yang bisa merangkul semua.
Pak Jokowi, presidenku, presidenmu, presiden kita yang diarak ke istana. Meski aku, kamu dan mungkin kita tidak sempat ikut mengaraknya. Tapi dialah presiden kita, presiden rakyat Indonesia yang cinta dan bencinya serta doa-doa mereka mengandung tuah luar biasa. Cinta dan doa raykatlah yang mengantar Diponegoro mengobarkan perang Jawa, perang dahsyat yang meluluh lantakan penjajah. Cinta dan doa rakyatlah yang menemani Cut Nyak Dien betah di belantara, berjuang hingga matanya buta. Lalu benci serta doa rakyatlah yang menjatuhkan tiran-tiran di negri ini, mengjungkalkan mereka dari tahta meski tahta itu dijaga seribu serigala. Benci rakyatlah yang menjatuhkan tiran-tiran itu, dari tiran asing hingga tiran berkulit sawo matang. Maka pak Jokowi, buatlah kami semua jatuh cinta. Semoga dengan demikian, Allah pun akan jatuh cinta kepada anda, dan dibawah kepemimpinan anda, negri kita ini akan dibelai cinta-Nya.
Assalamu alaikum, Salam banyak jari, dari salah satu rakyat anda hehe..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H