Perubahan memang tidak dapat dihindari, seperti perubahan pada fungsi plastik. Di tengah perubahan itu bukan berarti kita tak dapat berbuat baik. Melalui sampah plastik yang ada di sekitar kita, kebaikan dapat diciptakan.
Bagi sebagian orang termasuk saya pribadi, kemasan plastik seperti botol bekas minuman atau kemasan makanan hanyalah sampah.Â
Namun, bagi sebagian lainnya kemasan plastik bekas adalah kehidupan. Bagi para pemulung sampah adalah berkah karena dari sampah mereka mendapat pundi-pundi rupiah.
Berawal dari rasa risih ketika melihat botol-botol plastik bekas berserakan di sekitar rumah, saya berinisiatif mengumpulkannya dalam sebuah karung plastik besar.Â
Karung itu saya biarkan di belakang rumah dan menjadi tempat saya membuang botol dan kemasan plastik. Tanpa saya sadari sebelumnya, ternyata karung tersebut adalah sebuah karung kebahagiaan.
Pada suatu pagi tanpa disengaja, saya melihat sepasang kakek dan nenek sedang memilah sampah di lingkungan sekitar rumah.Â
Sedikit merasa ragu, saya kemudian menghampiri keduanya. Tujuannya adalah menawarkan karung berisi botol dan kemasan plastik bekas. Ternyata mereka mau menerimanya. Rasa bahagia berbinar dari senyum sumringah pasangan kakek nenek itu ketika menerima karung besar yang saya anggap sampah.
Kejadian itu mengingatkan saya mengenai sebuah simbiosis mutualisme. Saya yang merasa risih dengan sampah plastik berserakan hanya sekadar mengumpulkannya dan membiarkannya teronggok begitu saja. Terlihat sepele, namun ternyata seonggok kumpulan sampah itu meringankan pekerjaan pemulung. Melalui sampah yang sudah terpilah-pilah, pemulung tidak perlu mengorek tempat sampah.Â
Secara personal, saya pun terbantu karena seonggok karung berisi sampah plastik bisa diangkat dari lingkungan rumah, bahkan memiliki nilai manfaat bagi orang lain.
Saya pun belajar untuk tidak begitu saja membuang sampah plastik. Dimulai dari lingkungan rumah dan sekitarnya, sepanjang saya melihat sampah pastik maka tidak segan saya mengambil dan mengumpulkannya.Â