Mohon tunggu...
Ayu Saptarika
Ayu Saptarika Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Novelis '3 ON 3', BusDev, Traveller, Instagram: @ayuliqui

For writing inquiries DM my Instagram @ayuliqui. Book sell at Kinokuniya Grand Indonesia. E-book '3 ON 3' at Lontara Apps.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Eksotika Oriental di Kota Tangerang

2 Februari 2019   12:14 Diperbarui: 5 Februari 2019   11:06 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan yang Menggambarkan Kejayaan Dinasti Qing Karya Yang Zuo. Sumber: www.china-history.net

Mendengar nama kota Tangerang mungkin yang terlintas di pikiran adalah sebuah kota industri di luar Jakarta yang penuh pabrik. Namun siapa sangka, Tangerang memiliki sejarah luar biasa dari penduduk keturunan Tionghoa yang membuat kota ini spesial. Penduduk etnis Tionghoa itu disebut "Cina Benteng."

Kitab sejarah Sunda "Tina Layang Parahyangan" menyebutkan bahwa pendudukan Cina pertama dipimpin oleh Tjen Tjie Lung (Halung) pada tahun 1407. Ia dan pasukannya berlayar ke Tangerang melalui sungai Cisadane yang kini dikenal sebagaiTeluk Naga.

Lukisan yang Menggambarkan Kejayaan Dinasti Qing Karya Yang Zuo. Sumber: www.china-history.net
Lukisan yang Menggambarkan Kejayaan Dinasti Qing Karya Yang Zuo. Sumber: www.china-history.net
Penulis di Depan Seni Kaligrafi Tionghoa. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis di Depan Seni Kaligrafi Tionghoa. Sumber: Dok. Pribadi
Sejarah mengisahkan Tjen Tjie Lung berniat meninggalkan Jayakarta. Namun, kapalnya rusak dan persediaan makan menipis. Akhirnya, ia dan pasukan berlabuh di sungai Cisadane. Mereka bekerja menjadi petani dan pedagang selama tinggal di sana.

Halung adalah seorang Manchu dari Dinasty Qing. Dinasti ini berkuasa di Cina selama 300 tahun dari 1644-1912. Hingga kini penduduk keturunan Dinasti Qing masih ada. Tak disangka, mereka tidak tinggal di Cina tapi tinggal di sepanjang sungai Cisadane, Tangerang.

Sejarah menarik ini mendorong saya berwisata ke kawasan Pasar Lama, Tangerang. Dari Bumi Serpong Damai (BSD) atau Alam Sutera, menuju Pasar Lama hanya sekitar 30-45 menit naik mobil.

Di sekitar sini terdapat 3 klenteng, yaitu: Boen Tek Bio, Boen San Bio, dan Boen Hay Bio. Adapun Boen Tek Bio (Boen= Sastra; Tek= Kebajikan; Bio= Tempat Ibadah) adalah klenteng yang tertua.

Halaman Muka Boen Tek Bio. Sumber: Dok. Pribadi
Halaman Muka Boen Tek Bio. Sumber: Dok. Pribadi

Penulis di Depan Salah Satu Ruang Doa. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis di Depan Salah Satu Ruang Doa. Sumber: Dok. Pribadi
Sedikit cerita mengenai etnis Cina Benteng, etnis ini memiliki ciri berkulit kecoklatan dan berbahasa campuran bahasa Indonesia, Betawi, Sunda, Hokkian, dan Mandarin. Banyak diantara mereka hidup sederhana dengan mata pencaharian sebagai pedagang, petani, tukang becak, dan lainnya.

Hal ini mengoreksi persepsi awam kita bahwa etnis Tionghoa adalah etnis mapan ekonomi. Biarpun mayoritas orang Cina Benteng hidup jauh dari kemewahan, mereka adalah para keturunan Dinasti Qing dan punya klenteng bersejarah bernama Boen Tek Bio yang dibangun sejak 1684.

Jalan menuju Boen Tek Bio seperti mencari harta karun. No pain, no gain! Anda harus melewati pasar terlebih dahulu. Perlu blusukan sekitar 10 menit. Jalannya kecil dan banyak becek sehingga harus hati-hati.

Namun ketika sampai di klenteng, Anda akan terpikat dengan arsitektur dan interiornya yang istimewa. Saya pribadi sungguh terkesan dengan warna-warni pilarnya yang memukau.

Terpikat Pesona Boen Tek Bio. Sumber: Dok. Pribadi
Terpikat Pesona Boen Tek Bio. Sumber: Dok. Pribadi
Di muka gerbang, patung singa Cioh Sai yang dibuat sejak 1827 siap menyambut. Dari sini, Anda dapat melihat altar di tengah klenteng berhias pilar-pilar mozaik. Bila ingin melihat lebih dekat, harap melepas alas kaki karena merupakan area suci. Klenteng ini boleh dikunjungi umum yang penting pengunjung mematuhi peraturan yang ada dan tidak gaduh.

Patung Singa
Patung Singa
Anda dapat berkeliling area klenteng. Berjalanlah ke samping kanan, masuk melalui gerbang lingkar yang disebut "Pintu Kesusilaan" lalu lanjut hingga ke aula gedung serbaguna di bagian belakang.

Di dalam ada gapura antik sejak tahun 1976 dan gapura ini merupakan salah satu pintu menuju Vihara Padumuttara selain pintu merah di samping klenteng. Setelah itu, Anda bisa jalan keluar melalui sisi kiri klenteng. Tak disangka, area Boen Tek Bio ini luas sekali!

Yuk, Masuk Melalui Pintu Kesusilaan. Sumber: Dok. Pribadi
Yuk, Masuk Melalui Pintu Kesusilaan. Sumber: Dok. Pribadi

Penulis Di Area Tengah Klenteng yang Penuh Lampion. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis Di Area Tengah Klenteng yang Penuh Lampion. Sumber: Dok. Pribadi
Gapura Vihara Padumuttara Ini Sudah Ada Sejak 1976. Sumber: Dok. Pribadi
Gapura Vihara Padumuttara Ini Sudah Ada Sejak 1976. Sumber: Dok. Pribadi
Pintu Merah, Jalan Masuk Alternatif Menuju Vihara. Sumber: Dok. Pribadi
Pintu Merah, Jalan Masuk Alternatif Menuju Vihara. Sumber: Dok. Pribadi
Beberapa langkah dari Boen Tek Bio, mampirlah ke Museum Warisan Budaya Peranakan Tionghoa Tangerang "Benteng Heritage". Museum ini merupakan bekas rumah komunitas yang dilestarikan. Interiornya artistik dengan ukiran bertema cerita rakyat Tionghoa. 

Terdapat pula pintu besar kayu yang khas dilengkapi kunci rahasia. Nikmati ragam koleksi barang antik yang mengagumkan. Tour di museum sekitar 1-1.5 jam. Mohon perhatian di dalam museum dilarang memotret.

Selesai dari museum, Anda bisa berekreasi di area Pasar Lama. Mulai dari makanan lokal Indonesia halal hingga aneka Chinese food tersedia.

Meski area ini didominasi etnis Tionghoa, banyak rekan-rekan muslim juga berdagang, berbelanja, dan menikmati keseruan pasar. Sungguh pemandangan penuh toleransi yang mencerminkan semboyan negara Indonesia bhineka tunggal ika.

Menjelang imlek, saat ini para pedagang di pasar berjualan makanan khas perayaan dan pernak-pernik bernuansa merah. Saya pun tak ingin melewatkan kemeriahan ini. Aneka amplop ang pao, dekorasi lampion, beragam hiasan imlek, dan kue keranjang banyak dijual. Haha.. jangan takut blusukan ya, enjoy aja!

Don't Worry Be Happy. Let's Go Blusukan, Jangan Takut Gengsi! Sumber: Dok. Pribadi
Don't Worry Be Happy. Let's Go Blusukan, Jangan Takut Gengsi! Sumber: Dok. Pribadi

Di Keramaian Pasar Lama-Tangerang. Sumber: Dok. Pribadi.
Di Keramaian Pasar Lama-Tangerang. Sumber: Dok. Pribadi.
Melihat Pernak-Pernik Imlek. Sumber: Dok. Pribadi
Melihat Pernak-Pernik Imlek. Sumber: Dok. Pribadi
Hore! Saya Menemukan Dekorasi yang Dicari! Sumber: Dok. Pribadi
Hore! Saya Menemukan Dekorasi yang Dicari! Sumber: Dok. Pribadi
Ingin menjelajah sampai petang? Boleh saja! Di sepanjang tepi sungai Cisadane terdapat trotoar yang nyaman untuk jalan-jalan sore. Menjelang malam akan semakin banyak warung/ kios dan restoran buka di sekitar sini untuk wisata kuliner. Sungguh, kawasan ini memberi warna meriah yang penuh kesan bagi kota Tangerang.

Akhir kata, tak lupa saya ucapkan Selamat Tahun Baru Imlek 2019, Gong Xi Fa Cai, bagi rekan-rekan yang merayakan. Semoga di tahun baru ini kita semua semakin makmur, sejahtera , dan senantiasa memelihara persatuan negara Republik Indonesia!

Keterangan:
Lokasi: Boen Tek Bio, Pasar Lama, Tangerang
Fotografer: Jeffrey Sukardi (IG: @jeffsukardi)

Semua Aksesoris dan Pakaian adalah milik pribadi.
Terusan Batik Tulis: Daran Dress by Artea Batik (IG:@arteabatik)
Terusan Renda Kuning: Agnala by Tessa Fedilla (IG: @agnalaofficial, @fedillatessa)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun