Topik studi kasus yang akan saya uraikan adalah Penerapan Window shopping Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Sosiologi Kelas X E SMA Negeri 1 Karangdowo Tahun Ajaran 2023/2024. Hal ini penting dilakukan karena beberapa kasus permasalahan yang ditemukan selama melaksanakan praktik pengalaman lapangan disekolah. Diantaranya yaitu rendahnya keaktifan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa kurang antusias saat diskusi kelompok, sehingga berdampak pada rendahnya prestasi siswa. Selain itu ditemukan beberapa siswa mengantuk saat mengikuti pembelajaran sosiologi pada jam terakhir.Â
Hal ini menyebabkan pembelajaran tidak berlangsung secara optimal. Kasus lainnya juga ditemukan terdapat siswa yang cenderung diam saat berdiskusi, guru memberikan pertanyaan pemantik siswa tidak mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Berdasarkan beberapa permasalahan yang ditemukan selama kegiatan pembelajaran dikelas sehingga sebagai guru pentingnya berupaya melakukan perbaikan dalam pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan menerapkan metode pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan belajar siswa yaitu dengan metode window shopping.Â
Alasan yang melatar belakangi penulisan studi kasus ini antara lain:Â
1. Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka dilakukan dengan pembelajaran berdiferensiasi yang berpihak pada siswa dengan mempertimbangkan kebutuhan belajar dan karakteristik siswa.
2. Â Dari Hasil asesmen diagnostik awal gaya belajar siswa kelas X E sebanyak
90% memiliki gaya belajar kinestetik.
3. Â Siswa kurang berantusias saat mengikuti pembelajaran. Cenderung diam saat diberikan pertanyaan pemantik oleh guru. Hal ini dipicu kurangnya pemahaman terhadap suatu materi.
Selama proses perancangan dan evaluasi pembelajaran saya melibatkan rekan guru dalam komunitas belajar, berkonsultasi dengan kepala sekolah, dan berdiskusi dengan siswa terkait kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, minat belajar dan kebutuhan belajar siswa.
Tantangan dan hambatan yang dialami dalam merancang metode pembelajaran Window Shopping yaitu memetakan kebutuhan belajar siswa, menentukan karakteristik gaya belajar siswa. Hal ini dapat diatasi guru melakukan asesmen diagnostik formatif awal untuk mengetahui minat, gaya belajar siswa. Dalam penerapannya guru perlu memotivasi dan menumbuhkan kesadaran dan partisipasi setiap siswa untuk terlibat. Baik dalam proses diskusi, maupun pada saat mengunjungi setiap stand dibeberapa kelompok. Untuk mengatasi hal ini seorang guru memberikan pendampingan selama proses diskusi dan melakukan Scaffolding pada siswa. Dengan demikian, guru dapat menyesuaikan tingkat pengajaran dalam pelajaran sesuai dengan potensi masing-masing siswa.
Sumberdaya atau materi yang digunakan untuk menjawab tantangan tersebut sumber daya biotik dan abiotik dengan pendekatan berbasis pada aset yang dimiliki sekolah, antara lain:
1.  Sumberdaya  biotik  berupa  modal  Manusia  yaitu  Guru  melakukan
pengembangan diri melalui pelatihan guru penggerak, webinar, pelatihan mandiri melalui Platform Merdeka Mengajar terkait metode pembelajaran yang inovatif dan menenyangkan. Selain guru juga modal kekuatan yang dimiliki siswa dengan fokus pengembangkan potensi yang siswa.
2.  Sumber daya abiotik berupa modal fisik yaitu Penggunaan fasilitas sekolah, media teknologi  pembelajaran  yang  inovatif  dengan  berbasis teknologi misalnya penggunaan LCD, smart TV, HP/ Laptop.
Hasil dan dampak dari langkah nyata yang dilakukan dengan penerapan metode window shopping mampu meningkatkan keaktifan belajar sosiologi kelas X E SMA Negeri 1 Karangdowo Tahun Ajaran 2023/2024. Hal ini terlihat pada:
1. Desain pembelajaran yang berpusat pada siswa melalui penerapan window shopping dapat mengakomodir gaya belajar siswa sehingga berdampak pada peningkatan keaktifan dan prestasi belajar.
2. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran berdiferensiasi, terlihat seluruh siswa terlibat didalam kegiatan projek pengamatan pada ragam gejala sosial.
3. Siswa didalam kelompok mampu berperan aktif dan mampu menjawab pertanyaan dari guru maupun siswa lain.
4. Tidak ada siswa yang mengantuk pada saat kegiatan pembelajaran karena
setiap siswa mendapatkan peran didalam kelompok.
5. Siswa mengikuti KBM dengan senang, hal ini terlihat dari umpan balik dan hasil refleksi yang positif dari siswa.
Faktor keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh penguasaan manajemen kelas oleh guru, penguasaan media dan metode pembelajaran, serta komunikasi yang baik antara guru dengan siswa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI