Mohon tunggu...
Ayu Ranee
Ayu Ranee Mohon Tunggu... profesional -

Penulis lepas, guru, -Jakarta -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasus JIS; McMartin Preschool Edisi Baru?

5 Juli 2014   00:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:27 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Empat bulan sudah kasus pelecehan anak yang  terjadi di JIS menyita perhatian publik baik lokal maupun internasional. Surat kabar dan media online tiada hentinya mengupas dan menayangkan pemberitaan apa pun yang berhubungan dengan kasus yang sebenarnya - jika terjadi di tempat-tempat lain, begitu mudanya terlupakan.

Ibarat drama, skenario demi skénario telah ditonton dan didengar oleh khalayak ramai. Berawal dari laporan seorang ibu yang mengaku anaknya telah dilecehkan oleh petugas kebersihan di sekolah tersebut. Tak tanggung-tanggung, pelakunya ditengarai berjumlah enam orang - lima orang dalam tahanan, satu orang bunuh diri (26/4/2014).

Sang ibu pun kemudian dengan membabi buta berbagi cerita ke berbagai pihak yang ironisnya hal ini justru  semakin menambah keruh suasana. Lalu melalui kuasa hukumnya, OC Kaligis, sang Ibu menuntut ganti rugi kepada pihak sekolah. Pada mulanya gugatan yang diajukan adalah ganti rugi materiil  2 juta dollar dan ganti rugi materiil 10 juta dollar. Namun tak lama setelah itu, gugatan berubah menjadi 25 juta dolar dan  100 juta dollar. Total 125 juta dolar. Fantastis!!!

Lalu beruntun muncul tudingan dan fitnah di media bahwa Tim Carr, pimpinan sekolah  JIS adalah seorang pedofil. Tak lama, tuduhan berganti bahwa Stephen Druggan, sang wakil-lah yang pedofil. Semua terbantahkan, karena memang semua adalah fitnah dan omong kosong belaka!

Skenario berikutnya melibatkan pihak Kantor Imigrasi Jakarta Selatan (Jaksel) yang melakukan penyelidikan izin tinggal para tenaga pengajar asing di sekolah tersebut. Dari pemeriksaan ini terdapat 26 orang guru yang terancam dideportasi  karena terdapat perbedaan tipis antara jenis pekerjaan yang tertera di passport dan di KITAS (Kartu Ijin Tinggal Sementara) mereka.

Skenario lain menyusul dengan adanya dua orang tua lain yang juga melaporkan bahwa anak mereka menjadi korban pelecehan serupa. (2/5/2014). Mengikuti perkembangan babak baru ini, dari 26 guru yang akhirnya dideportasi setelah sekolah memasuki masa liburan (6/6/2014), tiga di antaranya terpaksa harus ditunda deportasinya- dengan alasan - menurut laporan Ibu korban pertama (AK) - mereka ternyata juga terlibat dalam tindakan pelecehan seksual ini.

Apa? Setelah dua bulan kasus berjalan, dan konon setelah melalui masa-masa  terapi dan konseling dengan tim psikolog-nya, tiba-tiba korban pertama (AK)  yang berusia lima tahun itu mengakui bahwa gurunya juga ikut andil dalam tindakan pelecehan terhadap dirinya.  Benarkah seorang anak berusia enam tahun, bisa menahan sebuah rahasia lain sekian lamanya?

Semakin susah diterima akal sehat karena si anak konon menyebutkan peristiwa pelecehan terjadi di kantor kepala sekolah. Dengan gamblangnya dia menceritakan bahwa  satu orang guru mencabulinya, satu orang lagi membantu, dan satu orang lagi memvideokannya. Hah? Ini dagelan atau imajinasi seorang bocah? Tetapi tunggu dulu. Hal ini bisa saja menjadi sesuatu yang terkesan “benar”, bila pertanyaan yang diajukan bersifat mengarahkan (leading questions) apalagi bila ditanyakan secara berulang-ulang.

Lalu kenapa saya begitu sangat tidak percaya? Pembaca tentu penasaran.

Pertama. Seperti yang sudah pernah ditayangkan di http://www.youtube.com/watch?v=cMfaEA8vnpo, semua kantor di JIS itu berdinding kaca - transparan dan bening bak akuarium.  Tiap saat orang berlalu lalang di sekitar kantor dan dengan bebas keluar masuk kantor untuk urusan ini dan itu. Lagi pula, yang namanya meeting, entah antar pimpinan sekolah, guru dan kepala sekolah, dan lain-lain hampir selalu terjadi di ruangan ini. Tak pernah sepi. Bagaimana mungkin, sebuah tindalan asusila yang dilakukan oleh tiga orang dewasa terhadap seorang anak bisa terjadi dengan leluasa?

Kedua. Sebagai salah satu guru di JIS, tentu saya sangat mengenal betul sosok beliau-beliau ini. Sesungguhnyalah, saya enggan menyebutkan nama di sini. Tetapi karena media sudah ramai memberitakan, baiklah, saya akan sebutkan saja namanya. Neil Bentleman.  Sebagai koordinator guru-guru bahasa dan budaya Indonesia, Neil adalah atasan langsung saya karena tugas utamanya adalah membawahi bidang spesialis seperti mata pelajaran Art, Music, Dance, Physical Education dan Indonesian Studies. Orangnya sangat profesional, pribadinya terbuka, suami yang baik dari isteri yang juga mengajar di tempat yang sama dan sangat komitmen dengan tugas yang diembannya. Bagaimana mungkin orang seperti ini bisa melakukan tindakan durjana seperti yang dituduhkan?

Elsa Donohue. Beliau adalah Kepala Sekolah TK dan SD - PIE (Pondok Indah Elementary). Seperti Neil Bentleman, Elsa Donohue adalah pribadi yang bukan saja profesional tetapi juga mempunyai integritas yang tinggi terhadap pekerjaan yang diembannya. Elsa memiliki sebuah keluarga yang bahagia, suami beliau adalah juga salah satu staff di sekolah ini. Sangat tidak mungkin pula, ditinjau dari segi apapun bahwa seorang Elsa Donohue melakukan tindakan seperti yang disangkakan. Saya jadi teringat, ketika Stephen Druggan dituduh pedofil dulu, dan saya mengutarakan kesedihan saya kepada beliau, dengan senyum Elsa menjawab bahwa hal buruk itu bisa pula menimpanya - tinggal menunggu giliran. Jreeng!!!

Dan benarlah, skenario baru ini pun kini kembali menghangatkan kasus yang mulai mencuat di akhir bulan Maret lalu.

Kabar terbaru (3/7/2014), Komisi III DPR pun ikut turun tangan. Tak tanggung-tanggung, DPR akan membuat panja (panitia kerja) atau pansus (panitia khusus) yang melibatkan komisi terkait, yaitu Komisi III, VIII, X, atau dengan Komisi I juga," demikian kata Wakil Ketua Komisi III DPR RI Al Muzamil Yusuf di Polda Metro Jaya.

Ladalah!!  Sudah tak sanggupkah polisi? Bagaimana dengan persidangan yang sudah beberapa kali berjalan? Bagaimana dengan kabar lima tersangka awal? Skenario apa lagikah?

“Pansus itu dibentuk, -kata Al Muzamil, -agar DPR bisa benar-benar membantu membongkar kasus di JIS. Sebab, kasus pelecehan seksual di sekolah itu sudah sistemik dan melibatkan jaringan. Komisi III berharap Polda dapat segera membongkar kasus JIS yang diduga berskala internasional".  YA TUHAN! Kejam sekali tuduhan ini!  Apa lagi yang mau dibongkar bila memang tak ada lagi yang bisa dibongkar? Moral? Atau memaksa bubar?

Kasus ini menjadi begitu sensasional dan terus berkembang, seakan menjadi kasus pelecehan seksual terburuk yang pernah terjadi di negeri Indonesia. Padahal kasus serupa yang melibatkan korban ratusan anak di Sukabumi (8/5/2014) begitu saja terlupakan. Mengapa  DPR tidak terusik dengan kasus yang korbannya jelas-jelas lebih banyak ini?

Bila anda para pembaca pernah mendengar kasus pelecehan seksual di McMartin Pre-school, Manhatan Beach, California yang terjadi pada tahun 1984, anda akan melihat sebuah kemiripan dalam kasus ini. Kala itu pemilik sekolah berikut tujuh orang guru dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap murid-murid di sana. Pemeriksaan demi pemeriksaan dilakukan dari tahun 1983-1987. Bahkan para tertuduh pun menjalani hukuman hingga tiga tahun,  Kasusnya begitu menyita perhatian. Namun pada akhirnya ternyata semua itu merupakan efek dari kepanikan orang tua yang merajalela. Kehebohan medialah yang menjadikan kasus ini seakan-akan tak terbantahkan.

Berikut adalah link video kasus tersebut, silahkan menyimaknya.  http://www.youtube.com/watch?v=2R21tWs-qCw Video ini berbahasa Inggris, namun anda akan bisa lebih memahami lagi dengan membaca kisah serupa yang menimpa Anand Khrisna.

Anda ingat Anand Khrisna? Kasus pelecehan seksual  dituduhkan padanya pada tahun 2010. Serupa dengan kasus JIS yang penuh kejanggalan, kasus Anand Khrisna ditengarahi duplikasi dari kasus McMartin Preschool. Berikut adalah link kasus Anand Khrisna ditilik kemiripannya dengan kasus McMartin Preschool.

http://riefjournal.blogspot.com/2011/01/kasus-anand-krishna-apakah-reduplikasi.html

Ditengah hingar-bingar pesta demokrasi di negeri kita, dengan pemberitaan media yang saling menjelekkan calon pasangan presiden/wakil presiden lainnya, kita pasti mengharapkan sebuah titik terang pada akhirnya.

Begitu pula dengan kasus JIS ini. Kasus ini hendaknya tidak dimanfaatkan untuk memburu kepentingan-kepentingan lain yang terselubung di dalamnya. JIS selalu menunjukkan sikap kooperatifnya selama ini - karena JIS sadar bahwa kasus ini bukan hanya melibatkan korban, tetapi juga sudah menyebabkan kesedihan yang mendalam dan memberikan pesan ketidak jelasan kepada ribuan anak lain yang sedang menimba ilmu di sana, guru-guru, para karyawan dan para orang tua.

Saya ingin menutup tulisan ini dengan sebuah pepatah dari Salvador Dall; “ “The difference between false memories and true ones is the same as for jewels: it is always the false ones that look the most real, the most brilliant.”

Semoga kasus JIS ini segera menemukan titik terang sehingga di tahun ajaran baru yang mulai bulan Agustus nanti, suasana belajar mengajar bisa kembali tenang dan normal. Tentu semua demi ribuan anak lain yang juga memiliki hak perlindungan.

Jakarta, 5 Juli 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun