Tak hanya fantastik sebagai tujuan menyelam, Raja Ampat juga memungkinkan Anda bertualang dengan beragam aktivitas. Anda bisa menikmati keindahan laut biru kehijauan bertebing seperti film Avatar di Teluk Kabui, mendaki bukit karst, dan mengagumi keindahan Bukit Bintang di Piaynemo (baca: Terpikat Pesona Piaynemo dan Laut Raja Ampat). Selain itu, Anda bisa memacu adrenalin dengan memanjat bukit karang di pulau Wayag.Â
Kegiatan lain yang bisa dilakukan di Wayag selain memanjat bukit karang, yaitu: snorkeling, bermain dan memberi makan ikan hiu, dan mengunjungi kampung nelayan Selpele sambil berbagi dengan warga lokal (baca: Tamasya ke Raja Ampat, Jangan Lupa Berbagi di Kampung Selpele).
Pada artikel ini saya akan menceritakan serunya mengalahkan rasa takut di Wayag. Petualangan dimulai dari tantangan memanjat bukit karang lalu bermain dan memberi makan ikan hiu.
Terdapat dua puncak Wayag, yaitu bukit karang berketinggian 80 meter dan 100 meter. Pada saat saya berkunjung, bukit berketinggian 100 meter sedang penuh dikunjungi turis. Akhirnya, saya dan rekan-rekan memutuskan untuk memanjat bukit berketinggian 80 meter.
Area panjat terjal dengan kemiringan nyaris 90 derajat. Sempat bertanya-tanya apakah saya mampu mencapai puncaknya atau tidak. Namun demikian, saya hilangkan keraguan dan mencoba menaklukan rasa takut itu. Testimoni pengunjung yang telah mencapai puncak mengatakan pemandangannya indah sekali. You never know until you try. So, I try!
Ketiga, pakailah sepatu dan celana panjang agar kaki nyaman melangkah dan tidak luka terkena karang tajam. Keempat, pakai sarung tangan sebab bukitnya curam hingga membutuhkan bantuan tangan untuk meraih karang sebagai pegangan. Kelima, memanjat dengan posisi tubuh seperti merayap saat naik maupun turun bukit.
Perjalanan ke puncak Wayag membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Setiap rombongan pemanjat ditemani pemandu lokal. Pemandu ini membantu membawakan tas dan barang pengunjung serta mengawasi jalur panjat. Jalur yang sempit dan curam membuat pengunjung yang ingin naik atau turun harus bergantian agar tidak terjatuh.
Yang membuat saya takjub adalah para pemandu lokal di sini mendaki tanpa sarung tangan dan sepatu. Pemandu bisa memanjat sangat cepat hingga tiba di puncak lebih dulu. Seolah-olah kaki mereka tidak sakit saat menginjak batu karang tajam. Luar biasa!
Setelah bersusah-payah memanjat jangan lupa berfoto. Area puncak tidak luas sehingga harus hati-hati melangkah. Waktu yang diberikan untuk menikmati pemandangan dari sini tidak lama karena harus bergantian dengan pengunjung lain.
Selesai menuruni bukit, saya dan rekan-rekan beralih ke wilayah pantai yang bening dan landai. Di sepanjang pantai terdapat ikan-ikan hiu yang berenang hilir mudik. Agenda saya di sini adalah memberi makan ikan hiu dan bermain bersama mereka. Awalnya, saya ragu apakah berani melakukannya mengingat ikan hiu adalah hewan buas.
Makanan hiu yang berupa ikan-ikan mati telah disiapkan. Umpan ini dibuang di pantai agar hiu-hiu datang menghampiri. Jenis hiu di sini adalah hiu karang (black tip shark) yang tergolong fauna langka. Ciri utamanya adalah memiliki tanda hitam di sirip punggung dan ekornya.
 So, mungkin suatu hari nanti Anda ingin bertamasya ke Raja Ampat dan mencoba mengalahkan rasa takut di Pulau Wayag? Try it and find yourself conquer all that fear! Ke manapun Anda pergi, saya ucapkan selamat berlibur menikmati akhir tahun 2018 dan selamat menyambut tahun 2019. Bon voyage!
Catatan:
Artikel ini adalah Trilogi Travel Story Raja Ampat. Kunjungi profil penulis untuk melihat 2 artikel sebelumnya.
Suka dengan artikel ini? Silahkan bagikan pada teman yang senang bepergian.
Ikuti instagram penulis: @ayuliqui
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H