Mohon tunggu...
Ayu Saptarika
Ayu Saptarika Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Novelis '3 ON 3', BusDev, Traveller, Instagram: @ayuliqui

For writing inquiries DM my Instagram @ayuliqui. Book sell at Kinokuniya Grand Indonesia. E-book '3 ON 3' at Lontara Apps.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Portraits Of A Nation: Perjalanan Bangsa Sejak Orde Baru

17 Agustus 2023   07:00 Diperbarui: 17 Agustus 2023   07:20 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Roof Top kantor The Jakarta Post. Sumber: Dok. Pribadi.

Merayakan hari jadi ke-40 sekaligus menyambut HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-78, The Jakarta Post mengadakan pameran foto bertajuk: Portraits Of A Nation – Indonesia’s Journey of Change and Resilience. Pameran tersebut menampilkan 40 foto perjalanan bangsa Indonesia sejak era Order Baru hingga sekarang. Foto-foto tersebut telah dikurasikan dari ribuan foto yang diterbitkan selama perjalanan 40 tahun penerbitan koran. Seluruh foto merupakan hasil karya dari para pewarta foto koran The Jakarta Post.

Acara ini diselenggarakan selama dua minggu dengan pameran foto sebagai acara utama. Selain pameran foto, diadakan pula berbagai program diskusi bersama tokoh negarawan maupun publik figur dengan topik demokrasi, media komunikasi, fotografi, hingga narasumber penulis dan pembuat film. Di akhir pekan, pengunjung diajak menyaksikan beragam film menarik dan berkesempatan berdiskusi dengan para sineas Indonesia.

Sekilas tentang The Jakarta Post, koran ini terbit perdana di Indonesia pada tanggal 25 April 1983. Target pasar dari surat kabar ini adalah untuk para ekspatriat yang sedang berada/tinggal dan berbisnis di Indonesia. Pada tahun 80an tersebut banyak ekspatriat ingin berlangganan surat kabar lokal agar tidak ketinggalan berita tentang situasi politik, bisnis, ekonomi, dan sosial budaya setempat. Namun, koran lokal yang ditulis dalam bahasa Inggris dan beredar nasional masih sangat sedikit.

The Jakarta Post Edisi Perdana 1983.Sumber: Dok. Pribadi
The Jakarta Post Edisi Perdana 1983.Sumber: Dok. Pribadi

Sebelum The Jakarta Post terbit hanya ada beberapa koran bahasa Inggris yang beredar, seperti Indonesia Times dan Indonesian Observer. Salah satu tujuan didirikan surat kabar The Jakarta Post ini adalah untuk menyajikan berita akurat tentang Indonesia. Pada waktu itu belum banyak reporter yang mahir menulis teks dalam bahasa Inggris. Akibatnya banyak terjadi pemberitaan bias yang merugikan masyarakat Indonesia.

Seiring waktu berjalan, The Jakarta Post tidak hanya memproduksi koran saja. Media ini turut mengembangkan bisnis dengan memiliki pusat pelatihan menulis dan konsultasi menulis untuk perorangan maupun perusahaan. Selain itu, media berbahasa Inggris ini turut diakui punya reputasi baik dari sisi keakuratan berita dan keindahan foto jurnalistiknya.

Dalam acara HUT ke-40 tahun The Jakarta Post, hadir mantan Pewarta Foto Senior yaitu P.J. Leo sebagai narasumber diskusi ‘Artist Talk: Behind The Lens’. Foto-foto jurnalistik karya P.J. Leo turut memeriahkan pameran. Ia menjadi pewarta foto di The Jakarta Post sejak tahun 1991-2021 dan kini telah memasuki masa purna tugas. Ia menceritakan tentang suka-dukanya saat menjadi pewarta foto mulai dari zaman kamera analog hingga kamera digital masa kini.

P.J. Leo Dalam Diskusi Artist Talk : Behind The Lens.Sumber: Dok. Pribadi 
P.J. Leo Dalam Diskusi Artist Talk : Behind The Lens.Sumber: Dok. Pribadi 

Sebagai mantan Pewarta Foto Senior, Ia pernah meliput kegiatan eksklusif kenegaraan ke berbagai belahan dunia, hingga meliput kejadian mencekam seperti Demo Reformasi 1998, Konflik Ambon tahun 1999, Musibah Tsunami Aceh pada Desember 2004, dan momen-momen bersejarah lainnya. P.J. Leo bersama The Jakarta Post juga menerbitkan buku fotografi berjudul 'Guardians of Tradition' (2018) tentang foto-fotonya yang berkisah tentang budaya masyarakat Cina Benteng di Tangerang. 

Bagi generasi Milenial mungkin sudah lupa atau bahkan tidak ingat tentang momen-momen era Order Baru tahun 90an tersebut karena masih duduk di bangku sekolah. Pameran foto ini bermanfaat untuk mengenal lebih jauh tentang sejarah dan perjalanan bangsa Indonesia sejak dipimpin oleh Presiden Soeharto hingga hari ini dipimpin oleh Presiden Joko Widodo.

“Ketika seseorang terjun di dunia jurnalistik maka perlu bersikap netral tidak memihak meskipun ia sedang meliput sebuah konflik,” jelas Leo.

Leo juga menyampaikan bahwa era digital saat ini memudahkan pekerjaan fotografer. Dahulu ketika ia masih memakai kamera analog, ia harus membawa peralatan cuci foto kemanapun ia pergi. Setelah itu, foto dicetak dan harus segera di scan lantas dikirim ke kantor pusat. Pada jaman itupun teknologi komunikasi masih sulit, belum semaju sekarang berbasis internet yang mudah melakukan pengiriman data dengan cepat.  

“Ada jiwa di dalam setiap karya foto. Hal ini yang membuat saya selalu bersemangat dan tidak pernah bosan dengan fotografi. Meski saya sudah memasuki masa purna tugas, kemana pun saya pergi di tas saya selalu ada kamera!” seru Leo saat ditanya bagaimana perasaanya saat ini menjalani masa purna tugasnya.

Film Screening & Talk Show Bersama Joko Anwar. Sumber: Dok. Pribadi
Film Screening & Talk Show Bersama Joko Anwar. Sumber: Dok. Pribadi

Selain Pewarta Foto Senior, di akhir pekan hadir pula Sutradara Joko Anwar yang berbagi pengalaman dalam menulis dan membuat film. Dalam sesi diskusi ini, Joko juga ditemani rekan-rekan yang berkecimpung di dunia penulisan dan film, yaitu Rizal Iwan, Hera Diani, dan Paul Agusta. Acara bincang-bincang film ini dikemas dengan suasana santai di roof top gedung The Jakarta Post, Palmerah - Jakarta. Terdapat pula layar film yang digunakan untuk nonton bersama.

Joko berbagi pengalaman tentang awal karirnya sebagai penulis di surat kabar. Pada waktu itu ia senang membuat ulasan tentang film. "Semakin dewasa, saya lebih fokus untuk melihat sebuah film dari kisah ceritanya, bukan kepada opini personal semata,” jelasnya.

“Pengalaman menonton film adalah pengalaman personal yang berbeda-beda antara orang yang satu dengan yang lain,” tambah Rizal Iwan.

            Joko juga menyampaikan bahwa film Indonesia saat ini sudah lebih bagus. Banyak anak-anak muda yang punya keterampilan dalam membuat film sehingga mampu memproduksi tontonan yang menarik dan menghibur. Pendanaan film saat inipun tidak melulu hanya dari Rumah Produksi (PH). Sudah mulai hadir sumber pendanaan yang mau membantu baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Suasana Roof Top kantor The Jakarta Post. Sumber: Dok. Pribadi.
Suasana Roof Top kantor The Jakarta Post. Sumber: Dok. Pribadi.

            “Salah satu masalah industri film di Indonesia adalah belum adanya agensi film yang melakukan kurasi talent (aktor/aktris) sehingga pemilihan tokoh utama menjadi sulit. Akhirnya sang Sutradara, Produser, atau tim pembuat film itu sendiri yang harus mencarinya,” tambah Joko. Harapannya semoga di masa datang para sineas Indonesia semakin dapat memproduksi film yang memberi manfaat dan menghibur penontonnya jelas Joko.

            Rangkaian acara HUT The Jakarta Post ke-40 yang bertajuk Portraits of A Nations: Indonesia’s Journey of Change and Resilience diadakan selama dua minggu, 6-19 Agustus 2023. Hari Senin-Minggu pukul 10.00-19.00, bertempat di Gedung The Jakarta Post, Lantai 5, Jl. Palmerah Barat No.142-143, Jakarta 10270.

Selamat hari jadi ke-40 The Jakarta Post, semoga panjang umur dan senantiasa menjadi media berbahasa Inggris yang terdepan.
Dirgahayu Republik Indonesia ke-78, semoga menjadi negara yang semakin maju, aman dan tentram.

 Selamat menikmati rekam jejak perjalanan bangsa Indonesia semenjak Orde Baru melalui keindahan fotografi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun