Mohon tunggu...
Ayu Saptarika
Ayu Saptarika Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Novelis '3 ON 3', BusDev, Traveller, Instagram: @ayuliqui

For writing inquiries DM my Instagram @ayuliqui. Book sell at Kinokuniya Grand Indonesia. E-book '3 ON 3' at Lontara Apps.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kerajinan Khas Baduy: Kopi, Kain Tenun, hingga Tas Anyaman

30 Mei 2024   07:00 Diperbarui: 3 Juni 2024   09:10 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis & Penduduk Baduy Mensangrai Biji Kopi. Sumber: Dok. Pribadi

‘Tak kenal maka tak sayang’, berkenalan dengan ragam budaya bangsa dapat memupuk rasa persatuan. Salah satunya, kebudayaan dari suku Baduy di Banten - Jawa Barat. Semakin dini seseorang diperkenalkan kepada budaya yang berbeda- beda, maka semakin terampil pula seseorang dapat menghargai dan beradaptasi dengan lingkungannya.

Melanjutkan artikel sebelumnya yang berjudul ‘Baduy: Hidup Berumur Panjang Berselaras Dengan Alam’. Suku Baduy mendapatkan penghasilan dari menjual hasil tani, kerajinan kain tenun yang mempesona, hingga tas anyaman yang unik. Artikel ini akan membahas produk-produk kerajinan tersebut.

Hasil tani orang Baduy kerap disajikan sebagai makanan selamat datang kepada pengunjung Desa Saba Baduy, Lebak-Banten. Biasanya dalam rupa rebusan palawija, seperti: pisang, ubi, dan jagung. Tanaman palawija ini tumbuh secara alami tanpa pestisida. Selain makanan, pengunjung dapat mencoba minum teh dan kopi Baduy.

Rasa tehnya hampir sama dengan teh sehari-hari yang dijumpai di kota. Namun kopinya, wow tak disangka sangat nikmat! Saya mencoba minum Kopi Baduy tanpa gula. Saya pikir akan pahit sekali seperti kopi tubruk pada umumnya, namun ternyata tidak. Kopi Baduy juga tidak terasa kecut di mulut dan rasa kopinya pun legit dan lezat. Menarik!

Penulis & Penduduk Baduy Mensangrai Biji Kopi. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis & Penduduk Baduy Mensangrai Biji Kopi. Sumber: Dok. Pribadi

Perempuan Baduy Menumbuk Biji Kopi. Sumber: Dok. Pribadi.
Perempuan Baduy Menumbuk Biji Kopi. Sumber: Dok. Pribadi.

Kok bisa kopi Baduy rasanya legit? Kopi Baduy menggunakan biji kopi Robusta yang ditanam di antara pohon buah-buahan. Orang Baduy bercocok tanam tanpa secara natural tanpa menggunakan bahan kimia atau pestisida. Oleh sebab itu tak mengherankan jika rasa dan aroma kopinya berbeda dari kopi biasa. Kopi Baduy juga disuguhkan dengan gula nira jika menginginkan rasa manis.

Metode mensangrai kopi dilakukan secara dipanaskan/dipanggang di atas kayu bakar. Cara menghaluskan kopi pun dilakukan secara ditumbuk. Apabila berkunjung ke Baduy, pengunjung bisa ikut mencoba dalam proses mensangrai kopi dan menumbuk biji-biji kopi hingga halus.

Selain kopi, minuman khas Baduy lainnya yang perlu dicoba adalah air Nira. Air Nira Baduy rasanya manis, namun ada sensasi seperti rasa asap. Rasa asap tersebut disebabkan karena proses penyimpanan air Nira yang diasapkan agar tidak diserang hama dan awet tahan lama. Rasa minumannya unik!

Setelah mencoba makanan dan minuman, mari tengok kerajinan kain tenun Baduy. Perempuan Baduy diajarkan menenun sejak dini. Menenun merupakan salah satu bentuk aktivitas pelestarian budaya dan melatih kedisiplinan. Alat tenun yang digunakan disebut ‘Pakara Tinun Baduy’. Alat ini diletakkan di teras depan pintu rumah tempat para perempuan menenun dengan penerangan dari cahaya matahari.

Penulis Bersama Penenun dan Kain Tenun Baduy. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis Bersama Penenun dan Kain Tenun Baduy. Sumber: Dok. Pribadi

Tenun Baduy memiliki beberapa motif, seperti : Suat Songket (motif garis dengan kombinasi ikatan empat sudut), Janggawari (motif wajik kecil-kecil), dan Adu Mancung (motif belah ketupat yang saling beradu). Adapun motif Janggawari adalah motif yang jarang ditemukan karena motif ini sangat detail, sulit, dan kebutuhan benangnya lebih banyak karena rapat-rapat. Tenun motif Janggawari umumnya memiliki harga di atas rata-rata.

Kain tenun Baduy dibuat dari benang katun dengan bahan pewarna alam. Proses pembuatannya pun memakan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan tergantung besar/kecil kain yang dibuat. Selain dipakai sendiri oleh suku Baduy, kain-kain tenun tersebut juga dijual kepada pengunjung dan masyarakat luas.  

Proses Pewarnaan Alam untuk Benang Kain Tenun. Sumber: Dok. Pribadi
Proses Pewarnaan Alam untuk Benang Kain Tenun. Sumber: Dok. Pribadi

Kang Sukma, seorang Baduy yang ahli dalam melakukan proses pewarnaan alam berbagi informasi mengenai proses tersebut. Untuk menghasilkan warna alam berpigmen biru dibuat dari ekstrak daun pohon Tarum. Warna merah didapatkan dari kayu Mahoni, dan pigmen warna kuning dibuat dari kulit pohon mengkudu.

Proses pewarnaan benang dari warna alam memakan waktu yang panjang. Benang katun yang masih belum berwarna digulung dahulu sesuai panjang yang dibutuhkan. Setelah itu, benang-benang tersebut dicelup ekstrak warna alam dan dijemur. Proses tersebut diulang-ulang sampai mendapatkan kepekatan warna yang diinginkan.

Warna benang dari pigmen alam menghasilkan rona yang unik. Tidak ada hasil warna yang benar-benar serupa kepekatannya, alias tiada duanya. Sehingga ketika sudah menjadi sehelai kain justru akan tampak indah karena warna benangnya terdapat nuansa terang gelap natural. Rona kain yang satu tidak akan kembar dengan kain yang lain, sekalipun bermotif sama.

"Bagi yang memahami bahwa proses pewarnaan alam pada benang itu rumit,  maka akan paham juga mengapa harga kain-kain tenun dengan benang warna alam cenderung lebih tingi," jelas Kang Sukma. 

Penulis bersama Pemintal Benang Tenun Baduy. Sumber: Dok. Pribadi.
Penulis bersama Pemintal Benang Tenun Baduy. Sumber: Dok. Pribadi.

Dengan demikian, terjawab sudah mengapa kain-kain tenun Baduy dan kain khas nusantara lainnya (seperti Tenun Sumba, Tenun Rote, Kain Ulos Batak, Songket Palembang dan lainnya) yang menggunakan pewarna alam harganya tidak murah. Proses pewarnaan benangnya saja sudah rumit, waktu pengerjaan kain tenun memakan waktu panjang; plus detail motif yang perlu ketelitian tinggi. Uniknya, kain dengan pewarna alam selalu menarik hati dan indah dipandang sekalipun berwarna terang.

Warna khas Baduy adalah warna hitam, biru, dan putih. Kain tenun Baduy juga sudah tersedia dalam berbagai warna menarik seperti ungu, hijau, oranye, merah, krem, dan lainnya. Kain dengan benang berwarna sintetis juga tersedia sehingga harga kain tenun lebih terjangkau. Pengunjung bisa membeli kain tenun Baduy sesuai warna favoritnya.

Kain tenun Baduy bisa dibeli dengan harga mulai dari Rp 50.000 - 500.000,- per kain tergantung besar kecilnya kain. Untuk kain berwarna alam dijual >Rp 500.000,-/kain hingga bernilai jutaan Rupiah. Kain berwarna alam umumnya berukuran menengah dan besar. 

Apa keistimewaan kain dengan pewarna alam? Kain dengan pewarna alam lebih lembut dan mudah dilipat. Kain tidak terasa kaku, serta jika dipakai tidak terasa panas alias sangat nyaman. Rona warna meski misalnya dengan sesama kain biru atau sesama kain oranye tetap saja tidak ada yang sama alias unik karena bukan warna hasil bikinan pabrik. Yang pasti tidak menyesal jika membelinya.

Penulis bersama Pemuda Baduy yang Mengenakan Tas Anyam. Sumber: Dok. Pribadi.
Penulis bersama Pemuda Baduy yang Mengenakan Tas Anyam. Sumber: Dok. Pribadi.

Tas Koja dari Kulit Pohon Terep dan Tas Jarog dari Benang. Sumber: Dok. Pribadi
Tas Koja dari Kulit Pohon Terep dan Tas Jarog dari Benang. Sumber: Dok. Pribadi

Aksesoris khas Baduy lainnya yang unik adalah tas anyam. Tas selempang ini sering dipakai oleh lelaki Baduy. Ada 2 jenis tas anyam khas orang Baduy, yaitu : tas Jarog dan tas Koja. Tas Jarog dibuat dari benang dan tas ini memiliki karakter jalinan tenunan benang yang lebar-lebar atau berjarak. Sementara itu, tas Koja adalah tas yang dibuat dari bahan kulit pohon terep. Tas Koja memiliki motif anyaman yang lebih rapat dan rapi.

Tertarik berkunjung dan membeli beragam hasil kerajinan orang Baduy di Desa Saba? Pengunjung tidak perlu khawatir apabila tidak membawa uang kas. Pengunjung dapat melakukan pembayaran menggunakan QRIS yang telah dicetak di setiap toko-toko atau kios rumah tangga warga Baduy Luar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun