Pada awal abad ke-20 masyarakat dunia telah memasuki era globalisasi. Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang ditandai dengan pertukaran pandangan, pemikiran, dan kebudayaan dunia.Â
Indonesia, sebuah negara berkembang dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia, merupakan bagian dari masyarakat dunia yang juga mengalami dampak globalisasi yang cukup signifikan Kemajuan teknologi, transportasi, dan telekomunikasi sangat dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Â
Revolusi industri 3.0 yang ditandai dengan hadirnya teknologi digital dan internet telah membawa manusia kepada peradaban yang lebih canggih. Teknologi digital seperti ponsel cerdas yang dipadukan dengan internet membawa berbagai kemudahan dan kenyaman dalam kehidupan manusia saat ini. Segala sesuatu saat ini dapat dimulai dalam genggaman tangan.
Berbagai aplikasi daring telah diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia secara efektif dan efisien, salah satunya yang paling marak digunakan adalah transportasi daring milik PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau lebih dikenal sebagai Go-Jek.
Kehadiran Go-Jek di Indonesia awalnya menuai pro dan kontra, namun, saat ini lebih terasa manfaatnya daripada kekurangannya. Aplikasi Go-Jek memungkinkan seseorang untuk memesan makanan, belanja, membayar tagihan, mengatre tiket, dan lain-lain secepat petikan jari.Â
Akan tetapi, jumlah pengemudi transportasi daring saat ini telah meningkat cukup signifikan sehingga terjadi persaingan yang ketat antar pengemudi transportasi daring ini. Hasilnya, pengemudi Go-Jek biasanya menggunakan cara-cara tertentu untuk mengejar target dan bonus.
Cara-cara ini terkadang telah melampaui etika profesi, misalnya mencurangi aplikasi dan pesanan fiktif yang berasal dari sesame pengemudi.
Beberapa hari lalu saya menggunakan aplikasi go-ride dan saya mendapatkan pengemudi yang tidak beretika. Tipe pengemudi yang saya jumpai adalah yang mencurangi aplikasi.Â
Saat penjemputan oknum pengemudi ini menanyai saya apakah saya sudah pernah menggunakan go-pay dan saya menjawab belum pernah. Kemudian, dengan tergesa-gesa ia turun dari motornya dan meminta saya untuk membatalkan pesanan dan mengisi go-pay terlebih dahulu dengan alasan tarifnya akan lebih murah. Tarif awal jika saya membayar dengan kas adalah Rp 21.000.
Saya tidak keberatan dengan tarif ini. Akan tetapi, tanpa persetujuan dari saya, ia pun mengambil ponsel saya yang masih dalam genggaman tangan dan membatalkan pesanan saya, kemudian mengisikan saya go-pay sebesar Rp 25.000.Â
Setelah itu, ia mengatur kembali alamat tujuan yang dekat dengan rumah saya dengan tarif hanya Rp 3.000, namun ia berkata bahawa saya tidak perlu membayar tarif ini. Kemudian, setelah mengantarkan saya ke alamat yang telah "dimanipulasi", ia pun mengkonfirmasi menyelesaikan pesanan saya di ponselnya. Ia meminta saya untuk memesan lagi dengan alamat tujuan yang sebenarnya dan dalam aplikasi memang menunjukkan tarif yang lebih murah yaitu Rp 16.000 dengan go-pay.
Ia pun telah mengatur posisi dalam peta di aplikasi supaya tetap mendapatkan pesanan saya karena aplikasi ini mempertemukan pengemudi dengan konsumen yang memiliki jarak terdekat dengan pengemudi. Ia juga meminta saya untuk membalas pesan singkat yang dikirimnya dan menelepon saya supaya tidak dicurigai oleh aplikasi.
Meskipun tarif dengan go-pay lebih murah yaitu Rp 16.000 tetapi jumlah sesungguhnya yang saya bayarkan kepada pengemudi adalah Rp 25.000 yaitu biaya pengisian go-pay tersebut.
 Contoh kasus pengemudi transportasi daring tersebut menunjukkan bahwa ia tidak bermoral. Seharusnya ia bekerja secara jujur. Secara tidak langsung ia telah mengambil hak milik orang lain, baik sesama pengemudi ataupun konsumen.Â
Waktu konsumen menjadi terbuang sia-sia untuk membuat "skenario" seperti itu. Di samping itu, pengemudi lain juga akan kehilangan hak untuk mendapatkan konsumen dengan mencurangi aplikasi.
Akan tetapi, ini juga dapat menjadi sebuah pelajaran supaya sistem atau aplikasi harus selalu diawasi dan dibenahi demi kenyamanan semua pihak. Salam literasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H