Kebanyakan penulis pemula kebiasaan tidak terlalu sering membaca beberapa sumber referensi buku dikarenakan karena faktor malas, mahal, da nisi halaman yang  terlalu tebal. Padahal, membaca menjadi suatu aktivitas yang bisa memperluas wawasan, kata, dan imajinasi yang tak terduga. Tentunya, membaca disini bukan hanya membaca 1 kali, tapi usahakan membaca secara berulang-ulang maksimal 2-3 kali. Sambil mencatat kata atau diksi apa saja yang belum pernah kamu ketahui artinya.
b. Menulislah dengan spontanitas, tanpa ada keinginan untuk berhenti
Kuncinya memang gampang banget, menulis. Kedua kegiatan ini memang saling bersinergi dalam menstimulasi perkembangan kognitif, juga membantu memberikan beberapa wawasan yang luas bagi pembacanya. Berhubung berlatih merangsang imajinasi, maka memadupadankan hasil membaca dan menulis itu untuk mencari bahan yang akan dijadikan sebuah imajinasi. Sederhana saja, misalnya benda-benda yang ada di sekitar kita (batu, pasir, daun, pohon, bantal, guling, kasur, sajadah, lemari, cermin, foto, dan lain-lain).
Contoh: satu baris puisi
"Daun yang menjuntai lemah perkasa, terlalu ringkih untuk diadu." Arti dari kata-kata tersebut disamping mengandung makna kias, dan diksi. Tulisan tersebut mengandung imajinasi yang mendalam. Sebenarnya jika ditulis menggunakan kata-kata yang sederhana hanya perlu menuliskan bahwa daun itu kering dan jatuh. Akan tetapi karena sudah dikemas dengan kata kias dan imajinasi, gaya penulisan semacam itu akan terkesan berbeda dan memberikan kesan penasaran kepada pembaca. Apa sebenarnya maksud dari sebaris puisi tersebut.
c. Lakukan pengawinan kata
So, konteks dari pengawinan kata ini tidak serta merta seperti pernikahan silang yang dilakukan oleh hewan maupun tumbuhan. Akan tetapi, perkawinan kata ini dimaksudkan dengan cara menyilangkan kata-kata yang kesehariannya tidak pernah dipakai untuk berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini sering ada di sebuah karya berupa cerpen (cerita pendek), puisi, maupun syair. Contoh "Engkau bagaikan sepi yang tak dapat ku jamah dengan aksara kalbu." Jika dianalogikan, apa ada sepi yang dapat di jamah (disentuh, dirasa)?, sama sekai tidak bisa. Oleh karena itu, dilakukan perkawinan kata untuk menambah suasana membaca itu lebih mendalam dan menarik perhatian.
d. Konsisten
Tulisan akan disebut karya jika sang penulis telah menyelesaikannya secara tuntas dan dilakukan berturut-turut. Apalah daya jika ada imajinasi yang sudah tertampung di dalam ubun-ubun tanpa ada rajutan kata yang tertulis berupa karya. Untuk kalian yang ingin berkarya, tetaplah menulis secara konsisten. dengan begitu, secara otomatis memunculkan imajinasi yang kreatif, inovatif tanpa plagiasi dari karya orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H