Mohon tunggu...
Ayu Hendranata
Ayu Hendranata Mohon Tunggu... Wiraswasta - Nasionalist and Social Media Influencer

Financial planner & Enterpreneur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Kesederhanaan dari Seorang Anak Kecil

13 Agustus 2018   13:18 Diperbarui: 14 Agustus 2018   08:07 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada cerita dibalik pengalaman "Kursi" yang terbilang baru bagi perjalanan wisata kami kali ini untuk mengenal pesona Indonesia lebih dekat. Kami memilih Yogyakarta sebagai tujuan destinasi wisata kami. Mengapa Yogyakarta?? Ada cerita di balik pemilihan kota ini, berawal dari keinginan putri kami untuk melihat Candi Borobudur, referensi dari chanel favoritnya "National Geographic" yang pernah dia tonton.

Dan kebetulan ada satu episode tentang Candi Borobudur yang membahas kebocoran stupa akibat hujan dan faktor alam yang bisa menyebabkan relief rusak,bagaimana sentuhan sentuhan dari tubuh manusia juga bisa menyebabkan bentuk relief menjadi rusak. Itulah mengapa  selalu ada petunjuk larangan bagi pengunjung untuk tidak duduk ataupun menyentuh bagian tertentu di sekitar area candi .

Dan Si kecil sangatlah antusias sambil berharap suatu saat mimpinya menjadi kenyataan melihat borobudur yang sempat dia tulis dalam buku diarynya.

Buat kami sebagai orang tua, doa anak itu seperti punya kekuatan tersendiri, dan kadang kami merasa anak anak itu sangat ajaib. Doa dan mimpinya seakan bersinergi dengan alam semesta yang ikut mendukung. Borobudur sendiri sebenarnya masih masuk bagian area daerah Jawa Tengah ,tetapi dengan pertimbangan karena Yogya adalah alternatif termudah dan terdekat untuk  menuju ke candi buddha terbesar didunia ini maka kami pun searching tiket menuju kota tersebut.

Setelah berselancar mencari tiket promo dengan jam yang pas dengan waktu pulang sekolah anak,  akhirnya saya memutuskan untuk memilih kursi "kelas bisnis" yang lain dari biasanya. Dengan pertimbangan saat itu selisih harga hanya terpaut tipis di jam yang sama dengan kelas ekonomi.Jujur ini pengalaman pertama naik kelas bisnis untuk kami. Mengingat harganya juga tentu selalu mahal untuk rute apapun.Tapi saya pikir, karena kebetulan promo, boleh lah sekali kali ya dicoba pengalaman baru ini apalagi dengan selisih harga sangat tipis di jam yang sama.

Saya berpikir ini kesempatan dan tawaran yang lumayan bagus dan tanpa bermaksud juga untuk bermewah ria,hanya berpikir menambah pengalaman .Kenapa tidak?

Perjalanan pun dimulai menuju bandara bersama si kecil, dan dia sendiri sebenarnya tidak tau jika ibunya telah memesankan kursi yang berbeda dari biasanya. Diawali masuk ke dalam terminal keberangkatan , kami pun sudah disambut dengan counter airlines yang kami pilih.Sangat mudah untuk saya melihat petunjuk didepan counter airlines yang membedakan check in untuk line kelas bisnis dan kelas ekonomi. Antrean panjang sudah tampak terlihat di line kelas ekonomi dari depan pintu masuk utama terminal keberangkatan . Sedangkan untuk antrean kelas bisnis kosong melompong.

"Ibu, we make a line first " ujar si kecil mengingatkan saya saat terdiam diantara kedua line yang membedakan kelas ini. Si kecil memang sudah terbiasa dilatih kesabarannya ketika harus mengantre panjang dalam kondisi apapun. Dan sekali lagi dia belun tau kalau Ibunya sudah membelikan kelas yang berbeda untuknya.

Langkah dan ucapan saya pun terasa berat ketika kemudian ingin menuju antrean kelas bisnis sembari melihat ke antrean kelas ekonomi yang semakin panjang. Saat itu semua mata calon penumpang ekonomi seakan tertuju pada kami berdua melangkah di atas karpet merah counter check in bisnis kelas. Jujur,saya tidak terbiasa dengan hal ini. "Ndeso","Sungkan" begitulah perasaan saya saat itu.

Tangan saya lantas mendekat dan berbisik ke telinga si kecil "Sayang,kali ini kita coba pengalaman baru naik kelas bisnis ya dan tidak perlu antre lagi seperti biasa, lihat tulisan didepan itu" ujar saya menjelaskan dengan penuh hangat pada si kecil.

"What is that Ibu" ? Business Class?   Tanyanya kemudian "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun