Mohon tunggu...
Ayu Martaning Yogi A
Ayu Martaning Yogi A Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary girl

Menyukai Dunia Literasi, Tertarik pada Topik Ekonomi, Sosial, Budaya, serta Pengembangan Diri

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Buku Kegiatan Ramadan: Unik untuk Dikenang Repot untuk Diulang

19 April 2021   23:41 Diperbarui: 20 April 2021   00:24 5102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa kanak-kanak selalu memiliki kisah unik dan menarik untuk diceritakan. Kisah dalam menjalani puasa di Bulan Ramadan juga menggemaskan untuk dikenang. Tiba-tiba makan dan baru teringat sedang puasa ketika makanan habis namun belum sempat minum, serunya pesantren kilat di sekolah, hingga hebohnya mengisi Buku Kegiatan Ramadan. Mungkin beberapa diantara kita pernah memiliki kisah yang sama.

Sejenak menerbangkan memori momen Ramadan pada masa kecil, Buku Kegiatan Ramadan senantiasa menemani hari-hari di Bulan Ramadan. Meskipun terlihat merepotkan, toh pada akhirnya diisi juga.

Buku Wajib Saat Ramadan

 Menjelang Bulan Ramadan, guru di sekolah membagikan sebuah buku. Ukurannya seperti buku tulis ukuran standar, mungkin seukuran kertas A5. Buku tersebut berisi panduan bagi untuk menjalankan ibadah selama Bulan Ramadan hingga Idul Fitri. Pada halaman-halaman awal, tertulis panduan seperti niat puasa, doa berbuka puasa, niat sholat lima waktu, sholatT, Witir, hingga sholat Idul Fitri.

Halaman selanjutnya setelah berbagai panduan, terdapat lembaran-lembaran yang nantinya harus diisi. Isi lembaran tersebut diantara berisi kolom-kolom untuk checklist tentang ibadah sholat yang kita lakukan, sholat lima wajib lima waktu, sholat Tarawih dan sholat Witir. Pada bagian ujung, terdapat kolom paraf orang tua sebagai persetujuan tentang aktivitas sholat yang kita lakukan. Tersedia tempat untuk checklist sholat-sholat yang kita lakukan selama 30 hari di Bulan Ramadan.

Pada halaman selanjutnya terdapat ruang yang lebih luas dari sebelumnya. Lembar tersebut digunakan untuk mengisi isi ceramah atau kultum (kuliah tujuh menit) yang biasanya disampaikan setelah sholat Isya, sebelum sholat Tarawih dilakukan. Bagian itu juga telah disiapkan untuk dapat diisi selama 30 hari.

Berebut Minta Tanda Tangan Penceramah

Seusai sholat Tarawih menjadi momen penuh perjuangan. Kita bergegas untuk segera menghampiri penceramah pada hari itu. Mendadak beliau menjadi selebriti karena anak-anak berbagai sekolah berebut minta tanda tangannya. Entah benar atau salah isi rangkuman ceramah yang tertulis yang penting minta tanda tangan.

Sumber Gambar: idntimes.com
Sumber Gambar: idntimes.com

Biasanya, bapak yang bertugas untuk berceramah sudah hafal kalau ia akan menjadi selebriti malam itu. Seyum yang ramah dan kesabarannya meladeni kami yang kala itu msih anak-anak membuat kami tak segan menghampirinya. Satu per satu buku dibubuhkan tandatangannya. Kami pun pulang dengan tenang setelah mendapat tanda tangannya.

Menulis Kilat agar Tak Telat Mencatat    

Malam-malam disela sholat Isya dan Tarawih juga menjadi saat yang penuh perjuangan. Seperi biasa, kita harus mencatat secepat kilat agar tak tertinggal materi cermahnya. Hasil tulisan tak karuan pun tak menjadi masalah yang penting kolom materi ceramah terisi penuh.

Jangan salah, menulis kilat pun kadang masih telat mencatat. Kalau sudah seperti itu, melihat catatan teman sebelah jadi solusi. Kalau ternyata sama-sama terlambat mencatat, ya sudah apa boleh buat, serahkan saja catatan yang ada.

Hikmah Mengisi Buku Kegiatan Ramadan

Buku Kegiatan Ramadan melatih kedisiplinan untuk beribadah. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri, kita berusaha menjalankan ibadah sunah dan wajib di Bulan Ramadan agar buku tersebut terisi penuh. Niat yang kurang tepat sebenarnya, tapi tak mengapa, secara perlahan kita berusaha meluruskan niat kita dalam beribadah.

Proses mengisi buku tersebut adalah proses melatih kejujuran. Kita bisa saja mengarang isi ceramah, atau bisa saja mengarang tanda tangan. Tapi ternyata kita tidak melakukannya. Pada saat itu sebenarnya karakter kejujuran dalam diri kita sedang dibentuk.

Setelah dipikir-pikir, untuk apa waktu kecil kita repot-repot seperti itu. Mengisi buku setiap hari, mencatat super kilat, serta minta tanda tangan. Pada akhirnya kita tidak pernah tahu seperti apa penilaian buku tersebut.

Momen seperti itu mungkin tak terulang dalam diri kita. Kesan seru, heboh, repot mungkin menjadi pengalaman unik dalam ingatan tentang masa kecil kita. Namun setelah beranjak dewasa, membayangkan momen itu begitu repot, tak sanggup rasanya bila mengulang masa itu kembali.  Pada kesempatan ini, tak ada salahnya berterima kasih pada Buku Kegiatan Ramadan yang telah menemani hari-hari kita kala itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun