Mohon tunggu...
Ayu Wulandari
Ayu Wulandari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ilmu Kalam dalam Perspektif Asy'ariyah dan Maturidiah

1 Oktober 2018   16:00 Diperbarui: 1 Oktober 2018   16:03 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Al-Juwainy (419-478 H/1028-1085 M)

      Namanya Abu Al-Ma'aly Ibn Abdillah, dilahirkan di Nisabur, kemudianpergi ke kota Mu'askar, dan akhirnya sampai dikota Baghdad. Ia mengikuti jejak Al-Baqillany dan Al- Asy'ary dam menjunjung setinggi-tingginya kekuatan akal-fikiran, suatu hal yang menyebabkan kemarahan ahli-ahli Hadist. Akhirnya dia sendiri terpaksa meninggalkan Baghdad menuju Hijaz dan bertempat tinggal di Mekkah dan Madinah untuk memberikan pelajaran disana. Karena itu ia mendapat gelar "Imam al- Haramain" (Imam kedua tanah suci, mekkah dan madinah). Setelah Nizamul-Mulk memegang pemerintah dan mendirikan sekolah Nizamiyah di Nisabur al-Juwainy diminta kembali kenegerinya tersebut untuk memberikan pelajaran disana.

      Al-juwainy bekerja dalam lapangan Ushul Fikih dan Ilmu kalam. Ia adalah orang yang pertama-tama membentuk fikih Syafi'i atas dasar aliran Asy'ary, sebagaimana yang ditulis dalam kitabnya Al-Irsyad, berisi pokok-pokok kepercayaan. Dalam kitab tersebut pertama-tama ia menandaskan, bahwa kewajibaan pertama seorang muslim dewasa ialah mengadakan penyelidikan yang bisa membawa kepada kepercayaan bahwa alam ini adalah baru, dan kalau baru tentu ada yang mengadakannya, itulah Tuhan.

      AL-juwainy mengemukakan alasan-alasan wajibnya penyelidikan tersebut. Akan tetapi, ia menentang golongan Mu'tazillah yang mengatakan bahwa penyelidikan itu adalah suatu suatu kewajiban akal. Baginya kewajiban tersebut sudah disepakati umat seluruhnya dan apa yang diwajibkan umat, hukumnya sama dengan yang datang dari syara' sendiri. Dengan perkataan lain, kewajiban tersebut adalah Kewajiban Syara'.

Tentang sifat Tuhan, menurut AlJuwainy dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

Sifat Nafsiyah, yaitu yang ada pada Zat Tuhan tanpa Illat.

Sifat Ma'nawiyah, yaitu yang timbul sebagai kelanjutan sifat Nafsiyah Tersebut.(Hasbi, 2015: 111)

Al-Ghazali (450-505 H)

Nama lengkapnya abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad Al-Ghazali. Dilahirkan di kota Tus, kota di negeri Khurasam. Gurunya antara lain Al-Juwainy. Jabatan yang pernah dipegangnya ialah mengajar di sekolah Nizamiyah Baghdad.

      Al-Ghazali seorang Ahli Fikir islam terkenal dan yang paling banyak pengaruhnya. Kegiatan ilmiyahnya meliputi berbagai lapangan, antara lain logika, ilmu berdebat, fikih dan Usulnya, ilmu kalam, filsafat dan tasawuf. Kitab-kitab yang dikarangnya banyak sekali, berbahasa arab dan persia.

      Hidupnya tidak mengalami ketenangan batin, karena semua jalan yang ditempuhnya untuk mencari kebenaran tidak ada yang memuaskan baginya dan akhirnya ia sampai kepada tasawuf, sebagai satu-satunya jalan mencaridan mengabadikan diri kepada Tuhan. Karena bnyak Kontradatif dalam fikiran-fikirannya, maka sukar menentukan pendirian yang sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun