Berbicara tentang film Indonesia, di tahun 90an film Indonesia sempat ‘mati suri’ di layar lebar dan tahun 2000an menjadi era kebangkitan kembali film Indonesia. Pada waktu itu banyak film tentang perempuan yang diangkat ke layar lebar dan memperoleh keberhasilan. Beberapa Sutradara perempuan yang berkiprah di era tersebut, seperti : Christine Hakim, Mira Lesmana, dan Nia Dinata.
“Pada awalnya, film memang dibuat oleh lelaki sehingga sering kita melihat peran perempuan di film sebagai pemanis saja, bukan menjadi sosok berkarakter yang berarti. Sayangnya, banyaknya tayangan seperti ini tanpa sadar membuat pola pikir perempuan dan lelaki yang menonton jadi ‘terpengaruh’ bahwa menjadi perempuan ya harusnya bertingkah seperti itu...” jelas Mira Lesmana.
Sementara itu, Marissa turut menyampaikan jika dalam audisi ia pun sering memilih peran. “Saya ingin berperan sebagai perempuan yang sebagaimana mestinya ia hadir di dalam dunia dengan beragam keunikan dan emosi, tidak hanya sebagai figur yang cantik saja.”
“Keputusanku mau menerima peran sebagai pembunuh bayaran karena karakter ini merepresentasikan sudut pandang yang lain dalam kehidupan dari seorang perempuan,” ujar Hannah Al Rashid.
Lebih lanjut tentang film, apakah kini jumlah bioskop di Indonesia sudah memadai?
Menurut data dari Badan Perfilman Indonesia (BPI) pada Februari 2024, saat ini terdapat sekitar 517 lokasi bioskop dengan total 2.145 layar di seluruh Indonesia, tersebar di 115 kabupaten dan kota. Namun, angka ini terbilang rendah mengingat Indonesia memiliki 349 kabupaten dan 91 kota. Pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan, menyatakan komitmen untuk mengupayakan pemerataan jumlah bioskop di nusantara.
Selain itu, menurut data Kemenparekraf jumlah penonton film Indonesia (film lokal) mencapai 61,2 juta penonton di tahun 2024, jauh mengungguli pencapaian tahun 2023 yang sebesar 55 juta. Semoga kedepannya film Indonesia bisa semakin bermutu, semakin digemari, dan menjadi salah satu media sumber inspirasi yang turut membangun karakter masyarakat.
“Apa yang kita lihat di film, sering menjadi tren di kemudian hari. Inilah pentingnya membuat film yang bagus dan ada sisi pengetahuannya sehingga bermanfaat bagi penonton,” tukas Hannah.
Sutradara Mira Lesmana juga menambahkan jika ia pun senang membuat film yang berkisah tentang perempuan. Keseriusannya terbukti dalam menggarap film ‘Petualangan Sherina 2’ (2023) dan disambut penonton dengan gemilang. Tokoh Sherina adalah tokoh yang gigih memperjuangkan apa yang ia inginkan, bukan hanya perempuan penurut yang lugu bagi orang di sekitarnya.
Mira juga menyampaikan bahwa film tentang perempuan dibuat untuk mengedukasi bahwa perempuan punya peran signifikan dalam hidup. Tapi, bukan berarti ingin menunjukkan bahwa perempuan yang paling wahid. Mira bersama rekannya Riri Riza pun antusias membuat film dengan karakter utama lelaki yang mendapat sambutan meriah dari penonton Indonesia, yaitu film ‘Gie’ (2005).