Tepat di hari kasih sayang 14 Februari 2018, acara Artpreneur Talk bertajuk "Converting Millenials Into New Brand Lovers" dilaksanakan semarak di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta. Seminar ini diadakan oleh Ciputra yang bekerjasama dengan Bisnis Indonesia.
Pembicara dari kalangan wirausaha muda dan praktisi bisnis profesional hadir di kesempatan ini. Adapun perusahaan yang berpartisipasi, adalah Tokopedia, Hakuhodo, Famous. ID Network, Go-Jek, Unilever, IDN Media, The Goods Dept, Nike, LINE, Burgreens, dan rumah mode Indonesia Danjyo Hiyoji. Seminar ini bertujuan untuk berbagi kiat pemasaran produk/ jasa ke generasi milenial yang sedang menjadi primadona target pasar.
Generasi milenial tengah disorot sebagai target pasar potensial tak hanya di Indonesia namun juga secara global. Dengan demikian, memahami apa yang menjadi kebutuhan, dan keinginan mereka serta bagaimana cara menjual produk/jasa yang membuat milenial tertarik penting diketahui oleh pemasar dan pemilik usaha.
Lalu, siapakah milenial? Mereka adalah generasi yang lahir di tahun 1980 - pertengahan 90an. Singkat kata, mereka kini berusia 23-37 tahun alias para muda-mudi yang sedang giat bekerja, berkarya, dan fasih teknologi. Bila melihat berbagai sumber, rentang usia milenial diungkapkan berbeda-beda. Namun intinya, kelompok ini adalah generasi produktif masa sekarang.
Peluang menggarap pasar milenial tak hanya menjadi milik pemasar dari perusahaan global. Kesempatan ini pun juga merupakan 'panggilan' bagi para wirausaha (entrepreneur) muda yang kreatif, inovatif, dan penuh semangat untuk berpartisipasi dalam membangun masa depan perekonomian Indonesia.
Pada acara ini disampaikan mengenai 3 cara seseorang bisa memiliki keterampilan wirausaha. Pertama, adalah faktor keluarga yang memang telah menjalankan profesi tersebut sehingga biasa dilakukan turun-temurun. Kedua, seorang wirausaha dapat diciptakan karena lingkungan yang menginspirasinya meskipun tidak datang dari keluarga pengusaha. Terakhir, wirausaha tercipta dari proses pendidikan dan latihan.
Pada momen ini, wirausaha muda diharapkan dapat mengambil peluang untuk menciptakan lapangan kerja baru dengan berbagai inovasi yang didukung pemanfaat teknologi informasi.Â
Bagi yang sudah senior, tidak ada kata terlambat untuk belajar. Dimana ada kemauan, di situ ada jalan. Boleh saja menjadi karyawan, namun ingat menjadi karyawan ada usia pensiunnya. Sementara seseorang yang memiliki keterampilan wirausaha dapat melakukan usaha seumur hidup tanpa ada kata pensiun!
"Membangun usaha bukan hanya perkara cari modal saja. Tetapi merupakan sarana untuk menciptakan nilai -nilai yang bermanfaat dari sebuah produk maupun jasa kepada publik," ujar William Tanuwijaya, pendiri Tokopedia.
Mengenal milenial lebih jauh, ternyata di dalam kelompok ini terdapat perbedaan karakter. "Milenial yang lahir di tahun 80an memanfaatkan media digital untuk memperlihatkan sisi diri yang terbaik dan juga bersifat sebagai kurator, misalnya memiliki album foto digital. Lain dengan yang kelahiran 90an, mereka lebih ekspresif, impulsif, posting real time adalah penting tidak ada kata nanti," ujar Farhana E. Devi Attamimi, Executive Director of Strategy of Hakuhodo Network Indonesia.
Menciptakan konten pemasaran kepada milenial untuk produk branded maupun brand baru tentunya butuh kejelian. "Konten adalah audiens Anda, maka kenalilah mereka dengan baik agar mampu menarik perhatian. Terkadang kita harus berinvestasi untuk membangun audiens agar mendapatkan relasi yang kuat terhadap suatu brand," kata Aurora L. Chandra, pendiri & CEO Famous.ID Network.
Pendiri Famous.ID ini juga berpendapat bahwa penggunaan KOL (Key Opinion Leader) memberikan pengaruh yang cukup signifikan kepada suatu produk/ jasa melalui aktivitas digital.Â
Para tokoh pemimpin opini (misal : Youtuber,Facebooker, atau tokoh masyarakat lainnya yang aktif memakai sosial media) dapat 'mengubah' hal kecil menjadi topik hangat yang dibicarakan publik hingga memungkinkan muncul nama produk/ jasa yang mendukung diskusi tersebut,
Sederhananya, konten yang dibuat pemasar hendaknya harus bisa menarik perhatian, ada unsur emosi di dalamnya, membangun rasa penasaran audiens, dan tidak menghabiskan waktu audiens tanpa manfaat.
Beralih ke brand yang sudah eksis di pasar global. Bagi Anda para pelari pastinya tidak asing dengan merek Nike. Brand yang sukses dengan event fenomenal Bajak Jakarta 21K di tahun 2015 ini memiliki cara pandang unik dalam memenangkan target pasar sepatu olah raga sekaligus life style.
Membangun brand yang tampil sebagai sumber inspirasi bagi konsumen membutuhkan strategi jitu. Untuk mewujudkanya maka sebuah brand hendaknya memiliki desain produk serta manfaat berbeda dan standout di antara merek kompetitornya (distinctive), membuat user menjadi spesial saat memakainya (authentic), dan brand tersebut harus terhubung dalam kehidupan konsumen (connected).
Lantas, poin penting apalagi yang harus diketahui pemasar untuk memikat hati para milenial selain memahami karakter, kebutuhan, dan kesukaan mereka? "Sebuah brandharus memiliki aksi yang nyata. Para pemasar masa kini tidak cukup bila hanya melakukan aktivitas jualan yang mencari untung belaka," ujar Eka Sugiarto, Head of Media Unilever Indonesia and SEAA.
Sekarang memang giliran milenial yang jadi pusat perhatian. Namun perlu diingat, data serta informasi yang Anda kumpulkan mengenai profil mereka di hari ini belum tentu dapat menjadi sesuatu yang baku. Pergeseran selera dan kebutuhan mereka sangat mungkin berubah dengan cepat dan dinamis seiring perkembangan zaman serta teknologi. So, bersiaplah menjadi pemasar yang lincah dan luwes dalam menghadapi perubahan.
Lantas, sampai kapan seorang pemasar harus mengikuti tren dari para milenial?
"Follow the trend. But you must do the trend in a better way!" ungkap Revie Sylviana, Business Development Director LINE Indonesia. Go-Jek pun tak kalah aksi menanggapi milenial. Perusahaan teknologi yang melayani jasa transportasi ini sudah ancang-ancang untuk melansir service "Go-Pet" bagi user yang memiliki binatang peliharaan. "Nantikan jasa terbaru kami yang penuh kejutan!" tukas Piotr Jakubowski, Chief Marketing Officer Go-Jek sang penggemar kucing. Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H