Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia. Memanusiakan manusia maksudnya bahwa, pendidikan menjadi esensi untuk memberdayakan manusia sebagai individu yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai tonggak kokohnya peradaban bangsa. Sebagaimana yang telah diatur dalam UU No 20 Tahun 2003  tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan  Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa serta pendidikan menjadi hak seluruh rakyat ( Tilaar, 5 : 2009 )
Sastra sebagai institusi sosial, dalam penyebarannya tentu menggunakan medium bahasa. Tehnik-tehnik sastra tradisional seperti simbolisme dan mantra bersifat sosial karena merupakan konvensi dan norma dalam masyarkat. Lagipula sastra menyajikan kehidupan dan kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial,walaupun karya sastra juga meniru alam dan subjektif manusia ( Tomars dalam Fitriah Hasy, 19 : 2009 )
Pendidikan sastra adalah hasil pembelajaran mengenai karya yang indah dan berguna. Manfaat dari belajar pendidikan sastra yaitu kita menjadi lebih peka terhadap lingkungan dan sebagai muhasabah diri, tetapi dengan sastra kita tidak hanya sekedar peka, tetapi juga responsif untuk mencari solusi dari apa-apa yang tidak wajar di lingkungan dan diri. Baik lisan, tulisan, gerak, dan menggerakan.
Bahwasannya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat selaku subjek meter untuk menciptakan suatu karya sastra. Realitas yang ada dalam masyarakat tentunya, akan dituangkan baik dalam bentuk cerita,puisi maupun bentuk karya sastra yang lainnya. Bagaimanapun juga, sastra tidak terlepas dari masyarakat, seperti semboyannya " Sastra oleh Masyarakat, Sastra dari masyarakat, Sastra untuk Masyarakat ".
Sebagai cerminan dan gejolak sosial dalam masyarakat, pendidikan sastra dalam masyarakat, tentunya memegang peranan penting dalam mengubah pola pikir masyarakar serta mengarahkan individu untuk mengkonsumsi bacaan-bacaan sastra. Pada saat ini sastra sudah mulai berkembang baik di lingkungan masyarakat baik secara karya adapun gerak-menggerakan.
Bagaimanapun juga masyarakat merupakan faktor utama keberadaan sastra itu sendiri. Ketiadaan masyarakat dalam kehidupan sastra tidak akan memunculkan karya. Keberhasilan sastra tidak dilihat dari sejauhmana karya itu dicetak, di baca oleh masyarakat. Namun sejauhmana sastra itu, merefleksi zamanya.
Bahkan dalam suatu karya sastra secara tidak langsung dapat diketahui bagaimana peradaban masyarakat, bagaimana tatanan dan budaya serta religi dalam suatu masyarakat. Sastra juga dapat menjadi bagian dari upaya untuk meminimalkan kejahatan dalam masyarakat. Semakin aktif masyarakat dalam berkegiatan termasuk dalam bersastra akan membuat waktu yang dimiliki dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.
Di samping itu, berkegiatan dalam bersastra akan ikut menumbuhkan dan mengembangkan sisi-sisi kemanusiaan dalam diri manusia yang akan ikut berpengaruh terhadap perilaku manusia dalam membentuk sifat-sifat dan sikap yang lebih beradab dan lebih peduli terhadap sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H