Mohon tunggu...
Ayu Mellisa
Ayu Mellisa Mohon Tunggu... mahasiswa -

art lover, music maniac, philosophy seeker, beatlemania, out of the box

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Laskar Pelangi – Membuka Realita Pendidikan Indonesia

29 November 2010   04:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:12 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(ini cover edisi pertamanya...)

Pendidikan merupakan hak semua orang, yang sebenarnya bisa didapatkan dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun caranya. Pendidikan pada dasarnya dapat berbentuk pendidikan formal, non-formal, dan juga informal. Pendidikan non-formal yang bisa didapatkan melalui kursus maupun kegiatan organisasi dan sebagainya. Sedangkan pendidikan informal sudah kita terima sejak lahir dari lingkungan dan proses ini berjalan selama kita hidup. Pendidikan formal bisa didapatkan melalui aktivitas belajar dan mengajardi sebuah institusi sosial yang kita kenal dengan istilah sekolah. Tapi sayangnya, tidak semua orang dianggap pantas dan mampu untuk mencicipi pendidikan formal, yang selama ini masih dianggap paling penting oleh masyarakat.

Realita ini yang diangkat oleh salah satu karya sastra terlaris karya Andrea Hirata, Laskar Pelangi. Laskar Pelangi merupakan karya pertama dari seorang penulis yang mencoba menggambarkan keadaannya yang serba terbatas saat mengenyam bangku Sekolah Dasar dan SMP di kampungnya, Gantong, Belitung. Cerita dalam novel roman ini dimulai ketika seorang anak, sang tokoh utama, bernama Ikal yang berada dalam sebuah sekolah Muhammadiyah yang akan dibubarkan jika muridnya tidak sampai 10 orang. Si Ikal ini akhirnya dapat masuk ke sekolah ini dan bertemu dengan teman-teman barunya -minimum kuota sekolah 10 orang - yang mempunyai berbagai karakter yang menarik. Teman satu angkatan si Ikal ini adalah Lintang, Mahar, A-Kiong, Syahdan, Kucai, Sahara, Borek, Trapani, dan Harun. Selain itu mereka juga bertemu dengan sang kepala sekolah yang bijak, Pak Harfan dan juga Ibu Muslimah, guru terbaik mereka yang patut dijadikan contoh bagi guru-guru era sekarang.

1291004229971211665
1291004229971211665

(para "personil asli" Laskar Pelangi)

Nama Laskar Pelangi ini diberikan Ibu Muslimah kepada 10 orang murid ini, yang walaupun dalam keterbatasan tetap bersemangat untuk sekolah dan berprestasi. Nama pelangi ini muncul karena ketertarikan Ibu Muslimah akan pelangi dan ternyata sangat merefleksikan kehidupan para laskarnya. Kehidupan Laskar Pelangi memang sangat beragam dan sangat menarik untuk diikuti. Semangat tanpa henti untuk menuntut ilmu tak terhalangi oleh fasilitas dan akses mereka yang sangat minim. Sekolah yang hampir roboh pun tak pernah merobohkan keingintahuan mereka akan sesuatu.

Lintang, salah satu tokoh yang cukup berpengaruh di novel ini, merupakan anak nelayan miskin yang sangat jenius. Ia merupakan murid tercerdas yang memberikan prestasi bagi sekolah miskin mereka dalam lomba cerdas cermat. Ketertarikannya terhadap sekolah sudah tampak sejak awal ia masuk ke sekolah dan semangatnya yang luar biasa tampak pada pengorbanannya untuk menempuh perjalanan 80 kilometer untuk bersekolah. Cita-citanya sebagai ahli Matematika sayangnya harus kandas ketika ayahnya, sang tulang punggung keluarga, meninggal. Selain itu diceritakan pula Mahar, sang “dukun” Laskar Pelangi yang memilki ketertarikan lebih terhadap hal berbau mistik dan seni yang berhasil memberikan prestasi dalam karnaval 17 Agustus di kampung. Tak hanya itu, ada pula kisah cinta pertama Ikal pada A Ling dan juga kisah-kisah lain yang saling berkaitan satu sama lain.

Novel Laskar Pelangi merupakan novel pertama dari tetralogi Laskar Pelangi (Sang Pemimipi, Edensor, Maryamah Karpov) yang menjadi buku sastra Indonesia terlaris sepanjang sejarah. Tak heran, buku ini berhasil menggambarkan dengan kocak sekaligus mengharukan oleh Andrea Hirata. Yang jelas, ia dapat membukakan realita akan pendidikan formal di Indonesia yang nyatanya masih sangat terbatas dan juga ada perbedaan kelas di dalamnya. Bahwa biaya sekolah sekarang makin mahal dan menjadi halangan terbesar untuk bisa mengenyam bangku sekolah. Akan tetapi jika semangat untuk belajar tak pernah padam, bukan tidak mungkin jika kita berprestasi lebiuh baik daripada orang-orang yang mendapatkan fasilitas berlimpah. Keterbatasan bukanlah alasan untuk berhenti bermimpi dan berjuang. Inilah pesan yang terkandung dalam novel terbitan Bentang Pustaka, Yogyakarta ini.

Laskar Pelangi adalah bacaan wajib untuk semua orang. Kita harus bisa bercermin akan realita yang disajikan novel ini.Tak hanya itu, buku ini berhasil memberikan motivasi bagi banyak orang, termasuk saya, untuk tidak berhenti bermimpi dan berjuang. Semangat dan kasih sayang orang-orang sekitar kita merupakan “pendidikan” penting bagi kehidupan kita. Rasa syukur akan diberikannya kesempatan untuk bersekolah tertanam dan cita-cita untuk memperbaiki mutu pendidikan Indonesia pun muncul. Pemerintah seharusnya sadar dan berusaha lebih baik untuk perbaikan sistem pendidikan Indonesia. Bahwa pendidikan bisa didapatkan oleh siapapun itu bukanlah slogan belaka dan kita wajib mewujudkannya demi kemajuan Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun