Mohon tunggu...
Ayu Wulandari
Ayu Wulandari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Jangan pernah putus asa dengan sakit hatimu saat ini. Allah tidak akan mengingkari janjinya bahwa barangsiapa yang ikhlas kehilangan miliknya karena Allah tidak ridho, maka Allah akan menggantinya dengan yang jauh lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Nasionalisme Bahasa dalam Jiwa Generasi Indonesia

19 September 2012   13:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:13 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”

(Sumpah Pemuda, 28 Oktober1928)

Sumpah tersebut merupakan bukti bahwa begitu bangganya pemuda-pemudi bangsa Indonesia pada saat itu menjadi bangsa Indonesia yang turut andil dalam memperjuangkan Bahasa Indonesia. Bahasa yang dipercaya dapat mempersatukan seluruh rakyat Indonesia dari segala penjuru daerah. Patutlah bila kita bangga menggunakan Bahasa Indonesia, tidak hanya sebagai bahasa resmi di instansi-instansi pemerintah dan lembaga-lembaga pendidikan formal namun juga menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.

Namun dewasa ini, penggunaan Bahasa Indonesia semakin menurun. Generasi Indonesia masa kini lebih memilih untuk menyisipkan istilah-istilah asing ke dalam Bahasa Indonesia daripada menggunakan Bahasa Indonesia seutuhnya. Bahkan mereka lebih memilih menggunakan bahasa asing seperti bahasa inggris. Dengan menggunakan istilah asing tersebut, mereka merasa lebih pintar dan terlihat lebih mengikuti era globalisasi.

Selain itu, mereka sering mencampuradukkan huruf besar dengan huruf kecil dan mencampuradukkan huruf dengan angka atau simbol-simbol tertentu di dalam penulisan. Akibatnya, mereka sering mencampuradukkan Bahasa Indonesia tanpa memperhatikan pemakaian Bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah yang baik dan benar serta menciptakan suatu gaya bahasa baru yang lebih sering dikenal sebagai bahasa alay.

Rasa bangga yang dulu melekat kuat dalam jiwa generasi Indonesia kini perlahan mulai menguap. Kecewa, mungkin hal tersebutlah yang akan dirasakan oleh para pemuda-pemudi Indonesia yang dahulu memperjuangkan Bahasa Indonesia jika mengetahui bahwa kini rasa bangga tersebut mulai menguap. Sumpah pemuda yang dulu diikrarkan dengan penuh rasa nasionalisme kini hanya menjadi rangkaian kata yang dihapalkan menjelang ulangan.

Bahasa sesungguhnya memegang peranan penting dalam meningkatkan rasa nasionalisme. Sebagai generasi Indonesia, kita tidak boleh hanya berdiam diri melihat keberadaan bahasa kita yang semakin terpuruk. Kita harus bisa meningkatkan rasa cinta terhadap Bahasa Indonesia sehingga rasa nasionalisme seluruh generasi Indonesia juga akan semakin meningkat. Salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah dengan memberikan dan meningkatkan penyuluhan tentang penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan hal tersebut, kita bisa mengembangkan Bahasa Indonesia ke arah yang positif serta ke arah yang lebih baik lagi terutama dalam era globalisasi saat ini.

Menilik kesuksesan negara-negara besar yang bangga dengan bahasa nasional mereka sendiri, sudah sepatutnya kita meniru sifat tersebut. Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki kepribadian. Di mana letak kepribadian bangsa indonesia jika generasi Indonesia sendiri lebih bangga menggunakan bahasa asing dan bahasa alay?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun