Mohon tunggu...
Ayu Hendranata
Ayu Hendranata Mohon Tunggu... Wiraswasta - Nasionalist and Social Media Influencer

Financial planner & Enterpreneur

Selanjutnya

Tutup

Music

Kritik Konsumerisme dalam Lagu Fake Plastic Trees dari Radiohead

1 Agustus 2024   20:58 Diperbarui: 1 Agustus 2024   21:12 1441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fake plastic trees - Radiohead (cdandlp.jp) 

Tidak ada sesuatu yang "kebetulan" terjadi dalam hidup ini, begitulah sepenggalan pepatah yang sering kita dengar. Tidak ada yang terjadi secara kebetulan juga mengandung arti bahwa setiap peristiwa dalam hidup memiliki makna ,  Dan bukan suatu kebetulan juga, di hari itu, seperti biasa hal yang saya lakukan saat scrolling media sosial yaitu membuka favorite story  dari salah satu teman sekaligus mentor saya di akun media sosial , dan muncul lah tampilan group band Radiohead.

Dengan judulnya yang sangat menarik dan unik, membuat jiwa saya ingin segera berpetualang menganalisis apa sebenarnya makna di balik lirik atau pesan yang ingin disampaikan penulisnya melalui lagu ini . Siapa yang tidak kenal dengan group band Radiohead? salah satu lagu favorite dari group ini  yang familiar di pendengaran saya hanya "Creep", dengan referensi yang baru saja saya dengar , tentu saya menjadi sadar bahwa ternyata referensi musik saya belum terlalu luas, ketika masuk ke era tahun 90-an, era dimana generasi millenial seperti saya bertumbuh. 

Di era modern yang sarat dengan perkembangan teknologi dan budaya konsumerisme seperti saat ini, tema keaslian dan kepalsuan menjadi isu yang semakin relevan sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat sering kali dihadapkan pada dilema antara mempertahankan keaslian diri dan menyesuaikan diri dengan standar kepalsuan yang diidealkan oleh media dan industri hiburan. 

Konsumerisme dan materialisme menjadi hal yang sering kita amati dalam kehidupan  dan telah menjadi ciri khas kehidupan modern, terlebih dengan masifnya media sosial. Orang orang semakin berlomba untuk berkompetisi menunjukan validasinya agar tidak di labelkan  "FOMO" (Fear Of Missing Out).  Kehadiran media massa juga berperan besar dalam membentuk nilai serta perilaku dalam masyarakat. Budaya konsumerisme sendiri tidak hanya menjadi salah satu indikator yang mempengaruhi pilihan ekonomi individu tetapi juga menjadi salah satu pengaruh untuk melihat perspektif dan cara mereka dalam melihat diri sendiri serta dunia sekelilingnya. Dalam konteks ini, karya seni termasuk musik popular menjadi salah satu medium kritik sosial yang berpengaruh besar dalam menyikapi fenomena ini.

Radiohead , sebuah band alternatif rock dari Negara Britania Raya (Inggris) Band ini terdiri dari Thom Yorke(vokal utama, gitar ritmis, piano), Jonny Greenwood (gitar utama, keyboard, penyintesis modular, Ondes Martenot, glockenspiel, dan lain-lain), Ed O'Brien (gitar,vokal, perkusi tambahan), Colin Greenwood (gitar bas, perkusi tambahan,penyintesis), Phil Selway (drum, perkusi). Radiohead merilis single pertama mereka, "Creep", pada tahun 1992. Pada awalnya lagu ini tidak sukses, tetapi menjadi hits di seluruh dunia beberapa bulan setelah rilisnya album debut mereka, Pablo Honey (1993). Popularitas Radiohead naik di Britania Raya dengan rilisnya album studio kedua mereka, The Bends (1995) dimana lagu "Fake Plastic Trees" dirilis dalam album ini dan menjadi salah satu hits dari album The Bends yang sangat kental dengan lirik lirik introspektif dan eksperimental mereka,.Lagu ini kemudian dikenal publik sebagai kritik tajam yang menyentuh budaya konsumerisme dan materialisme. Melalui pesan lirik yang penuh makna serta aransemen music yang begitu mendalam, "Fake Plastic Trees" mendeskripsikan bagaimana keputusasaan dan ketidakpuasan terhadap sebuah kehidupan yang didikte penuh oleh benda benda material yang mewarnai kehidupan.

            "Fake Plastic Trees" mencerminkan kritik terhadap budaya materialisme dan konsumerisme, di mana nilai-nilai keaslian sering kali dikompromikan demi citra diri (self representation) dan penampilan. Lirik lagu ini mengungkapkan rasa frustrasi terhadap ekspektasi sosial yang tidak realistis dan tekanan untuk memenuhi standar artifisial yang ditetapkan oleh masyarakat. Melalui metafora dan simbolisme yang kuat, lagu ini menyoroti bagaimana individu dan identitas mereka sering kali terperangkap dalam kepalsuan yang dibuat oleh dunia modern.

Kepalsuan dan Ketidak-authentic-an

Baris lirik : " Her green plastic watering can / For her fake Chinese rubber plant / In the fake plastic earth."

Analisis : Lirik ini mendeskripsikan bagaimana benda benda yang tidak asli atau palsu serta mengandung ketidakaslian (kepalsuan) dalam kehidupan modern. Tanaman karet cina palsu di tanah plastic yang juga menunjukkan dunia yang dikelilingi oleh benda benda buatan yang tidak memiliki keaslian.

Keletihan Emosional dan Fisik

Baris lirik : "it wears her out/it wears her out".

Analisis : Refrain yang diulang beberapa kali dalam lagu ini mencerminkan keletihan yang dialami oleh individu yang terus menerus berusaha untuk memenuhi ekspektasi materialistic. Keletihan ini bisa diartikan sebagai hasil dari tekanan untuk memenuhi standard konsumsi yang tinggi.

Pencarian Makna

Baris Lirik: "She looks like the real thing / She tastes like the real thing / My fake plastic love.".

Analisis : Lirik ini mengindikasikan bagaimana pencarian makna dan keaslian dalam hubungan serta kehidupan. Meskipun tampaknya nyata, cinta plastik palsu menunjukkan bahwa suatu hubungan dan emosi juga dapat di palsukan dalam dunia materialistik

Plastik sebagai symbol kepalsuan

Baris Lirik: "Fake plastic trees / Fake plastic love."

Analisis: Plastik digunakan sebagai simbol utama untuk menggambarkan kepalsuan dan ketidakautentikan. Benda-benda plastik, meskipun praktis, dianggap kurang bernilai dan artifisial dibandingkan dengan benda-benda alami.

Tanaman karet palsu

Baris Lirik: "For her fake Chinese rubber plant / In the fake plastic earth."

Analisis: Tanaman karet Cina palsu dalam tanah plastik menunjukkan bagaimana bahkan elemen-elemen alam yang harusnya hidup dan organik telah digantikan oleh benda-benda buatan yang tidak memiliki nilai intrinsik.

Pencarian Identitas

Baris Lirik: "It wears her out, it wears her out / She lives with a broken man."

Analisis: Frasa ini mencerminkan perjuangan individu dalam mencari identitas dan keaslian dalam kehidupan yang didominasi oleh materialisme. Manusia yang "broken" menggambarkan bagaimana tekanan untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma materialistik dapat merusak jiwa seseorang.

Narasi tentang keputusasaan dan ketidakpuasan

Baris Lirik: "And if I could be who you wanted / If I could be who you wanted all the time."

Analisis: Lirik ini mencerminkan keputusasaan untuk memenuhi harapan orang lain dan masyarakat. Narasi ini menggambarkan ketidakpuasan yang timbul ketika individu mencoba menyesuaikan diri dengan standar-standar yang ditetapkan oleh budaya konsumerisme.

Refleksi pribadi dan kritik sosial

Baris Lirik: "It wears me out, it wears me out."

Analisis: Selain menggambarkan keletihan orang lain, lirik ini juga mencerminkan keletihan pribadi dari sudut pandang penulis. Ini menunjukkan bahwa kritik terhadap konsumerisme tidak hanya merupakan observasi sosial tetapi juga refleksi pengalaman pribadi.

 Lagu ini tidak hanya mencerminkan ketidakpuasan terhadap budaya konsumerisme dan materialistik tetapi juga mengajak pendengarnya  untuk mencari kehidupan yang lebih autentik dan bermakna. Melalui pesan dan  kritik sosial yang kuat, lagu ini tetap relevan dan berdampak dalam diskursus tentang konsumerisme dan materialisme. Lagu ini mengingatkan kita bahwa manusia memiliki pengetahuan dan hati sebagai wujud perasaan yang sifatnya "immaterial" , sesuatu yang melampaui tampilan fisik seorang manusia. Tampilan fisik bukanlah representasi dari kecintaanmu dan kaaslian dari utuhnya seseorang, namun hanyalah "Fake Plastic Love".

Love

Ayu Hendranata

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun