Mohon tunggu...
Ayu Saptarika
Ayu Saptarika Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Novelis '3 ON 3', BusDev, Traveller, Instagram: @ayuliqui

For writing inquiries DM my Instagram @ayuliqui. Book sell at Kinokuniya Grand Indonesia. E-book '3 ON 3' at Lontara Apps.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Bersepeda, Jelajah Kintamani Anti Mager!

9 April 2024   07:02 Diperbarui: 9 April 2024   17:19 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis Memetik Buah Jeruk Hasil Kebun. Sumber: Dok. Pribadi.

Kintamani adalah salah satu wilayah dataran tinggi di Bali yang wajib dikunjungi oleh pecinta wisata pegunungan. Jalan Raya Penelokan yang dalam bahasa lokal berarti tempat untuk melihat-lihat, adalah lokasi strategis untuk menikmati pemandangan Gunung Batur, Danau Batur yang berbentuk sabit, dan Gunung Abang. Di sepanjang jalan ini terdapat beragam resto maupun kafe untuk bersantai menghadap panorama pegunungan yang spektakuler.

Melanjutkan artikel saya sebelumnya yang berjudul ‘Berlibur ke Bali Tanpa Kepanasan? Bisa!’ dan Cerpen tentang tiga sahabat yang senang bersepeda 'Zig, Zack, Zook', pada artikel ini membahas lebih jauh tentang jelajah Kintamani. Bagi yang kurang puas jika menikmati Kintamani hanya dengan duduk atau ngopi saja, cobalah bersepeda untuk mendapatkan pengalaman anti-mager (anti males gerak) yang tak terlupakan!

Sedikit berbagi, saya mencoba bersepeda keliling Kintamani dengan rute singkat selama 4 jam. Terdapat tempat menyewa sepeda yang turut menjadi kedai kopi tujuan wisata di Penelokan.

Di Kintamani Ecobike, Anda bisa menyewa sepeda gunung dengan kombinasi teknologi e-bike sehingga memudahkan pengendara di tanjakan tajam hingga jalan tanah, berumput, atau berbatu ketika melewati perkebunan serta hutan.

Sinar Mentari Pagi di Hutan Pinus, Kintamani. Sumber: Dok. Pribadi.
Sinar Mentari Pagi di Hutan Pinus, Kintamani. Sumber: Dok. Pribadi.

Anda bisa bersepeda sendiri maupun berkelompok supaya semakin seru. Tak perlu takut karena akan ditemani oleh pemandu yang ikut bersepeda. Untuk keamanan, Kintamani Ecobike menyediakan perlengkapan darurat yang dibawa oleh pemandu dan mobil pick-up yang senantiasa berjaga bagi pesepeda. Selain rute pendek, terdapat pula rute bersepeda yang lebih menantang. Tersedia rute sepanjang 6 jam bersepeda hingga menelusuri hamparan lava hitam Gunung Batur.

Sebelum memulai perjalanan, cek dan cobalah sepedanya terlebih dahulu. Oiya, jangan lupa pakai jaket, sarung tangan, kaos kasi, sepatu nyaman, dan celana bersepeda sebab udara di sini cukup dingin. Disarankan pagi hari paling lambat jam sembilan untuk mulai bersepeda agar puas menikmati pemandangan gunung dan danau.

Di pagi hari, pemandangan pegunungan di Kintamani terlihat bersih dari kabut sehingga jarak pandang jauh dan jelas. Saat bersepeda harap hati-hati karena ada ruas jalan di mana pesepeda berkendara bersama dengan mobil dan truk. Hindari main telepon seluler karena jalanan naik turun terjal. Bila ingin berfoto atau membuat video dapat ke pinggir sejenak.

Rute bersepeda yang saya tempuh cukup banyak tanjakan dan berliku. Dimulai dari Jalan Raya Penelokan, menuju hutan Pinus yang asri dan berpohon tinggi. kebun kopi, kebun jeruk, menelusuri desa-desa setempat, singgah ke Pura Kehen, melewati hutan bambu, dan menjelajah Desa Penglipuran. Cukup jauh namun sangat berkesan. Sekali lagi, pakaian nyaman dan anti angin sangat penting dalam aktivitas ini.

Perkebunan Jeruk & Kopi Warga Setempat. Sumber: Dok. Pribadi.
Perkebunan Jeruk & Kopi Warga Setempat. Sumber: Dok. Pribadi.

Penulis Memetik Buah Jeruk Hasil Kebun. Sumber: Dok. Pribadi.
Penulis Memetik Buah Jeruk Hasil Kebun. Sumber: Dok. Pribadi.

Buat saya pribadi, melewati hutan pinus yang berliku dan naik turun sangat menyenangkan. Semburat sinar matahari pagi yang menembus di atara pepohonan ditambah udara segar yang dingin menciptakan pemandangan yang apik. Berfoto di tempat ini sungguh indah, tidak kalah dengan yang di luar negeri!

Bagi pecinta kopi pasti tak asing dengan kopi Bali Kintamani. Saat bersepeda akan melalui banyak kebun-kebun kopi milik warga setempat. Udara dingin membuat kopi tumbuh subur. Tak heran jika kopi Kintamani mempunyai rasa khas dan aroma yang sedap.

Selain banyak kebun kopi, di Kintamani juga banyak kebun jeruk dengan rasa yang manis segar, tanaman cabai, hingga peternakan sapi Bali.

Bersama Raksasa Ogoh-Ogoh Bali. Sumber: Dok. Pribadi
Bersama Raksasa Ogoh-Ogoh Bali. Sumber: Dok. Pribadi

Dari jelajah perkebunan agrobisnis, saya lanjut bersepeda menelusuri desa-dewa warga. Saya cukup beruntung datang di penghujung Maret. Jalan-jalan di pedesaan masih berhias penjor meriah setelah Galungan dan Nyepi sehingga perjalanan tidak membosankan. Beruntung pula saya bisa melihat Ogoh-Ogoh. Luar biasa uniknya sosok patung raksasa ini.  

Ogoh-Ogoh merupakan seni patung yang menggambarkan sosok raksasa berkepribadian Bhuta Kala dan menggambarkan sosok yang jahat.

Patung ini dibuat menjelang Nyepi. Menurut kepercayaan umat Hindu, Ogoh-Ogoh yang sudah didoakan harus dibakar sebelum hari raya Nyepi. Pembakaran Ogoh-Ogoh melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu. Jika Ogoh-Ogoh tidak didoakan, maka boleh tidak dibakar.  

Pura Kehen, Bangli. Sumber: Dok. Pribadi
Pura Kehen, Bangli. Sumber: Dok. Pribadi

Dari menelusuri desa-desa warga, saya lanjut mengeksplorasi budaya Bali dengan berkunjung ke salah satu Pura tertua di Kintamani, yaitu Pura Kehen di Cempaga, Bangli.

Tempat ini didirikan sejak abad-13. Zaman dahulu, Pura Kehen merupakan pura utama di Kerajaan Bangli. Wilayan Bangli dibangun oleh Kerajaan Gelgel yang merupakan Dinasti Kerjaan Majapahit.

Nama Bangli memiliki arti hutan merah, atau gunung merah. Pura Kehen pun dalam bahasa Bali memiliki arti Pura Api.

Jika diperhatikan, ukiran dan ornamen di Pura Kehen ini sangat rumit dan detail, agak berbeda dengan pura masa kini. Batu pembuat Pura Kehen pun berwarna kelabu-putih tidak seperti pura pada umumnya yang berwarna kehitaman atau merah bata.

Warna batuan abu-putih ini membuat ukiran di Pura Kehen terlihat menonjol dan spektakuler. Sungguh sebuah karya masterpiece yang tak lekang oleh waktu!

Desa Penglipuran, Bangli. Sumber: Dok. Pribadi.
Desa Penglipuran, Bangli. Sumber: Dok. Pribadi.

Dari Pura Kehen saya lanjut bersepeda menelusuri hutan bambu menuju ke perhentian terakhir yaitu ke Desa Wisata Penglipuran. Hutan bambu ini konon memiliki luas 45 hektar dan menjadi daerah resapan air bagi Desa Penglipuran.

Hutan bambu ini kerap disebut sebagai hutan pelindung desa. Setiap akhir tahun akan diadakan Festival Penglipuran yang memamerkan pakaian adat dan aneka budaya Bali yang mempesona.

Meskipun demikian, apapun momennya Desa Penglipuran selalu berhias meriah dengan aneka janur penjor-penjor cantik. Maka tak heran jika desa ini menjadi salah satu tujuan wisata favorit. Selain berisi tempat tinggal warga dan penginapan homestay, di desa ini juga menjual minuman khas dari daun kloncing yang disebut 'Loloh Cemcem' dan makanan khas, yaitu Tipat Cantok.

Asyiknya jika Anda mulai bersepeda di pagi hari, maka akan sampai di Penglipuran dengan cuaca yang tidak terlalu terik. Desa Penglipuran turut menyediakan sewa pakaian adat Bali bagi yang ingin mencobanya. Yang pasti, jangan lupa berfoto di desa ini. Jika cuaca cerah, maka latar awan biru akan menghiasi foto-foto Anda di jalanan desa yang penuh penjor meriah. Sungguh menarik!

Penulis di Desa Penglipuran. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis di Desa Penglipuran. Sumber: Dok. Pribadi

Jadi, Anda lebih pilih duduk-duduk manis atau yang ingin bergerak bertualang?

Tentu saja keduanya sah-sah saja. Bedanya ketika bergerak bertualang, Anda akan mendapatkan banyak pengalaman menarik yang belum tentu bisa dialami oleh orang lain.

Pastinya, perlu dipersiapkan fisik dan mental yang prima. Jangan lupa pakaian yang nyaman dan bawalah kamera karena banyak momen indah selama di perjalanan.

Untuk kisah perjalanan dan foto-foto perjalanan menarik lainnya dapat dilihat di Instagram penulis @ayuliqui.

Selamat menjelajah dan selamat berlibur!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun