Mohon tunggu...
Ayu Lestari
Ayu Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Nama : Ayu Lestari

Mahasiswa_Fakultas Tarbiyah_STAI AL-HIDAYAT LASEM

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menelisik Sifat Manusia dengan Memperhatikan Klaster Dalam Jiwa

17 Mei 2022   12:49 Diperbarui: 17 Mei 2022   12:53 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia memang memiliki tiga elemen khusus yang melekat pada dirinya. Bukan untuk membelenggu. Akan tetapi ketiga elemen dasar tersebut menunjukkan bahwa adanya batasan bagi manusia dalam mendeskripsi sembari mengelompokkan organ-organ yang berbeda. 

Masih familiar sekali dengan adanya kutipan bijak yang mengatakan "barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia telah mengenal tuhannya."

Justru, dengan berbagai perspektif yang berbeda dari berbagai arah menandakan bahwa keterkaitan antara manusia dan Tuhan-Nya sangatlah menonjol. 

Seperti halnya contoh sederhana yang diberikan dari seorang ayah kepada sang anak dalam mempertanyakan keberadaan tuhan yang ada pada dirinya. Beliau menggambarkan air putih yang ada di dalam cangkir panjang, lalu ia bertanya kepada anaknya,"wahai anakku apakah kamu melihat ada air putih didalam gelas ini?" lantas, si anak menggangguk dan membenarkan perkataan dari ayahnya.

Setelah itu, beliau memasukkan satu kantong teh celup yang mengakibatkan perubahan warna yang ada pada air tersebut. lantas, ia kembali bertanya kepada anaknya,"anakku. Apakah kau melihat air putih di dalam gelas itu."  si anak spontan menggeleng dan berkata tidak. Karena secara logika, air putih yang telah dimasukkan teh, akan berubah menjadi air teh. 

Dengan begitu sang ayah tersenyum dan memberikan pengertian bahwa sesungguhnya Allah SWT ibarat air putih yang semula belum ditambahkan kantong teh celup, sedangkan makhluk hidup yang ia ciptakan adalah air teh.

Jika diartikan tuhan selalu membersamai kita dimana makhluk itu berada, kapan saja, dan kapan saja. Bahkan melebihi urat nadi yang sangat dekat dengan kita.

Sebelum membahas secara rinci. Kita ketahui bahwa jiwa merupakan elemen dasar yang ada di diri manusia. Orang awam secara  keseluruhan saya yakin masih kebingungan dalam menafsirkannya. maka dari itu, langsung saja kita bahas mengenai jiwa dan jenis-jenisnya.

Apa itu jiwa?

Yang pertama kita bahas yaitu jiwa. Apa itu jiwa? Jiwa dalam bahasa arab yakni "Nafsun" atau bisa dikatakan sebagai organ rohani yang dapat mengeluarkan segala perintah kepada organ jasmani dalam melakukan sesuatu. Dari fase jiwa ini, ada dinamika yang bermain didalamnya yaitu hawa dan nafsu. 

Hawa itu ajakan atau hasrat dari diri manusia untuk berbuat baik, sedangkan nafsu merupakan ajakan atau hasrat manusia yang mengarahkan pada perbuatan buruk, kei, dan lain sebagainya. 

Secara hemat, jiwa tersebut berasal dari organ rohani yang berkolaborasi kepada organ-organ jasmani dengan tujuan menyalurkan energi untuk melakukan sesuatu yang diselaraskan dengan hadirnya hawa dan nafsu.

Contoh: saat ingin belajar, otomatis organ rohani memberikan sinyal kepada organ jasmani untuk menggerakkan otaknya agar manusia itu dapat mengetahui bahwa ia ingin bermain. contoh lagi, disaat orang tersebut ingin membunuh. Maka organ jasmani dan rohani saling bertaut dan menyalurkan nafsunya untuk membunuh seseorang yang menjadi sasaran pembunuhan.

Dengan begitu, adapun delapan kategori jiwa yang harus kamu ketahui:

  • Ammarah

Yap, kategori jiwa ammarah ini merupakan golongan jiwa manusia yang belum bisa membedakan hal buruk dan hal baik, sekaligus belum bisa membandingkan peristiwa yang ma'ruf dan mungkar.

  • Lawwamah

Kedua, untuk kategori jiwa yang mana sudah di fase dapat membedakan rasa insyaf dan menyesal apabila seseorang tersebut telah melakukan kesalah dimana setelah kejadian itu, malah mengubah karakter buruk dari seseorang tersebut menjadi lebih baik.

  • Musawwalah

Ketiga, jiwa manusia yang dapat memposisikan atau menyesuaikan keadaan dan merasa dirinya belum begitu baik dalam berperilaku. Terkadang, orang yang sudah ada di tahap ini lebih senang menyembunyikan kebaikan-kebaikannya kepada orang lain karena ia malu dan merasa perbuatan baik yang telah ia perbuat selama ini belum begitu cukup untuk menutupi dosa-dosa di masa lampau.

  • Muthmainnah

Menuju ke proses yang lebih mendalam, kali ini jiwa seseorang yang telah mendapatkan suatu pemeliharaan jiwa yang baik di dalam dirinya. Seseorang yang memiliki jiwa seperti ini dominan dapat menguasai dirinya untuk melakukan perbuatan yang keji. Seperti menahan laku untuk mencuri, berbohong, berbuat zina dan lain-lain.

  • Muthamah

Lain lagi dengan fase jiwa seseorang di level "Muthamah" ini. Mengapa demikian karena jiwanya  senantiasa dikaruniai berupa ilham dari Allah SWT berupa ilmu dan akhlakul karimah yang kompleks.

  • Raadliyah

Mirip-mirip dengan sifat qonaah. Manusia yang telah melewati fase jiwa yang seperti ini cenderung ridha dan merasa cukup atas nikmat yang sudah ia dapatkan selama hidupnya.

  • Mardliyah

Jiwa manusia yang senantiasa di balut dengan ridha dan anugerah yang diberikan, dengan senantiasa selalu berdzikir, berlaku ikhlas dan mempunyai sisi kemuliaan.

  • Kaamilah

Yang terakhir adalah kaamilah. Jiwa satu ini menandakan telah sempurnanya manusia yang berada dalam dasar kehidupannya dengan selalu mengerjakan irsyad dan menyempurnakan ikmal. Dan manusia yang berjiwa seperti ini biasanya memiliki ilmu laduni.

Itulah pembahasan singkat dalam mengetahui bagaimana kita dalam menelusuri sifat manusia dengan cara menelisik klaster jiwa pada diri seseorang. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun