Mohon tunggu...
Ayu Saptarika
Ayu Saptarika Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Novelis '3 ON 3', BusDev, Traveller, Instagram: @ayuliqui

For writing inquiries DM my Instagram @ayuliqui. Book sell at Kinokuniya Grand Indonesia. E-book '3 ON 3' at Lontara Apps.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Venice in Jakarta 2024: Lebih dari Sekadar Nonton Film

5 Mei 2024   17:00 Diperbarui: 7 September 2024   10:39 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Italian Film Festival 2024 (ITAFF): Venice in Jakarta, telah diselenggarakan meriah pada tanggal 24 April-28 April 2024. Bertempat di Instituto Italiano di Cultura Jakarta (IIC Jakarta), bioskop CGV Grand Indonesia, dan Institut Francais Indonesie Bandung (IFI Bandung), ada 5 film Italia yang memenangkan penghargaan Venice International Film Festival ke-80 hadir menghibur penonton Indonesia.

Yang unik dari perhelatan ini adalah ITAFF tahun 2024 kali ini merupakan kemitraan pertama dengan Venice International Film Festival. Adapun Venice International Film Festival merupakan salah satu festival film yang tertua di dunia, sebab sudah digelar rutin sejak tahun 1932. Festival film Italia ini juga sekaligus merayakan 75 tahun hubungan Italia dengan Indonesia.

Penulis (kiri) bersama rekan di Italian Film Festival Venice in Jakarta 2024. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Penulis (kiri) bersama rekan di Italian Film Festival Venice in Jakarta 2024. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pekan film Italia dibuka pada tanggal 24 April 2024 dengan menayangkan film berjudul Comandante(Sang Komandan). Film ini berkisah tentang seorang Komandan kapal selam Italian Royal Submarine Cappellini bernama Salvatore Todaro. 

Sang Komandan berjuang bersama para awak kapal dalam menghadapi serangan musuh saat Perang Dunia ke-2. Film pembuka ini diputar di CGV Grand Indonesia dan dihadiri tamu undangan serta publik.

Selanjutnya, kelima film Italia terus diputar bergantian di Instituto Italiano di Cultura Jakarta (IIC Jakarta) dan Institut Francais Indonesie Bandung (IFI Bandung). 

Kelima film tersebut, yaitu: Comandante (Sang Komandan), Enea, Adagio, L’ordine del tempo (The Order of Time), dan film tahun 1951 yang direstorasi ke format 4K masa kini berjudul Bellissima (Beautiful). Film Bellisima ditayangkan secara spesial di CGV Grand Indonesia pada hari penutupan tanggal 28 April 2024.

Film 'Enea' (2023). (Sumber:The Apartment Pictures via IMDB.com)
Film 'Enea' (2023). (Sumber:The Apartment Pictures via IMDB.com)

Sebagai penggemar film komedi, roman, dan aksi tentu saya tertarik menonton film Italia. Akhir pekan lalu, saya menyaksikan film ‘Enea’ di Instituto Italiano di Cultura, Jl. H.O.S. Cokroaminoto, Menteng – Jakarta. 

Film karya sutradara Pietro Castellitto ini berkisah tentang seorang lelaki bernama Enea dan sahabatnya Valentino yang tengah berbisnis obat terlarang secara diam-diam. Sementara itu, Enea ingin menikahi kekasihnya, Eva, tanpa tindak kriminalnya diketahui keluarga. Menarik dan penuh intrik!

Film-film mancanegara memiliki cara penyampaian cerita dan pesan berdasarkan kebudayaan negaranya. Aneka kreativitas dari penulis cerita, sutradara, aktor, aktris pada film dapat menjadi referensi penonton maupun pekerja film lain yang melihatnya. Misal sebuah aktivitas pesta/perayaan ternyata memiliki cara dan arti yang berbeda di negara/suatu komunitas. 

Tentu hal ini akan membuka pikiran penonton bahwa perilaku manusia adalah unik sehingga perlu apresiasi dan permakluman. Sekiranya perilaku atau respon terhadap sesuatu berbeda, itu bukan berarti salah.

Lalu, apa saja manfaat yang bisa kamu dapatkan melalui menonton film asing? Simak berikut ini!

1. Mengenal Budaya dan Perilaku Masyarakat

Para Pemain Film 'ENEA (2023)' yang diputar di Italian Film Festival Venice in Jakarta 2024. (Sumber: Kikapress.com)
Para Pemain Film 'ENEA (2023)' yang diputar di Italian Film Festival Venice in Jakarta 2024. (Sumber: Kikapress.com)

Menonton film asing dapat memperluas wawasan dalam hal mengenal budaya suatu negara serta perilaku masyarakat tertentu. Suatu hari apabila kamu diberi kesempatan berkunjung ke negara terkait atau punya teman yang berasal dari negara terkait, pengetahuan itu dapat membantu kamu dalam bersikap maupun menjadi topik pembicaraan agar komunikasi tidak kaku. 

Pengetahuan tersebut membuat kamu tidak minder jika bertemu orang asing dalam suatu pekerjaan, forum internasional, atau komunitas.

Sebagai contoh, di film Enea prinsip-prinsip hidup tentang bagaimana pria menghargai perempuan dan menghormati seorang ibu, prinsip setia kawan dalam persahabatan, hingga budaya keluarga Italia yang senang untuk rutin berkumpul makan bersama keluarga, banyak ditampilkan dalam adegan.

2. Belajar Bahasa

Sumber: metaltecnica.com
Sumber: metaltecnica.com

Film asing yang ditayangkan di acara festival umumnya menggunakan subtitle Bahasa Inggris. Eits, jangan alergi atau takut dulu! Hal ini ada nilai positifnya. Dari sisi edukasi, media film tanpa sadar ikut mendorong penonton dari beragam suku, bangsa, dan bahasa untuk belajar bahasa Inggris yang merupakan salah satu bahasa pemersatu dunia.

Akan lebih baik lagi apabila penonton tertarik mempelajari bahasa lokal dari negara film berasal. Misal, karena senang menyaksikan aneka film Italia membuat kamu tertarik belajar bahasa Itali? Kenapa tidak! Belajar bahasa Itali bisa kamu ikuti kursusnya di Instituto Italiano di Cultura, Menteng-Jakarta.

Pastinya dalam proses belajar kamu tidak hanya membaca buku berisi materi saja yang membuat kamu bosan. Namun, kamu juga akan banyak dilibatkan dalam kegiatan latihan berdialog, mendengarkan percakapan melalui audio, video, dan film-film menarik lainnya.

3. Mengenal Gaya Hidup Suatu Negara

Percayakah kamu jika film secara tidak langsung dapat menampilkan gaya hidup masyarakat melalui pelakon cerita mulai dari penampilan, selera, kebiasaan, tata krama hingga nuansa warna yang menjadi favorit dari suatu negara?

Mengambil contoh film lokal yang berjudul Kartini (2017) karya Hanung Bramantyo, film biografi ini kental menampilkan budaya Jawa mulai dari cara berpakaian, cara berpikir masyarakat pada masa itu, musik gamelan, hingga norma patriarki yang kala itu menganggap lelaki selalu nomor satu dan perempuan hanya ditempatkan untuk di rumah, dapur, dan beranak. 

Untung perilaku masyarakat yang membuat perempuan terbelakang itu kini sudah bergeser! Terima kasih ibu Kartini.

Bagi masyarakat internasional yang menonton film Kartini, film tersebut menjadi sumber wawasan budaya Jawa yang merupakan salah satu budaya Indonesia.

Efek positifnya, tak jarang kini banyak orang asing senang berkebaya dan berbatik. Mulai dari batik klasik kecoklatan hingga kebaya warna-warni meriah. 

Kebaya pun juga tidak hanya kebaya Jawa, banyak ekspatriat juga familiar dengan kebaya Bali. Selain mengenal budaya Indonesia dari kolega, orang asing juga mengenalnya dari aneka ragam film, musik, tarian, dan buku-buku karya seniman Indonesia.

Di film Enea, film Itali yang saya tonton, sering ditampilkan budaya bersulang minum anggur sebagai tanda kebersamaan saat makan dengan keluarga. 

Mereka tidak minum anggur untuk bergaya hidup mewah, tapi sebagai lambang persaudaraan. Selain itu, hal lain yang menarik mencermati dari orang Italia adalah cara berpakaian.

Sebagai salah satu negara pusat mode dunia, lelaki dan perempuan Italia selalu modis pada tempatnya! Berdandan gebyar ketika berpesta, dan berpakaian kasual saat beraktivitas sehari-hari dengan nuansa warna (color tone) yang enak dilihat mata. Saya senang memperhatikan gaya para pemain di film ini.

4. Mengenal Ragam Produk Unggulan dari Sebuah Negara

Melalui film sangat mungkin disampaikan bagaimana asosiasi produk dan merek menjadi bagian kehidupan sehari-hari dari para tokoh-tokohnya. Terutama produk lokal yang menjadi kebanggaan sebuah negara.

Film dapat menjadi media promosi dari produk-produk lokal negara asal film. Namun demikian, produk dan jasa yang ditampilkan dalam film disampaikan secara tersirat tanpa mengekspos berlebihan. 

Film adalah seni dan tujuan utamanya untuk menghibur penonton. Film bukan tayangan iklan sehingga disinilah pentingnya kelihaian dan keterampilan dari Penulis dan Sutradara dalam mengemas sebuah kisah tanpa melupakan para sponsor dan pendukungnya.

Dalam film Enea beberapa kali terdapat adegan naik mobil limosin, hingga pesawat pribadi. Sang Sutradara tidak mengekspos merek/logo kendaraan-kendaraan secara berlebihan ataupun terang-terangan. 

Natural saja seperti orang memakainya dalam kehidupan sehari-hari. Pakaian yang dikenakan mulai dari setelah jas rapi, misterius elegan ala mafia Italia hingga pakaian pesta meriah terlihat apik tanpa perlu ada tulisan-tulisan merk/logo. Pesan bahwa pakaian dan alat transport yang digunakan adalah kualitas premium tetap tersampaikan di benak penonton.

5. Mengenal Kuliner Suatu Negara

Ini dia yang paling asyik! Melalui film kita tanpa sadar turut bisa mengenal menu-menu makanan dan minuman khas dari negara pembuat film. Adegan-adegan pesta, kumpul keluarga/bertemu teman, istirahat siang sangat lekat dengan makan dan minum. Pada adegan tersebut biasanya turut menampilkan jenis-jenis makanan dan minuman yang ceritanya dikonsumsi oleh sang tokoh.

Sebagai contoh melalui film Italia kita tak hanya mengenal menu spaghetti atau pizza saja. Namun, aneka pasta dan menu barat lainnya seperti french fries yang menjadi kegemaran masyarakat setempat juga ditampilkan dalam adegan. 

Selain itu minuman-minuman khas tak hanya anggur saja, dari film-film Italia juga dikenal minuman koktail klasik seperti Negroni, Limoncello, dan kebiasaan minum kopi hitam. Mamamia!.

Nah, menarik kan menonton film asing? Sampai jumpa di Italian Film Festival selanjutnya, arrivederci!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun