Mohon tunggu...
Ayu Asfira
Ayu Asfira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa yang berbakti

Belajar Senayan diat

Selanjutnya

Tutup

New World

Zakat dan Pajak: Sinergi dalam mengelola keuangan negara berbasis syariah

13 Januari 2025   18:02 Diperbarui: 13 Januari 2025   18:02 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
New World. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Saat ini, kita dihadapkan pada tantangan besar dalam mengelola keuangan negara secara adil dan efektif. Ketimpangan ekonomi, kemiskinan, dan kebutuhan pembangunan yang terus meningkat menjadi beban yang memerlukan solusi inovatif. Dalam konteks negara-negara mayoritas Muslim, zakat dan pajak adalah dua instrumen keuangan yang memiliki potensi besar untuk bersinergi dan menciptakan sistem yang lebih adil serta sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Namun, bagaimana kedua instrumen ini dapat bekerja bersama untuk memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat?

Zakat,sebagai kewajiban ibadah yang diatur oleh hukum syariah, adalah salah satu pilar utama dalam sistem ekonomi Islam. Fungsi utamanya adalah redistribusi kekayaan untuk mengurangi kesenjangan sosial. Zakat ditargetkan langsung kepada kelompok mustahik, seperti fakir miskin, amil, dan gharimin, sesuai dengan pedoman Al-Qur'an. Di sisi lain, pajak adalah kewajiban finansial yang dipungut oleh pemerintah berdasarkan undang-undang, dengan tujuan yang lebih luas seperti membiayai pembangunan infrastruktur, layanan kesehatan, dan pendidikan. Perbedaan ini menciptakan tantangan, tetapi juga peluang untuk kolaborasi.

Salah satu cara untuk memadukan zakat dan pajak adalah melalui mekanisme kredit pajak zakat. Sistem ini memungkinkan zakat yang telah dibayarkan oleh individu atau badan usaha untuk diakui sebagai pengurang kewajiban pajak. Dengan cara ini, beban ganda dapat dihindari, dan masyarakat Muslim tidak merasa terbebani secara finansial untuk memenuhi dua kewajiban sekaligus. Langkah ini juga dapat mendorong lebih banyak orang untuk membayar zakat dan pajak secara tepat waktu, meningkatkan penerimaan negara sekaligus memastikan distribusi kekayaan yang lebih merata.

Namun, sinergi ini tidak hanya soal mekanisme teknis. Kita perlu melihat bagaimana zakat dan pajak dapat saling melengkapi dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif dan sejahtera. Dana zakat, misalnya, dapat diarahkan untuk program pemberdayaan ekonomi bagi kelompok miskin. Pelatihan keterampilan, bantuan modal usaha, dan penyediaan fasilitas pendidikan adalah beberapa contoh penggunaan zakat yang dapat menciptakan kemandirian ekonomi. Sementara itu, pajak yang terkumpul dapat digunakan untuk membiayai infrastruktur dan layanan publik yang mendukung aktivitas ekonomi, seperti jalan raya, pasar, dan layanan kesehatan.

Lebih jauh lagi, sinergi antara zakat dan pajak harus dilihat dalam kerangka yang lebih besar, yaitu membangun sistem keuangan yang transparan dan akuntabel. Teknologi dapat memainkan peran penting di sini. Dengan menggunakan platform digital, pengumpulan dan distribusi zakat dapat dilakukan dengan lebih efisien dan akurat. Teknologi blockchain, misalnya, dapat digunakan untuk memastikan bahwa dana zakat digunakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan masyarakat tetapi juga membantu pemerintah dan lembaga zakat dalam mengelola dana secara lebih baik.

Pada saat yang sama, zakat juga memiliki potensi besar untuk mendukung program-program pembangunan berkelanjutan. Dengan mengalokasikan dana untuk investasi sosial seperti pendidikan, kesehatan, dan pelatihan keterampilan, zakat dapat membantu menciptakan kemandirian ekonomi bagi penerimanya. Sebagai contoh, dana zakat dapat digunakan untuk membiayai pelatihan kerja bagi kelompok muda atau memberikan bantuan modal kepada usaha mikro dan kecil. Pendekatan ini tidak hanya meringankan beban anggaran negara tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Namun, sejauh mana potensi ini dapat diwujudkan? Salah satu tantangan utama adalah harmonisasi regulasi antara sistem zakat berbasis syariah dan sistem pajak berbasis hukum negara. Perbedaan tujuan, prinsip, dan mekanisme kedua instrumen ini dapat menciptakan hambatan implementasi di lapangan. Sebagai contoh, zakat diatur oleh norma agama yang memiliki nilai universal, sedangkan pajak tunduk pada undang-undang yang sering kali berbeda di setiap negara. Maka dari itu, pemerintah harus memastikan regulasi yang selaras, sehingga kedua sistem ini dapat berjalan beriringan tanpa menimbulkan konflik atau kebingungan di masyarakat.

Kesadaran masyarakat juga menjadi faktor kunci dalam keberhasilan sinergi ini. Banyak masyarakat yang masih kurang memahami manfaat dari membayar zakat maupun pajak. Kampanye edukasi yang melibatkan tokoh agama, akademisi, dan pemerintah dapat membantu meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya zakat dan pajak dalam mendukung pembangunan nasional. Dengan partisipasi aktif dari semua pihak, kita dapat menciptakan sistem keuangan negara yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan.

Dalam pandangan saya, sinergi antara zakat dan pajak adalah langkah strategis yang tidak hanya relevan tetapi juga mendesak untuk diterapkan. Dengan memadukan nilai-nilai religius dari zakat dan kekuatan administratif pajak, kita memiliki peluang besar untuk menciptakan keadilan sosial yang selama ini menjadi cita-cita banyak negara. Lebih dari itu, sinergi ini juga merupakan wujud nyata dari implementasi prinsip-prinsip syariah dalam kehidupan modern, memberikan manfaat tidak hanya bagi umat Islam tetapi juga bagi seluruh masyarakat.

Sebagai tambahan, sinergi zakat dan pajak dapat membuka peluang untuk transformasi digital dalam pengelolaan keuangan publik. Dengan menggunakan platform digital yang terintegrasi, pemerintah dan lembaga zakat dapat melacak, mengelola, dan mendistribusikan dana secara lebih efisien. Teknologi ini juga memungkinkan transparansi yang lebih besar, yang pada akhirnya meningkatkan kepercayaan masyarakat. Data yang terkumpul melalui teknologi digital juga dapat memberikan wawasan penting bagi pengambil kebijakan untuk merancang program-program yang lebih efektif.

Potensi sinergi zakat dan pajak juga dapat dilihat dari perspektif pembangunan berkelanjutan. Misalnya, dana zakat dapat diarahkan untuk mendukung proyek-proyek ramah lingkungan seperti pengelolaan limbah atau energi terbarukan. Dalam konteks ini, zakat tidak hanya berfungsi sebagai alat redistribusi kekayaan tetapi juga sebagai pendorong inovasi yang mendukung keberlanjutan ekonomi dan lingkungan. Hal ini sejalan dengan agenda global Sustainable Development Goals (SDGs) yang mengutamakan pengentasan kemiskinan, pendidikan yang layak, dan perlindungan lingkungan.

            Sinergi zakat dan pajak juga dapat menjadi model global untuk pengelolaan keuangan publik berbasis nilai-nilai Islam. Negara-negara Muslim lainnya dapat mengambil inspirasi dari sistem ini untuk menciptakan sistem ekonomi yang lebih adil dan inklusif. Bahkan, dunia internasional dapat melihat model ini sebagai pendekatan alternatif dalam mengatasi tantangan ekonomi modern seperti ketimpangan dan ketidakadilan sosial. Dengan regulasi yang mendukung dan pengelolaan dana yang transparan, zakat dan pajak memiliki potensi untuk menjadi solusi nyata yang diakui secara global.

Namun, keberhasilan sinergi ini bergantung pada komitmen kita bersama---pemerintah, lembaga zakat, dan masyarakat luas. Semua pihak harus bekerja sama untuk menciptakan kerangka regulasi, kelembagaan, dan teknologi yang memungkinkan kolaborasi ini terwujud. Jika kita mampu mewujudkan sinergi ini, maka kita tidak hanya membangun sistem keuangan yang lebih kuat tetapi juga menciptakan dunia yang lebih adil dan sejahtera bagi generasi mendatang. Dengan memadukan zakat dan pajak, kita memiliki kesempatan untuk menciptakan model keuangan publik berbasis syariah yang relevan tidak hanya untuk negara Muslim tetapi juga menjadi inspirasi bagi dunia.

Pada akhirnya, tantangan yang ada tidak boleh menjadi alasan untuk menunda implementasi sinergi zakat dan pajak. Sebaliknya, tantangan ini harus dilihat sebagai peluang untuk inovasi dan kolaborasi. Kita memiliki semua alat yang diperlukan nilai-nilai agama, teknologi, dan semangat kolektif untuk menciptakan sistem keuangan yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Kini saatnya kita melangkah maju dan menjadikan zakat dan pajak sebagai pilar utama dalam membangun masa depan yang lebih cerah bagi semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun