Mohon tunggu...
Ayu
Ayu Mohon Tunggu... Jurnalis - Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Saat ini saya mengampu pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jenjang pendidikan S1, Program Studi Jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Demam Panggung dalam Retorika

14 Mei 2024   20:55 Diperbarui: 14 Mei 2024   20:56 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Dosen dan Mahasiswa UIN Jakarta

Kecemasan merupakan gangguan mental, tetapi juga bagian alami dari kehidupan. Kecemasan adalah kondisi yang melekat pada manusia, ditandai dengan perasaan tegang, resah, gelisah, takut, dan gugup yang bersifat subjektif.

Kecemasan beretorika, atau demam panggung, adalah ketakutan berbicara di depan umum. Secara psikologis, ini adalah respon alami dan umum terjadi pada mereka yang tidak siap berbicara di depan audiens.

Ada beberapa penyebab kecemasan ini. Pertama, kurangnya latihan, karena latihan membentuk kebiasaan. Kedua, kurangnya pengetahuan, yang menyebabkan kesulitan mengembangkan kata-kata dan menjawab pertanyaan audiens. Ketiga, kurangnya pengalaman, yang berkaitan dengan kurangnya jam terbang.

Penyebab ini dapat dibagi menjadi faktor internal (kurangnya latihan dan pengetahuan) dan faktor eksternal (kurangnya sosialisasi dan interaksi), yang keduanya bisa diatasi.

Secara mendalam, kecemasan beretorika sering muncul karena faktor psikologis seperti takut dianggap bodoh, kekhawatiran yang tidak beralasan, atau pengalaman buruk sebelumnya. Ini dikenal sebagai trait anxiety atau kecemasan yang melekat pada pribadi seseorang.

Terkadang kecemasan muncul tiba-tiba di atas panggung, seperti kehilangan fokus, tegang, gugup, dan takut. Ini disebabkan oleh rasa takut gagal dan pikiran negatif yang mengganggu, disebut state anxiety.

Secara keseluruhan, kecemasan adalah reaksi emosional terhadap tekanan dan perasaan tidak mampu mengatasinya. Kecemasan beretorika sering dihadapi dengan dua cara: fight atau melawan sehingga keadaan bisa diatasi, atau flight atau melarikan diri sehingga kecemasan semakin meningkat.

Orang yang mengalami kecemasan beretorika mungkin menunjukkan tanda-tanda seperti suara parau, serak, terbata-bata, atau diam lama, bahkan mengakhiri ceramahnya mendadak. Secara fisik, mereka mungkin berkeringat dan detak jantungnya meningkat.

Namun, kecemasan beretorika sebenarnya tidak perlu dihilangkan. Sebaliknya, kecemasan bisa membantu mempersiapkan lebih baik, mempelajari materi, dan memahami audiens. Jadi, kecemasan beretorika sebaiknya diatasi dengan persiapan dan latihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun