Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) ke 77 tahun, Lasem Kota Cagar Budaya (LKCB) semarakkan acara Camping Fun dengan mengusung tema "Bersama Dirgahayu Selaraskan Sejarah Budaya" di Dusun Mbebek, Gowak Lasem, sampai tengah malam. Selasa (16/8/2022).
Camping Fun ini sengaja dilakukan karena bersamaan dengan malam puncak Kemerdekan HUT RI, anggota LKCB ingin agar pemuda, khususnya di Dukuh Mbebek, Gowak mengetahui sejarah asli Lasem.
Tidak hanya berbincang soal sejarah, di acara tersebut juga mempersembahkan pembacaan puisi, geguritan, dan pantomim.
Camping Fun ini sekaligus menjadi program kerja lanjutan dari Lasem Kota Cagar Budaya (LKCB) untuk kedepannya menanggapi bahwa kemungkinan besar, potensi Lasem yang akan dinobatkan menjadi Kota Pusaka akan segera tercapai.
Kohlam, penggiat sejarah lokal Lasem yang senantiasa memberikan penjelasan terkait sejarah Lasem mulai dari Kerajaan Pucangsulo hingga terlahirnya makanan khas Lasem, yakni Bekasem.
"Memang, kalau bicara sejarah Lasem itu tak kan ada hentinya. Kita mulai dari Kerajaan Pucangsulo yang mana pada zaman dahulu pernah menjadi maskot yang Lasem, hingga terciptanya makanan bekasem," kata dia dalam keterangan katakutip.com saat menjelaskan di depan panggung acara.
Bekasem diambil dari bahasa jawa, 'bek' berarti penuh dan 'asem' yakni buah asem. Dimana ikan pindang diletakkan di kuali besar, setelah itu direbus dan diungkep selama satu minggu hingga berubah bau. Kemudian, diatasnya diletakkan buah asem yang banyak supaya cita rasa asemnya terpadu secara merata.Â
Dwi Susilowati, S.E, Sekretaris Camat Lasem mengaku bahwa sejarah ini perlu dilestarikan dan diteruskan. Pasalnya, ada praduga jika bekasem itu tidak lain dan tidak bukan sama seperti botok, namun dengan toping yang berbeda. Kalau botok itu rata-rata menggunakan toping udang atau jamur yang dipadukan dengan sayur asem.
Namun, ada pendapat lain yang menyatakan makna 'bekasem' yaitu dari kata 'mbek asem' yang artinya dengan asem. Perpaduan antara sayur asem dan botok ikan pindang.
"Tanpa disadari, sebenarnya makanan itu masih ada namun mungkin beda dalam cara pengolahannya. Ini masih dalam penafsiran yang tabu. Dari sejarahnya pun tidak ada ketentuan dan petunjuk yang pasti," sahutnya.
Untuk itu, setelah adanya acara ini pastinya akan diadakan kajian pengolahan bekasem agar tetap lestari dan menjadi salah satu makanan khas Lasem yang wajib diperkenalkan di khalayak umum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H