Setiap orang bepergian dengan tujuannya masing-masing. Tidak ada tujuan yang lebih baik maupun lebih buruk antara yang satu dengan yang lain. Aneka ragam transportasi yang terjangkau telah memudahkan siapapun bepergian sehingga semua destinasi pasti bisa dikunjungi.
Adalah benar jika sebutan penulis perjalanan (travel writer) bisa disandang siapapun karena kini setiap orang bisa menulis dengan mudah di blog pribadi. Namun demikian, hal ini jugalah yang membuat menjadi penulis perjalanan profesional sangat sulit sebab ia harus punya cerita unik, spesifik, dan bermanfaat bagi pembaca. Bukan cerita detail mengenai diri sendiri.
Akhir pekan lalu, The Jakarta Post Writing Center menyelenggarakan program komunitas bertajuk "90 Minutes Travel Writing" bersama Agustinus Wibowo (11/8/2018), seorang penulis Indonesia berbakat yang sangat inspiratif. Senang sekali saya dapat hadir di acara ini dan mendapatkan banyak ilmu mengenai fasih menulis kisah perjalanan. Tentunya dengan senang hati akan saya bagikan kepada Anda di sini.
Berbicara mengenai profesi sebagai seorang penulis perjalanan, hal pertama yang terlintas di pikiran pasti aktivitas jalan-jalan. Ya, benar! Namun demikian, hal itu belum selesai. Tugas utamanya adalah menulis yang tak mudah untuk dilakukan meskipun sang penulis telah mengalami sebuah petualangan.
Lantas, apa alasan seseorang menuliskan kisah perjalanannya? Pertama, untuk mengabadikan ingatan. Kalau tidak ditulis, maka sulit mengingat pengalaman yang lalu secara akurat. Selanjutnya, untuk mengabadikan sejarah, berbagi pengetahuan, serta melihat dunia dari sudut pandang berbeda. Terakhir, untuk menyampaikan renungan yang bermanfaat bagi perubahan positif di masyarakat sosial. Â
 "Seorang travel writer harus mampu menyampaikan nyawa dari destinasi alias 'the soul of the places' sehingga pembaca bisa menikmati dan merasakan situasi tempat itu melalui kata-kata. Dengan demikian, pembaca akan betah membaca tulisannya dari awal sampai akhir," jelas Agustinus Wibowo.
Perlu diketahui, ada beberapa jenis tulisan yang tujuannya wajib ditaati penulis agar sesuai harapan pembaca. Bila Anda memproduksi karya fiksi maka tulisan harus bersifat menghibur, contoh : novel, majalah, dan komik. Jika Anda membuat karya non-fiksi maka tulisan wajib berisi fakta kebenaran seperti di surat kabar. Perpaduan keduanya disebut non-fiksi kreatif dan penulis harus lihai 'menjahit' kata-kata dengan cara menyenangkan tanpa lupa mengungkap fakta.
Secara sederhana, teknik jurnalisme dasar dapat diterapkan pada karya tulis Anda. Ingatlah selalu 5W+1H: What, Who, Where, When, Why, dan How. Bila aspek ini sudah ada dalam tulisan, potensi Anda menghasilkan cerita yang memuaskan pembaca bisa terwujud dengan baik sebab kejelasan ceritanya telah terstruktur dengan rapi.