DKI Jakarta memang kota seribu rupa. Mulai dari pusat perkantoran, pusat perbelanjaan dan hiburan, taman kota, hingga wisata kebudayaan ada di sini. Citra kota yang berpenduduk padat dan memiliki jalanan rawan kemacetan memang tidak dapat disangkal. Namun demikian, di sudut-sudut kota masih terdapat lokasi nyaman dan berseni hingga dapat melepas lelah.
Terletak di Jalan Merdeka Barat No.12, Jakarta Pusat, Museum Nasional Indonesia dapat menjadi pilihan tamasya saat akhir pekan bersama teman dan keluarga. Museum ini dikelola oleh Direktorat Jendral Kebudayaan, di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bertamasya sambil belajar sejarah budaya secara menyenangkan jelas bisa dilakukan di tempat ini.
Banyak orang berpendapat bahwa berkunjung ke museum itu membosankan karena melihat barang kuno. Ada baiknya singkirkan pikiran itu sebab gedung museum bergaya Eropa dengan nuansa renaissance (abad pencerahan) ini sangat anggun. Terlebih, bertabur artefak berharga sehingga pengunjung dapat melihat ragam estetika dari budaya di Indonesia.
Museum Nasional Indonesia tak hanya menarik untuk bersantai tapi turut mencerdaskan pengunjung akan sejarah bangsa. Menjelajah tempat ini seperti berada di belahan dunia lain.Â
Apalagi, didukung gaya arsitektur bangunan yang berpilar tinggi dipadu dengan berbagai barang antik di sekelilingnya. Sungguh indah! Teringat film Indiana Jones dan Lara Croft di mana kedua tokoh ini memang lihai untuk urusan benda bersejarah dan ilmu arkeologi.
Dari arah loket pintu masuk, di lantai dasar museum terdapat lorong kiri dan kanan berpilar cantik dengan jejeran arca zaman kerajaan Hindu Budha di nusantara. Di tengahnya terdapat taman hijau berhias arca yang tak kalah memukau. Di dekat taman arkeologi terdapat kursi-kursi besar untuk bersantai dan menikmati koleksi museum di antara kemegahan bangunan.
Bila berkunjung pagi hari, sinar matahari yang menembus lorong berpilar sebelah kiri pintu masuk akan memberi ilusi optik yang cantik untuk berfoto. Setelah siang hari, maka lorong sebelah kanan pintu masuk akan memiliki bayangan pilar-pilar seiring perubahan arah sinar matahari menjelang senja. Arsitektur yang genius!
Sedikit berbagi, dahulu ketika saya masih di sekolah dasar dan belum ada internet, penjelasan mengenai artefak museum harus dibaca satu persatu. Terkadang rebutan dengan teman karena enggan bergantian. Kini, pengunjung tak perlu berdesakan karena sudah banyak artefak memiliki QR Code sehingga bisa di-scan melalui smartphone dan informasi dapat ditampilkan online.
Selesai menjelajah lantai dasar, di ruangan sayap kanan pintu masuk terbentang peta suku bangsa di Indonesia yang berukuran sangat besar. Benda-benda khas dari beberapa provinsi di Indonesia turut dipajang di etalase kaca. Sangat bersyukur dan bangga menjadi warga negara Indonesia yang diberkahi aneka budaya. Kekayaan dan keragaman budaya seperti ini belum tentu dimiliki oleh negara lain.
Dari ruang peta etnis, lanjutkan perjalanan ke ruang prasejarah untuk melihat fosil-fosil manusia purba di Indonesia. Terdapat beberapa lantai lagi di atasnya, pengunjung dapat melihat koleksi peralatan navigasi kapal, replika batu prasasti, benda-benda logam dan sebagainya.Â
Ruangan ini didesain dengan cahaya remang-remang agar pengunjung fokus pada benda yang dipamerkan. Diperkirakan terdapat 140.000 benda yang menjadi koleksi di museum ini.
Dibandingkan dulu, banyak perbaikan telah dilakukan di Museum Nasional meskipun masih membutuhkan perbaikan lebih lanjut agar tata letak koleksi terlihat rapi, menarik, dan didukung teknologi informasi. Diharapkan hal ini turut diterapkan di museum-museum lainnya agar museum di Indonesia mampu menjadi tujuan wisata berdaya tarik tinggi.
Pergi ke Museum Nasional Indonesia cukup mudah. Pengunjung dapat naik mobil pribadi maupun mencoba transportasi umum kota Jakarta yang kini semakin modern dilengkapi MRT. Pengunjung bisa naik Trans Jakarta reguler lalu turun di Halte Monas, atau naik Trans Jakarta City Tour.
Ingin bepergian naik MRT? Bisa saja! Dari Lebak Bulus turun di Bundaran HI lalu sambung dengan Trans Jakarta sampai ke halte Monas. Bawalah kartu pembayaran masing-masing agar terhindar dari antrian panjang yang menyita waktu.
Museum buka hari Selasa - Jumat pk 08.00-16.00. Sabtu-Minggu pk 08.00-17.00. Tarif masuk dewasa Rp 5.000,- Â dan anak-anak Rp 2.000,-. Tersedia pula tarif masuk untuk rombongan dan turis. Pengunjung yang membawa tas ransel harus dititipkan di loker resepsionis. Pengunjung diperbolehkan membawa kamera saat berkeliling.
Terakhir, menjelang ulang tahun kota Jakarta izinkan saya untuk berpantun:
Pergi ke pasar beli si buah atep,
Dimakan rame-rame same keluarge aye,
Dirgahayu ke-492 untuk kota Jakarte yang mantep,
Semoga semakin modern, kece, dan cerdas berbudaye!
Senang dengan artikel ini? Silahkan bagikan ke rekan-rekan yang senang kesenian, sejarah, dan traveling.
Ikuti informasi destinasi menarik lainnya di Instagram penulis @ayuliqui.
Selamat jalan-jalan!
Fotografer: Jeffrey Sukardi (@jeffsukardi)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI