Yang penting maafnya, lahir batinnya
buat apa berpesta-pesta, kalau kalah puasanya
malu kita kepada Allah yang esa
Entah mengapa lagu tersebut begitu mengena bagi saya, terlebih sesuai penjelasan dari orang tua saya mengenai Idul Fitri adalah bagi orang yang berpuasa. Sejak saat itu, muncul keinginan dari diri untuk ikut berpuasa ketika bulan Ramadan.
Kunci dari fase ini adalah bagaimana membangun kesadaran pada diri anak, agar mereka mau beribadah puasa sesuai dengan keinginannya sendiri
Penerapan Puasa secara Bertahap pada Anak
Mengajak anak untuk berpuasa tak bisa memintanya secara langsung untuk puasa seharian. Belajar dari pengalaman saya sebagai anak, saya mulai diajarkan berpuasa ketika masih di bangku taman kanak-kanak. Mulanya saya diminta untuk berpuasa sampai dengan pukul 10.00 pagi, setelah berhasil level lamanya berpuasa dinaikkan hingga pukul 12.00 siang, tepatnya ketika adzan dhuzur berkumandang.
Tingkatan lamanya berpuasa pun dinaikkan setelah saya berada di kelas 1 SD. Saya tetap berpuasa sampai pukul 12.00 siang namun setelah makan dilanjutkan lagi hingga pukul 18.00. Hal ini berlangsung sebulan penuh selama Bulan Ramadan. Kebiasaan ini masih berlanjut pada Ramadan selanjutnya, namun hanya bertahan sekitar 1 minggu. Level selanjutnya, berpuasa sampai waktu Ashar tiba dan bertahan beberapa hari. Pada akhirnya, setelah terbiasa mulailah saya berpuasa secara penuh.
Begitulah sedikit cara mengajarkan anak berpuasa, yaitu dengan memberi teladan dan dilakukan secara bertahap. Meskipun belum berpengalaman mengajarkan puasa anak, setidaknya kita pernah menjadi anak yang diajarkan puasa oleh orang tua kita. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H