Batu Pensil di Teluk Kabui. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis dan Batu Wajah (kiri belakang) di Teluk Kabui. Sumber: Dok. Pribadi
Hari berikutnya, saya melancong ke Pulau Wayag. Jaraknya 4 jam naik
speed boat dari penginapan. Banyak kegiatan bisa dilakukan di sini, seperti: mendaki bukit batu,
snorkeling, bermain dan memberi makan ikan hiu di pantai, dan mengunjungi kampung nelayan Selpele.
Pada artikel ini saya akan menceritakan kunjungan ke Kampung Selpele yang sangat berkesan.
Penulis Dalam Perjalanan Ke Pulau Wayag. Sumber: Dok. Pribadi
Selpele adalah kampung nelayan di sebelah barat Pulau Waigeo, laut Halmahera. Desa kecil ini hanya 200 meter panjangnya membingkai pantai. Penduduknya berasal dari golongan suku Kawe dengan mata pencaharian nelayan dan buruh peternakan mutiara. Sebagian dari warga juga berternak lobster.
Kondisi desa sangat sederhana dan menurut saya butuh uluran tangan banyak pihak. Letaknya yang jauh dari kota membuat ketersediaan bahan infrastruktur dasar, alat trasportasi, dan dukungan pendidikan masih minim untuk warga serta anak-anak.
Signal telekomunikasi pun nyaris tidak ada. Namun demikian, pemandangan langit biru dengan semburat awan putih dan air laut yang jernih membuat tempat ini tetap indah.
Rumah Nelayan Kampung Selpele. Sumber: Dok. Pribadi
Dari Jakarta saya dan rekan-rekan berencana berbagi kasih dengan warga di kampung ini. Mengetahui banyak anak SD yang membutuhkan material edukasi, saya tertarik membantu dengan membagikan buku pelajaran, buku bahasa Inggris, dan beragam alat tulis yang dibawa dari ibu kota. Yang jelas, di pulau ini tidak ada toko buku. Semoga bermanfaat mencerdaskan saudara-saudari kecilku.
Bahagianya Berbagi Bersama Anak-Anak di Kampung Selpele. Sumber: Dok. Pribadi
Kebahagiaan berbagi selalu dinantikan oleh anak-anak dan warga yang sangat membutuhkan di tempat ini. Sebagai tanda terima kasih dengan spontan anak-anak menyanyikan lagu "Kasih Ibu" untuk kami. Luar biasa!
Anak-anak Selpele juga terampil membuat kerajinan perhiasan seperti gelang dan kalung berbahan kerang. Berbagai keterbatasan infrastruktur di kampung ini ternyata tidak membuat semangat berkreasi mereka surut. Luar biasa optimisnya sehingga tawa ceriapun selalu menghias wajah anak-anak.
Penulis Bersama Anak-Anak Selpele dan Hasil Kerajinan Tangan. Sumber: Dok. Pribadi
Gelang dan Kalung Hasil Kerajinan Tangan Anak-Anak Selpele. Sumber: Dok. Pribadi
Oiya, jangan lupa membeli lobster dari nelayan Selpele. Tersedia beragam ukuran lobster yang dapat dipilih sesuai selera. Penduduk menjualnya sekitar Rp 350.000,00/Kg. Selain membantu memberi penghasilan pada warga, lobster yang dijual sangat segar sehingga saat dimasak rasa dagingnya legit dan nikmat. Dijamin tidak menyesal mencobanya!
Rekan Traveler dengan Lobster yang Dibeli Dari Nelayan Selpele. Sumber: Dok. Pribadi
Akhirnya, sampailah pada waktunya pulang. Jarak tempuh yang jauh dari kampung ini ke penginapan membuat saya dan rekan-rekan harus kembali saat siang. Penduduk dan anak-anak mengantar kami hingga ke dermaga berikut lobster-lobster yang dibeli.
Semoga kampung Selpele semakin mendapat perhatian sehingga memiliki taraf hidup lebih maju. Indonesia terdiri dari 17.504 pulau dan masih banyak warga di pulau-pulau terpencil yang membutuhkan uluran tangan. Mudah-mudahan Selpele bisa menjadi salah satu Kampung Berseri Astra (KBA) selanjutnya, selain KBA Papua Barat yang telah ada.
Lihat Trip Selengkapnya