Mohon tunggu...
Ayu Anggreini Marpaung
Ayu Anggreini Marpaung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Merupakan Mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara dengan mengambil program studi Tadris Bahasa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Analisis Wacana Kritis dalam Upaya Meningkatkan Literasi Generasi Muda Indonesia

15 Januari 2025   06:45 Diperbarui: 15 Januari 2025   07:04 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Analisis wacana kritis merupakan salah satu pendekatan untuk memahami dan mendalami suatu wacana dengan cara menelaah sisi positif dan negatifnya. Proses analisis ini penting untuk menemukan kebenaran dalam suatu wacana sekaligus membantu pembaca memahami makna yang lebih dalam. Selain itu, analisis wacana kritis juga berperan dalam membentuk pola pikir dan perilaku seseorang, karena pemahaman dan cara bertindak seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan lingkungan di sekitarnya. Semakin baik kemampuan analisis wacana kritis seseorang, maka semakin baik pula cara berpikirnya.

Literasi, khususnya literasi sastra, memegang peranan penting dalam membangun karakter generasi muda. Sastra bukan sekadar karya tulis yang indah, tetapi juga merupakan refleksi pengalaman, imajinasi, dan gagasan yang diciptakan dengan latar belakang budaya tertentu. Setiap karya sastra selalu memiliki latar belakang budaya dan sejarah yang memengaruhinya, sehingga memberikan dimensi yang kaya dan mendalam. Dengan demikian, sastra tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media pembelajaran dan refleksi.

Namun, di tengah kemajuan teknologi saat ini, generasi muda lebih cenderung menghabiskan waktu untuk bermain game atau mengakses media sosial daripada membaca.  Aplikasi permainan lebih banyak diminati penggunanya dibanding aplikasi membaca. Generasi muda seringkali dihadapkan pada tuntutan waktu yang ketat dan tekanan untuk menjadi produktif, yang dapat menghambat waktu yang mereka alokasikan untuk literasi sastra. Di sisi lain, praktik membaca dan menulis di sekolah juga kurang mendapat perhatian serius. Guru lebih fokus pada pencapaian standar pendidikan melalui ujian akademik dibanding pengembangan kemampuan literasi siswa. Padahal, literasi sastra memiliki kekuatan untuk membentuk pola pikir dan perilaku yang lebih baik. 

Membaca karya sastra memungkinkan generasi muda menyerap nilai-nilai karakter secara tidak langsung. Nilai-nilai tersebut tertanam dalam alam bawah sadar pembaca dan menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Yang akan memberikan perubahan secara alami dan mendalam untuk merubah sudut pandang serta karakter yang lebih baik terhadap generasi muda.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat, khususnya di lingkungan pendidikan, untuk meningkatkan minat baca karya sastra. Memperkenalkan dan membiasakan membaca karya sastra sejak dini merupakan salah satu cara efektif untuk menanamkan karakter yang kuat dan membangun daya pikir kritis pada generasi muda Indonesia. Dengan meningkatkan literasi melalui analisis wacana kritis, diharapkan generasi muda Indonesia dapat tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, kritis, dan berkarakter.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun