Pengunjung juga berkesempatan untuk mengikuti acara peluncuran buku-buku, minta tanda tangan dan berfoto bersama penulis idola, di malam hari selain nonton film bersama pengunjung bisa menyaksikan acara musik, pembacaan puisi daln lainnya. Tahun ini cukup spesial acara musik diisi oleh Dewi Lestari yang selain berkisah tentang novelnya, ia juga membawakan banyak lagu-lagu baru karyanya.
Sesuai dengan tema tahun ini, mulai dari penulis senior seperti Putu Wijaya, Goenawan Mohamad, hingga yang muda seperti Dewi Lestari, Eka Kuniawan, Lala Bohang, Henry Manampiring, Intan Paramaditha, serta penulis luar negeri lintas generasi hadir berkumpul. UWRF betul-betul ajang kumpul para pelaku literasi, seni, dan kreatif yang sayang dilewatkan sebab banyak sekali ide inspiratif dan topik pembicaraan yang visioner.
Bila tahun ini belum berkesempatan ikut, tidak masalah. Kamu bisa hadir di tahun depan dengan tema festival yang pastinya selalu penuh kejutan. Hingga kini, ada acara-acara pendamping seputar literasi masih terus dilakukan di beragam lokasi di nusantara, silahkan disimak di website dan instagram UWRF.
Ada satu pesan dari pembicara asal Australia yang menurut saya sangat berkesan dari DR. Anita Heiss. Ia seorang penulis fiksi dan non-fiksi sejarah, dan penyair, begini pesannya untuk para penulis: “Untuk menjadi seorang penulis, kamu perlu membaca. Kalau kamu tidak mau membaca karya orang lain, mengapa orang lain harus membaca karyamu?”
Selamat menulis & teruslah membaca!