Berbagai perusahaan BUMN seperti PLN, hingga Bank-Bank nasional dan swasta seperti Bank BCA menjadikan Desa Saba Baduy sebagai salah satu desa binaan.Â
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Baduy. Meskipun demikian, banyak hal tentang suku Baduy yang masih dirahasiakan karena norma dan menjaga keaslian suku.
Masyarakat Baduy Luar boleh menikah dengan non-Baduy. Namun, setelah menikah harus dibawa ke luar desa Baduy, sedangkan suku Baduy Dalam masih dijodohkan. Perempuan dan lelaki Baduy menikah diusia yang sangat muda.Â
Sebagian warga Baduy yang berusia 35-36 tahun saat ini sudah memiliki anak berusia 17-18 tahun dan anaknya pun sudah punya anak. Singkat kata, orang Baduy di usia muda sekitar 36an tahun sudah memiliki cucu!
Perempuan Baduy juga diajarkan menenun sejak dini. Menenun tidak hanya untuk mengisi waktu sebagai ibu rumah tangga, namun juga sebagai bentuk kedisiplinan berkarya dan melestarikan budaya Baduy.Â
Tenun Baduy memiliki ciri khas corak, warna, hingga material menggunakan warna alam. Terkait hasil tani dan kerajinan Baduy, akan dibahas lebih detail pada artikel selanjutnya.
Kemakmuran Baduy dan Penduduk Berumur Panjang
Dalam urusan kemakmuran, suku Baduy mempunyai simbol yang unik yaitu 'Leuit' (Lumbung Padi). Bagi Urang Kenekes alias orang Baduy, kekayaan disimbolkan oleh bangunan lumbung padi berkaki tinggi.Â
Lumbung ini digunakan untuk menyimpan padi selama 20-30 tahun oleh tiap keluarga. Menariknya lagi, penyimpanan padi di lumbung benar-benar alami tanpa menggunakan bahan kimia namun tidak terserang hama.