Jadi intinya passion juga setidaknya harus di sertai dengan konsistensi. Saat di hadapkan dengan rintangan rintangan bukan berarti harus STOP dan beralih ke pekerjaan lainnya. Passion di raih bukan dengan kemudahan tetapi melalui proses dan pengorbanan.
5. Hustle culture
Dikutip dari laman Kementerian Ketenagakerjaan, hustle culture adalah standar di masyarakat yang menganggap bahwa hanya bisa mencapai sukses kalau benar-benar mendedikasikan hidup untuk pekerjaan dan bekerja sekeras-kerasnya hingga menempatkan pekerjaan di atas segalanya.
Kalau diartikan secara harfiah, mengacu pada Oxford Learner's Dictionary, hustle adalah mendorong seseorang agar bisa bergerak lebih cepat dan agresif. Jadi, hustle culture secara sederhana berarti sebuah budaya kerja dimana orang-orang bergerak lebih cepat atau agresif.
Dilansir dari headversity, hustle culture juga mempunyai definisi sebagai budaya yang mendorong para pekerja, karyawan, atau buruh bekerja berlebih. Bahkan, para pekerja ini sering memikirkan pekerjaan mereka di waktu luang, akhir pekan misalnya. Saya ambil contoh misalnya, seorang pelayan publik (pengabdi masyarakat) yang bekerja full time bahkan di saat hari libur pun dimana harus selalu stand by dengan data serta informasi untuk kepentingan negara. Bekerja untuk rakyat. Makanya terkadang kita cukup prihatin jika ada sebagian orang yang mendiskreditkan profile seorang pelayan publik hanya bekerja sesuka hati. Tidak semua yang kita lihat selalu dari kacamata negatif.
Jika dilihat dari luar, budaya ini tampak seperti gerakan motivasi berenergi tinggi yang datang dengan imbalan yang diharapkan. Padahal hustle culture adalah perlahan tapi pasti akan mempengaruhi kesehatan dan mental pekerja.
"Segalanya cepat-cepat dalam pencapaian, seakan-akan hidup itu dikejar-kejar terus seperti itu. Ini tidak bisa kita hindari karena dibesarkan dalam keadaan dikejar oleh teknologi. Bagi sebagian orang, ini adalah pekerjaan yang sangat menyenangkan tetapi juga sekaligus meletihkan," kata Prof Renald.
Tak heran jika saat ini semua orang bisa melakukan segala pekerjaan dengan multitasking Karena berpacu pada teknologi dan waktu yang cepat.
6. Work life balance
Worklife balance sendiri memiliki makna kemampuan seseorang dalam menyeimbangkan tanggung jawabnya dalam pekerjaan dan hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan. Menurut Hudson, aspek aspek dalam work life balance dalam kehidupannya antara lain Keseimbangan Waktu.
Kata ini sudah  populer dari zaman dulu, dan menjadi gaya hidup kekinian. Akibat under pressure dalam lingkungan keluarga (internal) ataupun faktor eksternal lainnya (misal lingkungan pekerjaan), maka mereka merasa perlu sekali work life balance dalam segala aktivitas yang memerlukan keseimbangan dan keselarasan.