Mohon tunggu...
ayu_n
ayu_n Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nasib Anak Buruh Migran yang Haus Akan Kasih Sayang

8 November 2018   20:57 Diperbarui: 8 November 2018   20:57 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bagi si A kedatangan seorang ayah adalah hal yang terindah yang pernah dia lihat dan rasaka. Bayangkan disetiap kehidupannya yang selalu mengantar ke pondok dengan menaiki angkutan umum dengan barang yang cukup banyak, mendampingi, mengambil raport, tanda tangan rapot semua dilakukan oleh ibu, yang seharusnya menjadi tanggung jawab seorang ayah, sayangnya laki* yang dipanggil ayah hanya datang 3 tahun sekali.

"Ketika mengantar untuk pendaftaran, ayah lah yang membantu mengangkat barang - barang untuk anak mereka, tapi aku tidak. Ibulah yang sepenuhnya bertindak dalam setiap keperluanku" ungkap si A, 12 Tahun, 29 oktober 2018, gresik.

Si A adalah anak buruh migran yang berasal dari kota gresik, jawa timur. Ayah si A sudah bekerja sebagai buruh migran sejak menikah dengan ibu si A.

Adapun grafik persoalan anak buruh migran yang terpisah dari orangtua yang bersumber dari LPKP dalam tirto menyatakan bahwa
1. 872 anak butuh layanan identitas
2. 1.623 hidup dalam pengasuhan ibu
3. 584 dalam pengasuhan ayah
4. Kurang lebih 16 anak korban kekerasan
5. 605 dalam pengasuhan nenek
6. 1.032 butuh akses bantuan sosial dan layanan publik.
ada 3.336 ABM di 22 desa dan kelurahan, 7 kabupaten, dan 4 provinsi.

Si A termasuk di 1.623 yang diasuh oleh ibu, dibutuhkan pola asuh keluarga yang lengkap untuk memudahkan perkembangan anak, perlu dipertimbangkan anak kehilangan kasih sayang seorang ayah akan berdampak juga kepada ayah terebut, anak menjadi kurang nyaman, dan masih banyak.

Banyak harapan pada pemerintah untuk menangani dari solusi banyaknya buruh migran yang lebih memilih memenuhi kebutuhan finansial dari pada kebutuhan psikososial anak.

Ayah akan merasa menyesal ketika harus pergi menjadi biruh migran ketika anak berusia 4-6th karena pada masa itu anak berada diposisi golden age..ketika pada masa itu anak tidak memeroleh kasih sayang dr seorang ayah...dampaknya ketika anak sudah menginjak dewasa anak akan merasa jauh.. sudah menjadi sulit untuk merubah ketika sudah dewasa karena pada masa* golden age tidak ada peran ayah didalamnya.

Semoga pemerintah dapat menangani masalah tersebut sehingga anak merasa dekat dan nyaman dengn ke2 orangtua karena selalu mendapat kehangatan dan kasih sayang dari ke2 orangtua .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun