Berbicara tentang olahraga dan prestasi, tentunya sudah menjadi sebuah hal yang berkesinambungan. Banyak generasi muda yang mengisi waktu luang dengan menyalurkan hobi mereka, termasuk salah satunya adalah olahraga. Bahkan tidak jarang kita mendengar kisah inspiratif para generasi muda yang mengawali karir cemerlang mereka dari sebuah hobi berolahraga.
Salah satu cerita inspiratif datang dari seorang pemuda asal Badung, Bali yaitu I Ngurah Dwi Oka Mahendra. Pemuda kelahiran tahun 2001 itu telah berhasil menorehkan beragam prestasi dalam bidang olahraga, utamanya kejuaraan Taekwondo. Ia mengawali karirnya sebagai atlet semenjak berada di bangku SD tepatnya saat ia berumur 11 tahun.
Pemuda yang akrab disapa Ngurah itu kemudian melihat adanya potensi dalam dirinya serta dukungan penuh dari keluarga. Sehingga olahraga taekwondo yang mulanya merupakan hobi semata, justru berubah menjadi pintu menuju karir yang gemilang.
Pekan Olahraga Seni dan Pelajar (Porsenijar) Badung, Bali Tahun 2014, pertandingan bergengsi pertama yang diperoleh Ngurah kala itu dengan menempati Juara 2. Prestasi pertama yang diraihnya saat itu tidak terlepas dari usaha yang keras, ketekunan dan tentunya semangat yang tinggi. Pada tahun 2015, Ngurah tergabung dalam Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) Bali guna menajamkan kemampuannya dalam olahraga Taekwondo.
Banyak tenaga, waktu, dan hal lainnya yang harus dikorbankan Ngurah agar tetap fokus pada program latihan. Namun bagaikan roda mobil yang tidak selamanya melewati jalan yang mulus, hal ini juga terjadi dalam kehidupan. Ketika tiba saatnya bertanding dalam kejuaraan PON Papua, Ngurah belum berhasil membawa pulang juara apapun.
“Sebetulnya waktu persiapan PON di Papua, aku cukup menghadapi beberapa tantangan. Latihannya terbatas, belum lagi karena tahun itu masih masa covid, ditakutkan aku bisa terjangkit virusnya sehingga mengancam kepastian untuk berangkat,” ujarnya sambil sedikit mengingat – mengingat. Ngurah melanjutkan “tapi untungnya saat itu pelatihku yaitu Sabeum Nim Sandiaz dan Pengprov Bali seratus persen mendukung, jadi tetep semangat dan gas aja.” Provinsi Papua saat itu telah menjadi saksi bagaimana hasil perjuangan dan persiapan seorang Ngurah selama 5 tahun lamanya.
Jika saat ini anda berspekulasi bahwa seorang Ngurah akan bergelut dengan kasur dan meratapi kekalahannya, hal ini sangatlah keliru. Karena pada kenyataannya Ngurah bukanlah seorang pemuda yang mudah menyerah, “Aku harus bales nih selanjutnya harus dapet hasil, dari keluarga juga dukung banget,” tutur Ngurah.
Berkat semangat membara yang dimiliki Ngurah, ia sempat mengalami sebuah momen berkesan saat bertanding dalam salah satu kejuaraan. Kala itu ia bertanding di Malaysia, awalnya ia bertanding di kelas Junior.
Namun karena akan dilakukan proyeksi persiapan ke tingkat provinsi, akhirnya kelas Ngurah dinaikkan menjadi Senior. Namun tanpa sepengetahuan Ngurah, terdapat 1 lawannya yang berasal dari Iran turut bertanding di kelas yang sama. “Kalau boleh dibilang pastinya kaget, karena dia tingginya 200 cm, sedangkan aku saat itu 170 cm. Akhirnya tanding, bahkan sampai udah berdarah – darah dan pelatihku sampai ngajuin untuk diberhentikan,” jelas Ngurah dengan penuh antusias.
“Tapi disaat pelatihku udah ngerasa aku ga mumpuni, aku tetep bilang lanjut aja. Pada akhirnya, menang!”