Menahan hawa nafsu adalah hakikat dari melaksanakan ibadah puasa. Tak nafsu makan, minum, atau marah. Nafsu untuk belanja juga perlu mendapat perhatian. Pernah kah kita merasa bahwa pengeluaran kita justru membengkak saat Ramadan? Padahal logikanya, kita tak memerlukan makan siang atau camilan sepanjang hari, seharusnya banyak pengeluaran dapat ditekan.
Godaan di bulan Ramadan memang beragam, kertas bertuliskan SALE atau DISKON turut menjadi pasukan penggoda itu. Belum lagi promo gratis ongkos kirim di platform e-commerce yang membuat belanja menjadi mudah dan terlihat hemat. Tumpukan kaleng biskuit di pusat perbelanjaan juga terlihat menarik untuk masuk keranjang. Apabila hasrat untuk belanja tak tertahan, sudah tentu terjadi pemborosan. Oleh karena itu, kita butuh cara untuk menyikapinya.
Memilih dan Memilah Need vs Want
Seberapa sering kita membeli sesuatu karena tergoda "DISKON" atau mumpung promo? Beberapa waktu setelah kita membelinya, kita baru menyadari bahwa ternyata kita tidak terlalu membutuhkan barang tersebut. Tak jarang bahwa pembelian barang tersebut di luar rencana pengeluaran kita. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kita terjebak dalam impulsive buying atau kondisi dimana seseorang melakukan keputusan untuk membeli barang atau jasa secara tiba-tiba tanpa adanya perencanaan. Tanpa disadari, tindakan ini memicu pemborosan. Oleh karena sangat penting membedakan kebutuhan (need) dan keinginan (want).
Kebutuhan adalah sesuatu yang jika tidak terpenuhi maka akan mengganggu keberlangsungan atau kelancaraan aktivitas kehidupan kita. Sebaliknya dengan keinginan, ketika sesuatu itu tidak terpenuhi maka tidak akan menganggu aktivitas hidup kita. Sebelum membeli barang, alangkah baiknya kita merenungkan apakah itu kebutuhan atau keinginan. Â
Bulan Ramadan juga menjadi momentum agar kita terlatih memilah antara keinginan dan kebutuhan. Misalnya saja ketika mempersiapkan buka puasa, semua makanan seolah terlihat enak sebelum berbuka sehingga apa saja yang sekiranya kita inginkan, tak jarang kita membeli semuanya. Setelah waktu berbuka tiba, tak semuanya termakan karena sudah telanjur kenyang dengan beberapa santapan. Mubadzir bukan? Ketika kita menuruti semua keinginan.
Persiapan Lebaran juga patut diwaspadai, karena godaan promo baju, sandal, sepatu dan berbagai barang lainnya. Dalam membeli perlengkapan Lebaran, sebaiknya juga memperhatikan kebutuhan dan keinginan. Tujuannya agar kita tidak terjebak dalam jeratan pemborosan.
 Membuat Rencana Keuangan
Perencanaan keuangan ibarat pagar yang membuat batasan. Ketika Bulan Ramadan, ada pengeluaran yang berkurang dibandingkan hari-hari biasanya, namun ada pula kemungkina tambahan pengeluaran lainnya. Agar pengeluaran tidak melebihi anggaran, maka perlu dibuat pos-pos untuk masing-masing pengeluaran.
Pos pengeluaran selama Ramadan misalnya dapat dibagi menjadi pos pengeluaran harian, pos khusus Ramadan, pengeluaran untuk hari raya, serta cadangan. Pembagian pos-pos tersebut bertujuan agar pengeluaran kita tidak lebih besar daripada pendapatan, serta tidak mengganggu pos pengeluaran lainnya. Ketika salah satu pos pengeluaran telah melebihi anggaran, maka kita dapat mengambil dana cadangan bulan itu. Namun demikian, evaluasi pengeluaran perlu dilakukan agar kita lebih disiplin untuk pengeluaran selanjutnya. Â Â
Komitmen Penuh terhadap Rencana Keuangan dan Menentukan Skala Prioritas
Perencanaan keuangan tidak berfungsi sebagai pagar yang membuat batasan ketika tidak memiliki kesungguhan untuk menjalankannya. Dalam hal ini, komitmen atas perencanaan keuangan yang telah kita susun sangat diperlukan. Ketika komitmen tidak dapat dijalankan, maka perencanaan keuangan akan menjadi kacau. Misalnya, kita selalu memberikan toleransi ketika pos pengeluaran harian melebihi batas, kita mengambil kekurangannya dari pos pengeluaran Ramadan atau cadangan tanpa mengevaluasinya, maka terdapat kecenderungan kita akan terus mengulanginya, sehingga perencanaan keuangan tak berfunsi sebagaimana mestinya.
Penentuan skala prioritas dapat membantu kita dalam mematuhi perencanaan keuangan yang telah kita susun. Skala prioritas ini berlaku bagi keinginan mupun kebutuhan. Sebagai contoh, kita memiliki anggaran untuk belanja kebutuhan lebaran. Baju baru dan sepatu baru sama-sama masuk dalam kategori keinginan. Uang kita hanya cukup untuk membeli salah satu barang. Â Kita masih memiliki sandal yang masih layak pakai, warnanya pun netral sehingga cocok untuk untuk baju apapun. Pada kondisi tersebut sah-sah saja, apabila kita lebih memilih untuk membeli baju. Â Hal ini menunjukkan bahwa membeli baju lebih prioritas daripada sepatu.
Terlebih apabila barang yang kita bandingkan untuk dibeli atau tidak adalah barang yang kita butuhkan dibandingkan barang yang kita inginkan. Tentu saja, barang yang kita butuhkan harus lebih diprioritaskan untuk dibeli daripada yang kita inginkan.
Pengaturan keuangan sangat penting untuk dilakukan baik hari-hari biasa atau momentum Ramadan seperti ini. Memilah antara kebutuhan dan keinginan, serta membuat rencana keuangan merupan cara agar kita dapat bijak menyikapi godaan diskon atau pun promo. Komitmen dan penentuan skala prioritas menjadi alat kontrol atas perencanaan yang telah kita susun.
Ramadan adalah momentum untuk menahan nafsu dan godaan. Belanja hal-hal yang tidak perlu adalah bentuk godaan. Belanja boleh-boleh saja, asal seperlunya dan sewajarnya. Oleh karena itu, kita butuh cara-cara cerdas seperti yang telah dijelaskan di atas, agar dompet tidak gampang terkuras.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H