Mohon tunggu...
Luh Ayu Susila Ningsih
Luh Ayu Susila Ningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Undiksha

Saya Luh Ayu Susila Ningsih adalah seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi yang ada dibali yaitu UNDIKSHA. Saya berasal dari Prodi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi. Saya mahasiswi semester 2.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengungkapkan Kelebihan Adanya Banten dalam Tradisi Hindu

11 Juli 2023   13:11 Diperbarui: 11 Juli 2023   13:12 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

5. Menghubungkan dengan Yang Transenden:

Banten berfungsi sebagai jembatan antara dunia manusia dan dunia dewa. Melalui persembahan banten, umat Hindu berkomunikasi dengan dewa dan dewi, serta memohon berkah dan perlindungan dari mereka. Aktivitas ini membantu memperkuat ikatan spiritual dan membangun hubungan yang lebih erat dengan yang transenden, sehingga meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan spiritual umat Hindu.

Kehadiran "Banten" dalam tradisi Hindu Bali memiliki sejarah yang panjang. Itu Yajur Veda mengatakan bahwa para dewa dikorbankan sebagai manifestasi dari Brahman; Gandam, Ksatam, Puspam, Dupam, Dipam, Toyama, Gretam dan Soma. Sedangkan ajaran Tantrayana yang terus berpengaruh di Bali menyatakan bahwa untuk menunjukkan ketakwaan kepada Tuhan, seseorang harus mengaktualisasikan konsep panca tattwa; Matsya, Mamsa, Madhya, Mudra dan Maithuna. Di bawah ajaran Weda dan Tantrayana serta perasaan lokal masyarakat Bali terdapat sesajian berupa "banten" yang dibalut dengan lambang harapan manusia akan penampakan Tuhan. Krisis multidimensi pada saat ini telah mengarah pada komersialisasi "Banten" tetapi tidak mempengaruhi pola pikir masyarakat Hindu Bali tentang praktik dan pelayanan Dharma. Orang-orang itu percaya untuk menunjukkan identitas Hindu mereka dengan lebih tegas.

Adanya banten dalam tradisi Bali mencerminkan bahwa identitas Hindu berakar kuat pada kepercayaan masyarakat akan keberadaan Tuhan. Ideologi ini bersifat turun-temurun dan karenanya menjadi warisan leluhur. Menyadari bahwa banten adalah ungkapan bakti dan cinta kepada Sang Pencipta, maka mempersembahkannya harus tulus. persembahan umat Hindu melaksanakan ajaran Bhakti Marga dengan ikhlas dan perasaan yang tulus. Dari empat marga yang dikenal sebagai Catur Marga, semuanya menggunakan tumbal untuk mendekatkan diri dengan dewa. Namun dengan adanya penggunaan banten ini lebih pada tahap "apara bhakti" sebagai dasar pelaksanaan bhakti marga dan karma marga. Pada tahap "para-bhakti", dasar ajaran Jnana dan Marga Raja, penggunaan banten suci dikurangi. Begitu pun dalam krisis, umat Hindu Bali tidak bisa lepas dari banten, karena banten adalah realisasi dari ajaran Bhakti Marga.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa banten merupakan persembahan kepada dewa atau dewi untuk disembah, yang memiliki beberapa keunggulan. Proses pembuatan banten juga mempererat silaturahmi dan membutuhkan konsentrasi mental dan mindfulness tingkat tinggi. Sebagai persiapan, juga membantu menjernihkan pikiran dan terhubung dengan dimensi spiritual untuk meningkatkan kesadaran diri dan kedamaian batin. Budaya Bali didasarkan pada filosofi Tri Hita Karana yang mengajarkan keseimbangan dan keselarasan antara ketiga aspek kehidupan. Tri Hita Karana berasal dari kata "tri" untuk tiga, "hita" untuk kebahagiaan dan "karana" untuk kehati-hatian. Nah maka dari itu Tri Hita Karana berarti "tiga penyebab kebahagiaan". Semula konsep Tri Hita Karana muncul sehubungan dengan keberadaan desa adat di Bali. Hal ini disebabkan karena pengakuan terhadap desa adat Bali, bukan hanya kepentingan hidup, tetapi kepentingan bersama dalam masyarakat yang dilandasi kepercayaan terhadap pemujaan terhadap Tuhan. Dengan kata lain, ciri desa adat Bali harus meliputi bagian wilayah, masyarakat atau masyarakat yang mendiami wilayah tersebut, dan tempat suci untuk memuja Tuhan. Banten dalam tradisi Hindu memiliki banyak kelebihan yang signifikan. Melalui banten, umat Hindu dapat mengungkapkan bhakti mereka, merenungkan simbolisme dan makna dalam setiap objek, mengembangkan kesadaran dan ketertiban, menghormati alam semesta, dan membangun hubungan yang erat dengan yang transenden. Dalam dunia yang semakin modern dan kompleks, praktik ini membantu menjaga kehidupan spiritual umat Hindu dan menjaga keseimbangan antara materi dan spiritualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun