Mohon tunggu...
Ayu Hendranata
Ayu Hendranata Mohon Tunggu... Wiraswasta - Nasionalist and Social Media Influencer

Financial planner & Enterpreneur

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tidak Perlu Alergi Terhadap Utang Negara

10 Mei 2018   18:04 Diperbarui: 11 Mei 2018   05:48 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan barulah kemudian di tahun 2014 ketika semua sudah mulai tertata, dari sisi politik, pemerintahan, dan juga pertumbuhan ekonomi yang telah baik, Indonesia kemudian melanjutkan  pembangunan terfokus pada infrastruktur serta investasi sumber daya manusia melalui pendidikan dan kesehatan. Kata kuncinya di investasi , yang namanya "investasi" itu utk masa yang akan datang, hasilnya tentu memberikan return dan Multiplier Effectnya untuk generasi di masa akan datang, dan tidak semudah membalikkan telapak tangan tentunya.

Untuk mendukung agenda pemerintahan dalam pembangunan infrasturuktur dan investasi SDM tersebut, tentu membutuhkan pembiayaan.
Namun sayangnya pendapatan negara melalui pajak belum optimal sehingga terjadilah selisih antara Pendapatan dan Belanja negara. Dan dari selisih inilah Indonesia membutuhkan pembiayaan melalui utang, dimana utang ini digunakan untuk sesuatu yang produktif, serta dikelola secara Prudent (hati hati) dan terukur.

Berdasarkan data kemenkeu, Indonesia saat ini mempunyai total utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang kecil (29.78%) per akhir maret 2018.  Dimana Jumlah utang Pemerintah tersebut masih terjaga pada level yang aman dan lebih rendah dari batas sebagaimana yang ditetapkan dalam Undang-undang Keuangan Negara Nomor 17 tahun 2003, bahwa total utang pemerintah terhadap PDB adalah sebesar 60 persen. Tentu rasio ini menjadi indikator penting supaya kita tidak terlalu resah dan alergi dengan utang, dikarenakan masih aman dan terkendali.

Berbeda dengan Utang Rumah tangga yang rata rata digunakan untuk sesuatu yang sifatnya konsumtif dan kepentingan beberapa anggota keluarga saja, Negara justru memanfaatkan dukungan pembiayaan (utang) tersebut  untuk pembangunan yang sifatnya jangka panjang dan produktif,  agar generasi akan datang dpt menikmati hasilnya tanpa harus menanggung beban membangun infrastruktur nantinya yang lebih berat. Dan pembangunan yang produktif ini tidak bisa di TUNDA lagi. Harus segera dilakukan sekarang. Bagaimana kalau tidak ? atau nanti nanti saja? Jelas kita akan tertinggal dengan negara lain serta biaya yang akan ditanggung oleh generasi akan datang akan lebih MAHAL tentunya.

Harapan adalah daya tarik yang kuat. Harapkan hal-hal yg tentunya baik untuk negara ini, OPTIMIS akan apa yang diagendakan pemerintah sejatinya adalah untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, SDM yang unggul  serta Indonesia bisa menjadi barometer perekonomian dunia.

Salam Republik

~ Ayu Hendranata ~ 

#IndonesiaMaju#UtangProduktif#UtangNegara#IndonesiaOptimis#MasyarakatAdildanMakmur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun