Suara gemuruh pagi hari yang mengitari rumahku, aku mulai mengawali hari dengan seteguk kopi yang menghiasi setiap hari pagi indahku dengannya aku berbicara mengenai perasaanku. Awalku bertemu dengan seorang lelaki yang selalu memancarkan senyuman kepada setiap orang. Raut wajahnya yang begitu indah membuatku selalu ingin menyanjungnya. Lingkaran mata yang begitu indah dengan tatapan matanya yang tajam menambah pancaran aura kagum setiap orang yang melihatnya .
Kami bertemu di sebuah kafe dekat kampus sambil mencuri pandangan satu sama lain. Lelaki itu bernama Randi, setiap kali bertemu dengannya kami hanya menyapa melalui senyuman. Walaupun sebenarnya hati ini ingin sekali berbicara dengannya. Rasa malu yang selalu menghalangiku setiap bertemu dengannya merasa kaku tanpa rasa. Pada saat mengikuti suatu komintas di kampus, aku tidak menyadari diapun bergabung dengan komunitas itu. Seiring waktu kami selalu bertemu satu sama lain dan kami mengisi acara dalam komunitas menjadi satu kelompok sehingga membuat kami semakin dekat.
Ia bergegas menghampiri ku
“ Nina nina.” Randi bertiak memanggil ku
“ Iya kenapa ? “ aku menoleh kepadanya
“ aku ingin bicara soal program acara kita , ketemuan di tempat biasa ya. ” sambil bertiak di jalan mengarah kepadaku
“ iya ran.... “ balasan dengan rawut senyum dan hati gembira
Kami pun bertemu di kafe dekat kampus, kita membahas konsep program dengan canda tawa yang menghiasi rapat kita setiap dia menjelaskan kepadaku aku memandang wajah indah nya yang selalu membuatku berdetak kencang hati ini. Hiasan kertas dan secangkir kopi terletak di atas meja dengan suasana keramaian kami mengobrol banyak hal sehingga larut malam kami pun bergegas pulang,
“ Nin, kamu pulang bareng aku saja sudah malam juga ga baik kamu pulang sendiri “ sambil membereskan barang di atas meja
“ Ah?? Ga usah ngerepotin nanti aku ran.”
“ Tidak kok nin santai aja kali ayok jangan nolak ah kita kan satu tim.”
“ Ya..sudah .“
Keesokan hari ketika matahari terbit aku melihat pemandangan di luar sana sambil meneguk secangkir kopi. Aku merasakan suasana di pagi hari yang indah, ketika sore hari aku meminum secangkir kopi di temanin suasana sunyi di tangga dan dengungan suara angin yang melintas. Pandangan indah itu selalu teringai-ingai di pikiranku sehingga ku merasa dekat padanya, Randi melihatku dari kejauhan dan mengahmpiriku di tangga.
“Nin kamu sedang ngapain ? ” dengan wajah penasaran
“ Ahhh ga ngapa-ngapain kok cuma duduk aja “
“ Masa sihhh ? dari tadi aku lihat kamu nulis sesuatu “
“ Ah ini , cuma nulis biasa aja kenapa sih kamu kepo banget “ dengan nada meledek
“ Hahahaha, engga masalah.. Cuma penasaran aja, hmmm kita jalan yuk kemana aja aku bosen nih sama suasana kampus “ sambil memegang tangan Nina
“ Tapi kan kita mau ada rapat dengan komunitas ran “
“ Udahlah itu gampang kita izin aja dulu sehari ga masuk kan ga ada masalah “ wajah merayu nina untuk meyakinkan
“ Bener ya tapi kalo diomelin ini semua salah kamu ya “nada meledek dengan wajah gembira
“ Iya beneran aku yang tanggung jawab semuanya “
“ Hahhaaha !!! pecanda kok aku ran “ sambil tersenyum
Kami pun pergi ke sebuah kafe kopi karena kita berdua sangat menyukai kopi dan hal-hal yang biasa kita lakukan pun juga sama sehingga membuat kita berdua semakin dekat. Secangkir kopi membuatku menerjang cakrawala pagi Cukup secangkir kopi anganku menembusi rembang temaram cukup secangkir kopi aku bersanding dengan angin cukup secangkir kopi kulemparkan rinduku pada pertanyaanku kenapa dicangkir kopi aku sesalu bersama cintaku yang tertinggal ??
Pada saat-saat indah itu mengingatkan ku pada sesosok lelaki yang aku cintai sampai saat ini tetapi dia pergi entah kemana, aku rindu kepadanya hanya secangkir kopi yang selalu kutuangkan rasa rinduku kepadanya. karna secangkir kopi yang selalu menemaniku di saat ku sedih dan senang secangkir kopi membuat hatiku merasa lebih baik secangkir kopi yang selalu setia setiap saat, Ya secangkir kopi membuatku bisa berdialog dengan kejujuran yang kusembunyikan sendiri.
Secangkir kopi berani mengatakan jujur dan selalu berkata apa adanya dan secangkir kopi mengajaku untuk memahami rasa yang kusembunyikan selama ini. kutuangkan semua ke segelas cangkir kopi yang ku teguk rasa yang tersisa dalam diamku dan rasa yang kutinggalkan disamping luka yang masih menganga. Dalam tegukan kopi kubisikan dalam hati rasa suara hati ini dan kusebut nama itu dalam hatiku. Secangkir kopi membawaku menelusuri guratan rasa yang terseret anganku dalam mimpi yang tak pernah selesai. Secangkir kopi membawaku bermimpi dan berangan dalam hati. Ditepi bulatan cangkir kopi, kulihat seraut wajah RANDI.. disetiap butiran air kopi kulihat rautan wajah tanpanmu karena secangkir kopi cukup untuk mengucapkan pujian hati tanpa kata hanya secangkir kopi untuk menuangkan rasa yang ada di hati dan cibiran kata yang meluap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H