"It's not fair, Ibu"
"Kenapa papa selalu pulang kantor malam terus ya?"
"Kenapa ibu sering marah kalau aku nakal ? "
"Aku takut kalau ibu marah"
"Aku ga suka makanan ini"
"Kenapa Ibu ga main sama aku ?"
Kenapa begini dan kenapa begitu.
Begitu banyak sekali pertanyaan atau opini yang terlontar dari putri kami  di usianya yang kini menginjak 8 tahun.
Pengaruh orang tua memang sangat penting di usia usia perkembangan anak, dan biasanya anak akan mulai berubah, mulai punya sikap saat mendengarkan nasehat yang diberikan, mulai mengikuti aturan dan juga suka protes. Semakin besar biasanya sih anak akan ada privasi sendiri dan juga jarak dengan orang tuanya.
Pengaruh orang tua ini sebenarnya terkait dengan istilah "Probing" dan "Matching" (istilah yang saya ambil dan baca dari buku psikologi karya Tisna Chandra).
1. Probing itu sendiri maksudnya kita bisa lebih mengenal lebih dalam siapa sebenarnya anak kita, apa kebutuhannya, keinginannya, tingkah polah nya, emosinya, potensi dirinya, minat bakatnya dsb.
2. Sedangkan Matching adalah bagaimana orang tua bisa membuat kesesuaian relasi dalam mendidik anak baik dari cara bicara , cara  memberikan hukuman, cara menghargai anak, cara mencintainya, cara memperlakukannya dengan baik yang semuanya disesuaikan dengan karakter anak.
Nah, kapan masa yang tepat saat menerapkan disiplin, aturan dan probing dan matching tersebut? Jawabannya sebenarnya bisa kita temui dalam kehidupan sehari hari berdasarkan tahap usia. Karena semakin kecil usia anak semakin gampang diatur dan semakin besar semakin tidak kooperatif, benar bukan?
Tahapan usia dan efektifitas dari peran orang tua menunjukkan bahwa :
1. Usia anak 0-5 tahun.
Usia yang dinamakan Golden Age dimana peran orang tua yang paling maksimal dalam menerapkan probing dan matching. Sangat gampang membentuk anak diusia ini, ibarat kertas putih dan polos yang memang bisa kita bentuk seiring berjalan waktu anak pun akan menjadi individu yang bertumbuh.
2. Usia 6-9 tahun.
Di usia ini peran orang tua hanya masih tersisa 75% nya saja. Usia anak ditahap ini sangat kritis. Sering bertanya kenapa begini kenapa begitu, sama seperti usia dan juga sikap putri saya di atas.
Fisiknya tumbuh cepat, full energi yang tidak ada habisnya, super aktif. Terkesan seperti nakal dan tidak mau bekerjasama. Kenapa? Â Karena di tahap usia ini memang anak tidak lagi melihat 100% kita sebagai orang tua yang segala buat nya. Kehadiran orang orang di lingkungan sekitar seperti Guru, teman, dll menjadi pembanding dari kehebatan dan kedekatan terhadap orang tuanya. Dan tanpa kita sadari di usia inilah anak menyimpan persepsinya sendiri 25% serta mempunyai opini opini sendiri.
Ternyata si kecil yang polos dan lucu sudah mulai bisa berpikir sesuatu yang berbeda dan mempunyai keinginan sendiri. Tapi jangan sedih, kita masih punya kesempatan 75% mengubah dan membentuknya sedangkan sisanya 25% sudah terbentuk.
Menemukan potensi bakat dan minatnya dan lebih banyak bicara dari hati ke hati, menerapkan aturan dan disiplin, menentukan reward dan delay of reward, mengurangi kemarahan dan menggantinya dengan kesepakatan sebagai kontrol dan cross cek aktifitas anak anak menjadi solusi baik sehingga anak bisa lebih nice dan kooperatif.
3. Usia 10-14 tahun.
Diusia ini peran orang tua masih tersisa 50% dan sisanya 50% telah terbentuk. Masa dimana anak mulai menjelang remaja dengan segala sikap nya yang harus kita pahami.Lebih banyak mendengarkan maunya apa, Â ajak berdiskusi dengan bahasa yang baik dan fun sehingga anak bisa lebih mengerti,menjaga emosi dan sensitifitasnya yang mulai labil.
4. Usia 15-17 tahun.
Pada tahap ini orang tua berperan hanya 25 % dan sisanya 75% telah terbentuk. Masa pubertas telah di mulai. Anak remaja di masa ini sangat memperdulikan ukuran tubuh, bentuk tubuh atau berat badan. Gangguan makan akan banyak terjadi, terutama pada anak perempuan.Â
Di masa ini, anak remaja sedang mengembangkan kepribadian dan pendapatnya yang unik. Mulai mempunyai rasa minat dengan lawan jenis, akan sering konflik dengan orang tuanya lebih banyak waktu dengan teman temannya dan lebih cerdas lagi dalam ber-argumen. Peran orang tua di usia ini adalah :
- Lebih banyak mengajaknya untuk berdiskusi tentang kekhawatirannya dan tetap perhatikan tiap perubahan yang terjadi pada perilakunya.
- Temani anak saat melewati masa sedih atau depresi.
- Tunjukkan perhatian terhadap minatnya di sekolah dan ekstra-kurikuler dan dorong ia untuk lebih banyak terlibat pada kegiatan-kegiatan seperti olahraga, musik, teater dan kesenian.
- Berikan pujian pada anak dan rayakan keberhasilan serta usahanya.
- Tunjukkan rasa sayang pada anak. Luangkan waktu bersama melakukan hal yang disukai.
- Hormati pendapat anak remaja anda. Dengarkan masalahnya.
- Dorong anak untuk menemukan solusi bagi masalah atau konflik yang ia hadapi.
- Bantu anak belajar membuat keputusan yang baik
- Ciptakan kesempatan baginya untuk berkembang hal hal yang positif serta hormati kebutuhan pribadi anak.
Bagi saya, anak-anak adalah individu dengan segala sifatnya. Memang ada bagian individu pada anak-anak yang belum berkembang seperti orang dewasa. Tetapi, individu itu bukan kertas kosong yang pasif menerima apapun pengaruh dari lingkungannya.
Ketika kita memandang anak sebagai individu, itu akan membuat proses pendidikan yang kita lakukan berbeda dibandingkan jika kita memandang anak hanya sebagai kertas kosong.Â
Dengan memandang anak sebagai individu, kita lebih melibatkan anak dalam proses pendidikan untuk dirinya sendiri, kita mendengarkan dan memperhatikan pendapat mereka serta menjadikannya sebuah hal yang penting dalam proses pendidikannya untuk bertumbuh menjadi individu yang lebih baik.
-Selamat Mencoba-
Love
Ayu Hendranata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H