Ketika menjalankan ibadah sholat Jumat, umat muslim banyak yang memberikan sedekah dan memasukkan sebagian uangnya ke kotak amal. Ketika menjelang berbuka puasa, tidak sedikit dari masyarakat yang menyumbangkan harta dan makanannya, untuk membagikan takzil di jalan.Â
Harapannya, masyarakat yang masih beraktifitas di jalan ketika bedug maghrib, bisa segera berbuka puasa. Ketika menjelang sahur, juga tidak sedikit dari masyarakat kita yang membagikan rezekinya, untuk dibelikan makanan agar masyarakat yang masih beraktifitas pada dini hari, bisa menjalankan sahur.Â
Contoh-contoh ini merupakan bentuk bahwa umat muslim pada dasarnya gemar berbagi. Berbagi rezeki kepada masyarakat yang membutuhkan.
Dalam kehidupan bermasyarakat, juga dikenal dengan istilah gotong royong. Berbagi tenaga, harta dan rezeki, kepada masyarakat yang membutuhkan pertolongan. Ketika ada masyarakat yang sedang punya hajat, tetangga kanan kirinya sibuk memberikan bantuan.Â
Ada yang memberikan beras, gula, bahkan tenaga. Sifat gotong royong ini dipegang teguh oleh seluruh masyarakat Indonesia, dari Aceh hingga Papua. Meski tak dipungkiri, semangat gotong royong ini mulai terkikis oleh perkembangan zaman. Terlebih maraknya ujaran kebencian dan propaganda radikalisme, membuat sebagian orang merasa dirinya paling benar.Â
Dampaknya adalah, masyarakat yang awalnya ramah berubaha menjadi masyarakat yang mudah marah. Masyarakat yang toleran berubah menjadi intoleran, hanya karena pemahaman agama yang salah.
Jika semua masyarakat merasakan kesetaraan yang sama, tidak ada yang sudah dalam berbagi. Jika kita tidak mempersoalkan apa agama dan latar belakang orang lain, tentu tidak akan mudah untuk saling berinteraksi dan saling tolong menolong. Ingat, berbagi itu bisa menguatkan tali silaturahmi dan persaudaraan. Yang miskin tidak merasa ada jarak dengan yang kaya. Begitu pula dengan sebaliknya. Semuanya bisa hidup berdampingan, tanpa merasa ada penghalang.
Banyak orang yang tidak menyangka, ada hak kaum duafa dan fakir miskin, yang melekat dalam harta kita. Jumlahnya tidak banyak. Hanya 2,5 persen dari pemasukan yang kita terima setiap bulannya. Jika kita bisa mengeluarkan secara rutin dalam bentuk zakat, tidak hanya keberkahan dari Allah yang kita dapatkan, tapi juga bisa menciptakan tatanan kehidupan yang lebih baik.Â
Kita bisa saling berbagi dan tolong menolong. Jika semua orang dari Aceh hingga Papua bisa melakukan itu secara rutin, secara tidak langsung kita bisa meringankan beban pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan. Bagaimana? Apakah Anda sudah menyalurkan hak kaum duafa tersebut? Jika belum, saatnya memulai.
Tidak ada kata terlambat untuk memulai., Jadikan Ramadan yang penuh berkah ini, untuk memulai membagikan hak kaum duafa tersebut. Jika sudah, maka lakukanlah secara konsisten.Â
Dengan saling berbagi, maka tidak ada lagi rasa iri, benci dan dengki. Dengan saling berbagi, diharapkan tidak ada lagi ujaran dan perilaku bernuansa kebencian. Karena kita Indonesia yang penuh keberagaman, semestinya kita saling berbagi tanpa memandang perbedaan latar belakang. Karena dengan saling berbagi kepada siapa saja yang membutuhkan, negeri yang penuh keberagaman ini akan terasa semakin damai dan indah. Semoga bisa jadi renungan bersama. Salam.